Viktor berhasil keluar dari kastil melalui jalur rahasia yang sempit dan gelap. Setelah sekian lama terkurung di dalam dinding dingin istana, langkah kakinya kini menginjak tanah beraspal kota yang ramai. Ia berjalan pelan, memandangi sekelilingnya dengan rasa takjub.
Kota itu penuh kehidupan. Pedagang makanan menyajikan dagangan mereka dengan aroma menggoda, orang-orang berbincang santai di sudut-sudut gang, dan penjaga kota tampak sigap berpatroli. Viktor merasa bingung. Di bawah sinar lampu jalan yang tinggi, semua warga tampak bahagia—seolah tidak ada beban dunia yang membelenggu mereka. Apakah uang mereka digunakan untuk hal-hal yang baik? Apakah selama ini ia salah paham tentang para bangsawan dan menteri?
Langkah Viktor tiba-tiba berhenti saat ia sampai di sebuah bangunan besar. Di dalamnya, banyak orang berseragam zirah lengkap dengan senjata, seolah siap berburu sesuatu. Tanpa pikir panjang, Viktor masuk. Namun begitu langkahnya memasuki ruangan, semua mata langsung tertuju padanya dengan tatapan tajam.
*"Kenapa mereka semua menatapku seperti itu?"* pikir Viktor dalam hati. *"Astaga, aku pasti masuk tempat yang salah."*
Seseorang berbisik pelan, "Lihat, ada orang asing datang."
"Siapa orang tua bodoh itu?"
"Jangan begitu... mungkin dia ingin meminta pengawal."
Viktor berjalan menuju meja resepsionis. Di sana terpampang sebuah papan besar berisi daftar misi dan gambar monster yang sedang dicari. Saat itu juga, ingatannya tersentak.
*"Oh, benar!"* katanya dalam hati. *"Ini kan tempat karakter utama biasa mengambil misi tambahan. Dan di sini juga pertemuan penting antara tokoh utama dan karakter lainnya akan terjadi... Kalo nggak salah, nanti akan ada wanita cantik berambut pirang dengan kuncir kuda."*
Baru saja Viktor berbalik, sosok yang ia pikirkan muncul tepat di depan matanya. Seorang wanita anggun dengan rambut pirang yang dikepang rapi. Putri dari Duke, salah satu karakter penting dalam cerita game yang dulu pernah dimainkannya.
*"Aduh, ini dia... hari ini pasti sial,"* gumam Viktor dalam hati, menelan ludah karena gugup.
Namun, wanita itu hanya melihatnya sekilas, lalu berlalu begitu saja seolah Viktor tak pernah ada. Viktor menghela napas lega. *"Kenapa aku harus panik? Lagipula, aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Lebih baik aku pergi dari sini sebelum membuat masalah."*
"Cih, orang aneh. Datang dan pergi begitu saja tanpa ambil misi apapun," desis salah satu penjaga toko di sekitar.
"Iya-iya, sabar. Aku juga akhir-akhir ini nggak dapat misi karena semuanya udah diambil duluan."
Setelah keluar dari bangunan itu, Viktor mulai menyadari bahwa ingatannya mulai goyah. Ternyata, tubuh yang ia huni saat ini sudah lama tidak dimainkan oleh pemilik aslinya. Game *The Sword of Love Cuts Through the Darkness* ditinggalkan begitu saja ketika sang pemain bosan dan memilih untuk fokus pada kehidupan nyata.
Viktor melanjutkan perjalanannya, mengamati sekeliling. Namun, entah mengapa, ia tidak menemukan satupun perpustakaan atau toko buku.
Akhirnya, ia memberanikan diri bertanya kepada seorang lelaki tua yang sedang menyiram bunga di depan rumahnya.
"Permisi, Pak," sapanya sopan.
"Iya, ada apa ya, tuan?" jawab lelaki itu dengan tatapan bingung.
"Apa Bapak tahu di mana letak perpustakaan atau toko buku di kota ini?"
"Perpustakaan? Anda pasti bukan orang sini ya?"
"Iya, bisa dibilang begitu."
"Pantas saja. Perpustakaan hanya ada di dalam kastil. Sedangkan toko buku ada di ujung jalan, dekat Akademi Sihir."
"Oh, terima kasih banyak, Pak!" Viktor langsung berlari menuju arah yang ditunjukkan.
*"Kenapa dia panggil 'Pak' ya? Padahal umur kami hampir sama..."* pikir lelaki tua itu heran.
Beberapa saat kemudian, Viktor tiba di depan sebuah toko kecil. Bau kertas dan tinta menyambutnya saat ia membuka pintu. Matanya bersinar melihat rak-rak penuh buku tebal dan unik.
"Waaah... begitu banyak buku-buku aneh dan langka!" serunya senang, lalu mengambil satu buku dari rak.
Namun, belum sempat ia membuka halaman pertama, tiba-tiba tangannya diketok dengan tongkat kayu. Buku itu jatuh ke lantai.
"Aduh! Siapa kau?"
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu," jawab suara dingin dari seorang wanita kecil berkacamata tebal.
"Kalau kau ingin melihat buku-buku ini, kamu harus membelinya dulu. Baru boleh membacanya."
"Iya-iya. Kalau begitu, ini cukup?" Viktor menunjukkan sekeping koin platinum.
"Apa ini benar-benar platinum asli?"
"Tentu saja. Ini asli," jawab Viktor sombong.
"Berarti semua buku ini milikmu sekarang?" Wanita itu langsung merebut koin tersebut tanpa ragu.
"Iya, tapi kamu harus membawa sendiri kalau sudah selesai."
Tanpa buang waktu, Viktor duduk di pojok toko dan mulai membaca. Satu per satu buku ia telusuri. Waktu berlari cepat. Hingga malam tiba, Viktor masih enggan meninggalkan tempat itu.
"Hei, Tuan. Bukankah sudah waktunya pulang? Kami mau tutup," tegur wanita penjaga toko dengan nada lelah.
"Aku pulang nanti. Masih satu buku lagi yang ingin aku selesaikan," jawab Viktor tanpa mengalihkan pandangan dari lembaran buku.
*"Orang ini benar-benar aneh. Menghabiskan seharian hanya untuk membaca buku. Ya ampun, aku harus menunggu sampai dia selesai baru bisa pulang,"* keluh wanita itu dalam hati.
Tepat saat lonceng pintu berdering lagi, seorang gadis muda dengan rambut biru masuk dengan napas terengah-engah.
"Apa masih buka?"
"Tidak. Kami sudah lama tutup."
"Ehh... Begitu ya. Tapi bisakah aku membeli satu buku sekarang, Nia?"
"Sayang sekali, semua buku ini sudah dibeli oleh orang ini," kata Nia sambil menunjuk Viktor yang ternyata sudah tertidur di atas tumpukan buku.
Melihat gerakan gadis itu, Viktor langsung bangun.
"Buku apa yang ingin kamu cari? Aku bisa memberikannya padamu."
Gadis itu ragu sejenak. "Aku... mencari buku tentang spirit. Bolehkah aku mengambilnya?"
"Silakan. Ambil saja. Aku sudah bosan membaca semua ini. Kamu boleh mengambil semuanya jika mau."
Tanpa menunggu jawaban, Viktor berdiri dan keluar dari toko, meninggalkan kekacauan di belakangnya.
"Dia itu benar-benar pria aneh," komentar gadis berambut biru.
"Nah, kau baru sadar? Dia seharian di sini, membaca semua buku tanpa makan, tanpa ke kamar mandi, bahkan tidur di tengah bacaan. Benar-benar manusia yang sangat aneh," sahut Nia.
Mereka berdua mulai mencari buku tentang spirit, namun harus rela menghadapi tumpukan buku yang berserakan akibat aksi Viktor sebelumnya.
Sementara itu, Viktor melangkah pergi, langkahnya ringan meski badannya terasa lelah. Malam telah tiba, dan ia masih harus mencari tempat tinggal sementara. Namun, setidaknya, hari ini ia telah menemukan sesuatu yang ia cintai—pengetahuan.
BERSAMBUNG....