"Rencana yang Menjadi Kekacauan"
Lokasi: Bawah Menara Komunikasi Lama – Ruang bawah tanah yang penuh misteri
Waktu: Malam hari, seminggu sebelum pernikahan Lesmana dan Naresha
Lesmana berdiri bersama Kirana, memandangi peta titik-titik merah yang katanya menandakan sisa-sisa sistem TARAK. Ketegangan dan keseriusan memenuhi ruangan itu. Kirana menatap Lesmana dengan wajah serius, seolah menyembunyikan sesuatu.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Lesmana berbalik, mengira itu pasukan musuh. Tapi yang muncul justru Praja, Dion, Lysandra, dan Naresha, dengan wajah penuh senyum (dan beberapa menahan tawa).
> Praja: (dengan nada jahil)
"Selamat datang di pesta kejutan, Lesmana!"
Lesmana tertegun, menatap mereka semua. Kirana menurunkan tablet yang menampilkan data misterius, menekan tombol sehingga layar mati. Ia membuka tudungnya, memperlihatkan wajahnya yang ternyata familiar—sahabat lama yang diminta teman-teman Lesmana untuk berperan sebagai ‘agen misterius’.
> Kirana: (tersenyum lembut)
"Kau terlalu serius, Lesmana. Ini semua cuma rencana mereka supaya kau nggak tegang menjelang hari pernikahan."
Lesmana berdiri diam beberapa detik, wajahnya nyaris tanpa ekspresi, sebelum akhirnya menghela napas panjang, menutup matanya sejenak.
> Lesmana: (nada datar tapi terdengar lega)
"Jadi... semua ini hanya permainan kalian?"
> Dion: (tertawa kecil)
"Ya ampun, Les. Kau pikir kami akan membiarkanmu terus-menerus serius kayak patung? Kau akan menikah seminggu lagi, bro. Santai sedikit."
Namun, sebelum suasana berubah cair sepenuhnya, Naresha, yang tadinya hanya ikut senyum-senyum, tiba-tiba menatap Kirana dengan wajah yang berubah menjadi kecewa dan cemburu.
> Naresha: (suara bergetar)
"Jadi selama ini... kau jalan berdua dengan dia? Rahasia yang kalian simpan bukan soal sistem lama, tapi dia?"
Lesmana mencoba menjelaskan, namun Naresha sudah berbalik badan, melangkah cepat keluar dari ruangan. Kirana menatap Lesmana dengan senyum canggung.
> Kirana: (pelan, berbisik)
"Ups... aku kira dia sudah tahu semuanya."
Lesmana menatap pintu yang ditinggalkan Naresha, menghela napas panjang sambil menatap teman-temannya yang mendadak salah tingkah.
> Lesmana: (suara datar, penuh pasrah)
"Dari semua musuh yang pernah kulawan... rupanya cinta adalah yang paling mematikan."
Semua terdiam sejenak sebelum akhirnya Dion meledak tertawa, diikuti oleh Lysandra dan bahkan Kirana. Praja hanya menggeleng pelan, menepuk bahu Lesmana dengan tangan hangat.
> Praja: (tersenyum kecil)
"Selamat datang di peperangan yang sebenarnya."