Ledakan pertama mengguncang seluruh puncak gunung. Batu-batu raksasa terlempar ke udara, retakan membelah tanah.
Yuze mendarat ringan, matanya menyala merah Sharingan, pola tiga tomoe berputar pelan.
Di seberangnya, sosok bertopeng melayang di udara, kain jubahnya berkibar liar.
“Sharingan, ya?” suara berat terdengar dari balik topeng. “Aku tahu kau tak mungkin meninggalkan segalanya di sana…”
Yuze tersenyum tipis. “Dan kau datang hanya untuk memastikan itu?”
Tangan kirinya terangkat, energi hitam pekat mengalir keluar — kekuatan bayangan, warisan dunianya sekarang. Di tangan kanan, cahaya putih keperakan membentuk pedang tipis — energi suci yang dia kuasai sejak menyatu dengan tubuh Immortal.
Bayangan dan cahaya, dua kekuatan yang bertolak belakang, menyatu sempurna dalam dirinya.
Sosok bertopeng mengangkat tangannya, simbol lingkaran muncul di udara.
“Tapi aku bukan hanya pembawa pesan, Yuze. Aku adalah pengingat bahwa duniamu dulu belum selesai denganmu.”
Angin berhenti sejenak. Dunia seperti menahan napas.
Lalu mereka berdua bergerak serentak.
—💥💥💥—
Yuze melompat maju, pedang cahayanya menusuk lurus, bayangan membungkus kakinya untuk mempercepat langkah. Sosok bertopeng mengangkat tangannya, energi ungu membentuk perisai tipis. Dentuman keras terdengar ketika dua kekuatan bertabrakan.
Yuze melompat mundur, lalu membuat satu segel tangan.
“Amaterasu.”
Api hitam muncul di udara, melahap perisai ungu perlahan.
Sosok bertopeng tertawa kecil.
“Masih membawa kutukan mata itu, rupanya.” Dia merentangkan kedua tangan, lingkaran sihir mulai bersinar lebih terang.
Energi asing mulai menembus batas ruang, membentuk sosok-sosok lain. Bayangan mirip manusia muncul satu demi satu — makhluk asing dari dunia lama Yuze.
Qiong Ye mendesis marah. “Mereka membawanya kemari! Kau harus membunuh mereka sebelum gerbang terbuka sepenuhnya!”
Yuze menarik napas pelan, lalu tersenyum tipis.
“Justru itu bagian terbaiknya.”
Dalam sekejap, dia membuat ratusan Kage Bunshin, seluruh klon bergerak menyebar, masing-masing memegang pedang bayangan atau cahaya.
Sosok bertopeng tertegun. “Apa—”
Yuze mengangkat satu tangan.
“Kau boleh datang dari mana saja, tapi di sini, aku adalah Raja.”
Dengan teriakan perang, Yuze dan ratusan klonnya menyerbu. Bayangan dan cahaya berputar di seluruh puncak gunung, membentuk badai energi yang menghancurkan semua yang disentuhnya.
—
Di desa di bawah, Meilin berdiri di ambang pintu, memandang cahaya di puncak gunung.
“Semoga kau menang, Yuze…” bisiknya pelan.
Anak kecil di sampingnya menggenggam erat tangannya, mata mereka terpaku pada langit yang mulai merekah ungu, seolah dunia itu sendiri sedang berubah.