Ledakan besar tadi meninggalkan kawah raksasa di tengah lembah. Asap mengepul, tanah hangus, dan retakan dimensi bergema di udara seperti nyanyian kematian.
Yuze berdiri di pinggir kawah, napas terengah. Aura hybrid-nya masih berkobar, tapi dia tahu:
Madara masih hidup.
Dari balik asap, langkah-langkah berat terdengar. Madara muncul, Susano’o raksasanya kini berbentuk penuh — berlapis baju perang, dua pedang raksasa, dan mata merah menyala di balik helm ungu.
“Kau membuatku serius, bocah.”
Yuze tersenyum tipis.
“Bagus. Karena aku juga baru pemanasan.”
Tiba-tiba, celah langit memecah lebih lebar. Dari dalamnya, Gerbang Dewa muncul: portal besar berukir naga, burung phoenix, dan naga hitam. Aura kuno mengalir dari sana, membanjiri medan perang.
Meilin memekik dari kejauhan.
“Yuze! Itu… Gerbang antara dunia immortal dan dunia dewa! Kalau terbuka penuh, dua dunia akan bertabrakan!”
Yuze menoleh sebentar, lalu kembali memandang Madara.
“Kurama, siap naik tingkat?”
“Kau selalu gila, Yuze… tapi aku suka!”
Yuze menekuk lutut, membentuk segel tangan baru.
Aura immortal di dalam tubuhnya menyatu dengan chakra, memaksa terbentuknya teknik gabungan: Mode Enkai (Lingkaran Cahaya & Bayangan).
Tubuhnya kini tak hanya bercahaya emas, tapi juga dikelilingi garis-garis hitam seperti tato kuno. Ekor Kurama mengembang, tapi ujungnya berkilau cahaya seperti pedang.
Madara tertawa rendah.
“Kau pikir bisa menghentikanku dengan itu?”
Tiba-tiba, portal Gerbang Dewa memuntahkan makhluk-makhluk baru: roh immortal, naga surgawi, bahkan roh kegelapan yang menyerupai makhluk bijuu.
Mereka semua menatap ke arah Madara… tapi juga Yuze.
“Meilin, Qiong Ye, siapkan pertahanan!” teriak Yuze.
Dengan satu gerakan, dia melesat maju, menghantam Susano’o dengan energi bercampur cahaya dan bayangan.
Ledakan kedua terjadi — kali ini lebih besar, sampai langit terbelah, dan dunia di bawahnya bergetar keras.
Dari balik cahaya, terdengar suara:
“Raja tanpa mahkota… sudah waktunya kau memilih sisi. Cahaya atau bayangan?”
Yuze menoleh pelan, pupil matanya bergetar.
Itu… suara siapa