Chapter 3: Penyusupan

Qin Yu Qian menjaga dan mengawasi Han Zi selama tiga bulan penuh saat ia melakukan terobosan. Dalam waktu itu, Qin tetap siaga, melindungi sahabat barunya dari segala ancaman. Hingga akhirnya, pada suatu malam, langit terbelah oleh cahaya emas yang menjulang tinggi—pertanda kelahiran seorang kultivator Nirvana.

"Selamat untuk saudara Han Zi karena telah menerobos ke ranah Nirvana," ucap Qin Yu Qian sambil tersenyum.

Han Zi membalas dengan anggukan tulus. "Jika tanpa saudara Qin, mungkin aku sudah mati saat menerobos. Aku berutang satu nyawa kepadamu."

Ia kemudian bertanya, "Apakah dirimu tak ingin secepatnya menerobos Nirvana? Aku akan membantumu memburu beberapa monster untuk terobosanmu."

Qin Yu Qian menatap Han Zi sejenak dan menjawab, "Baiklah, jika tidak merepotkan saudara Han."

Mereka pun mulai berburu monster bersama. Waktu berlalu dalam perburuan yang penuh risiko. Hingga pada suatu hari, mereka diserang oleh monster tingkat 3 di ranah Nirvana. Pertarungan sengit tak terhindarkan. Qin Yu Qian mengerahkan seluruh kekuatan teknik Lion Body miliknya. Tubuhnya bersinar kekuningan, sekeras baja, dan setiap pukulannya mengguncang tubuh monster itu. Monster itu mulai panik dan berusaha melarikan diri.

Namun Han Zi tidak membiarkannya kabur. Dengan cepat, ia melompat ke belakang sang monster dan menebaskan pedangnya, mengakhiri hidup makhluk buas itu.

Han Zi menoleh dan berkata, "Saudara Qin, seraplah core monster ini agar kau bisa menerobos ke ranah Nirvana. Aku akan menjagamu sampai kau selesai."

Qin Yu Qian mengangguk mantap. "Baiklah, saudara Han! Kupercayakan nyawaku kepadamu. Aku akan menyerap core ini secepat mungkin."

Qin Yu Qian duduk bersila, meletakkan core monster di hadapannya. Ia memulai penyerapan, masuk ke dalam alam bawah sadarnya, di mana ia harus melawan bentuk spiritual dari monster tersebut. Pertarungan batin itu adalah ujian terakhir untuk menembus Nirvana. Jika gagal, bukan hanya kekuatan yang lenyap—nyawanya pun bisa melayang.

Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Lima bulan telah berlalu sejak Qin Yu Qian memulai penerobosan. Hingga pada suatu hari, cahaya ungu yang luar biasa muncul dari tubuhnya, menjulang tinggi ke langit. Aura tersebut mengguncang pepohonan dan tanah di sekitarnya.

Han Zi berdiri tak jauh dari sana, senyumnya lebar.

"Dia berhasil…" bisiknya.

Qin Yu Qian, yang baru saja bangun dari proses terobosannya, menarik napas panjang. Aura baru yang mengalir di tubuhnya terasa kuat dan stabil. Ia membuka mata dan memandang Han Zi yang setia menunggu di dekatnya.

"Terima kasih, saudara Han. Jika tanpamu, mungkin aku akan kesulitan menerobos ranah Nirvana," ucap Qin Yu Qian dengan tulus.

Han Zi tersenyum, lalu berkata, "Sekarang hutangku sudah lunas kepadamu. Aku harus pergi, kembali ke sekteku."

Qin Yu Qian mengangguk pelan, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Datanglah ke kota Meider kapan pun kau mau. Aku dari Klan Qin. Aku dan klanku akan selalu menyambutmu di sana."

Dengan satu pandangan terakhir yang penuh rasa hormat, mereka pun berpisah. Han Zi melangkah pergi, kembali ke sektenya yang misterius, sementara Qin Yu Qian bersiap kembali ke Klan Qin.

Perang dengan Klan Zao sudah semakin dekat. Dan kini, ia telah menjadi kultivator Nirvana—siap menghadapi pertumpahan darah yang akan segera terjadi dalam beberapa bulan.

Klan Zao berada di Kota Zobu, sejauh seribu mil dari Kota Meider, markas besar Klan Qin. Menyadari pentingnya mengetahui rencana lawan, Qin Yu Qian memutuskan untuk menyusup ke wilayah musuh. Ia menghadap ayahnya, Qin Yu Xi, dan menyampaikan niatnya.

“Ayah, izinkan aku pergi ke Kota Zobu. Aku ingin menyusup ke dalam Klan Zao dan mencari tahu apa rencana mereka… dan siapa sebenarnya yang mengutus pembunuh untuk membunuhku.”

Qin Yu Xi menghela napas panjang. Tatapannya tajam, tapi ada kekhawatiran yang jelas terpancar.

“Kau yakin ingin melakukannya sendiri? Ayah sudah menempatkan banyak mata-mata di sana. Kau tak perlu mempertaruhkan nyawamu.”

Namun Qin Yu Qian bersikeras. “Ini bukan hanya soal informasi, Ayah. Ini tentang harga diri… dan balas dendam.”

Setelah diam sesaat, Qin Yu Xi akhirnya mengangguk perlahan. “Baiklah. Tapi berhati-hatilah. Kau bukan hanya pewaris klan ini… kau juga anakku.”

Qin Yu Qian membungkuk memberi hormat, lalu bersiap untuk perjalanan panjangnya.

Ia berangkat dengan kereta kuda, menyamarkan penampilannya. Rambutnya digelapkan, wajahnya diubah dengan teknik ilusi dasar, dan nama baru ia gunakan—Hui Zu. Identitas palsu itu akan melindunginya dalam misi berbahaya ini.

Perjalanan menuju Zobu memakan waktu beberapa hari. Di tengah perjalanan, saat melintasi padang luas berbukit, langit tiba-tiba bergemuruh. Dua sosok muncul di udara, bertarung dengan kekuatan dahsyat. Angin kencang menyapu area sekitar, dan tanah di bawah mereka retak-retak karena tekanan spiritual yang luar biasa.

Qin Yu Qian menghentikan keretanya, memandang ke langit dengan mata membelalak.

“Jadi inilah… pertarungan kultivator tingkat tinggi…” gumamnya penuh takjub. “Apakah mereka berada di tahap akhir Nirvana… atau sudah mencapai Ranah Kematian?”

Aura yang dilepaskan dua kultivator itu membuat jantungnya berdebar kencang. Meski telah mencapai Nirvana, Qin Yu Qian sadar, jalan kultivasi masih sangat panjang dan penuh misteri. Ia mengepalkan tangan.

“Aku akan sampai ke tingkat itu… bahkan melampauinya.”

Dengan tekad membara, ia melanjutkan perjalanan. Kota Zobu, Klan Zao, dan jawaban yang ia cari… sudah semakin dekat.

Sesampainya di Kota Zobu, Qin Yu Qian harus melewati penjagaan di gerbang utama. Dua penjaga kota yang berada di Ranah Foundation Qi berdiri sigap, meski kekuatan mereka jauh di bawahnya.

Salah satu dari mereka mengangkat tangan, menghentikan laju kereta Qin Yu Qian. “Siapa namamu? Dan apa tujuanmu datang ke Kota Zobu?”

Dengan senyum tenang dan penuh keyakinan, Qin Yu Qian menjawab, “Saya Hui Zu. Datang ke sini hanya untuk membeli beberapa perlengkapan.”

Kedua penjaga saling berpandangan, lalu mengangguk. “Baiklah, kau boleh masuk. Jangan buat keributan.”

Qin Yu Qian melanjutkan perjalanannya, memasuki jantung kota. Kota Zobu tampak ramai dan tertib, namun atmosfernya berbeda—lebih dingin dan penuh kewaspadaan. Tak ingin menarik perhatian, ia segera menuju sebuah rumah makan dekat pintu masuk kota untuk mencari informasi.

Namun begitu memasuki rumah makan itu, Qin Yu Qian langsung merasakan tekanan spiritual yang kuat menindih dirinya. Matanya menyipit, dan ia segera menggunakan indranya untuk menelusuri sumber tekanan itu. Di sudut ruangan, duduk seorang pria tua dengan aura yang tenang namun berbahaya.

“Tekanan ini… setidaknya pertengahan Nirvana… atau mungkin puncaknya,” gumamnya dalam hati.

Tak ingin mengambil risiko, Qin Yu Qian memilih mundur. Ia keluar dari rumah makan tanpa memesan apa pun dan menuju pasar kota yang ramai.

Di tengah keramaian, ia mendengar bisikan samar di antara dua pedagang yang sedang berbicara dengan suara pelan namun jelas:

“…katanya salah satu leluhur Klan Zao yang berada di Ranah Kematian sedang terluka parah…”

Qin Yu Qian menajamkan pendengarannya. Pikirannya berputar cepat. Jika kabar itu benar, maka Klan Zao sedang dalam posisi rentan. Tapi… jika informasi itu sampai di tangannya lebih dulu, ia bisa mengubah keadaan.

“Aku harus memastikan kebenaran informasi ini,” batinnya.

Dengan langkah hati-hati dan penyamaran yang masih sempurna, Qin Yu Qian mulai menyusup mendekati wilayah Klan Zao—bertekad mencari tahu kebenaran dari rumor yang baru saja ia dengar.