11 juni 2014
04 : 27 wib
Terminal Joyoboyo, Surabaya
.
.
.
.
.
.
.
Fiki, Arul, dan Mifta melanjutkan perjalanan, dan masuk ke dalam terminal Joyoboyo, untuk mencari bantuan agar bisa menolong teman mereka Rangga. Namun sesampai nya di lokasi, tidak ada satu pun di sana yang masih hidup. Semua telah di hancurkan, potongan tubuh dan organ dalam manusia berserakan, darah pun berceceran, bau anyir yang semerbak mengisi tiap lokasi di tempat itu, dan juga banyak sekali bekas cakaran yang cukup besar. Mereka sempat menduga ada sesuatu lain yang menghancurkan tempat tersebut, karena mustahil 'mayat hidup' melakukan itu semua. Terlihat juga banyak sekali bekas tembakan di mana-mana, mungkin para penjaga di sini, berusaha untuk mempertahankan tempat ini, namun gagal, dan berakhir naas.
.
.
.
.
.
"Ini....", Ujar Fiki terlihat shock.
"Terlihat penjagaan nya cukup banyak, tapi... Hancur, berubah jadi kayak, entahlah, gue ga bisa bayangin yang lebih ngeri dari ini.. banyak potongan tubuh manusia di sini..", tambah Mifta.
"Oy.. pergi yuk.. serem di sini... Ooeekkk, bau anjirr...", sahut Arul.
"Pergi kemana, kita baru nyampe.. gimana sih lu, cemen..", sahut Mifta.
"ya emang lu mau nyari apa...?! Coba lu tanya ke petugas di pojokan situ tuh,... Nah yang kepala nya dah pecah, lu tanya sesuka hati lu dah... tapi itu lu ambil dulu otak nya yang ada di pinggir nya, biar dia bisa mikir omongan lu...!", sahut Arul.
"kok lu nyolot anjing...?!", teriak Mifta.
"hoy... Hoy... Udah! Percuma kalian berantem, simpan tenaga kalian, biar kalian gak mati di sini...", sahut Fiki.
"Coba lihat di sana, tenda besar itu mungkin pusat nya... Siapa tau kita bisa dapet info tentang tempat evakuasi lain nya..", tambah Fiki sambil menghampiri tenda yang terlihat cukup besar di tengah-tengah terminal.
"gue minta maaf... Bener kata Fiki...", ujar Mifta sambil mengajak Arul bersalaman.
"Ya, gue juga.... Kita cek aja tempat ini... semoga aja ada senjata di dalem atau yang berguna.....", Ujar Arul.
"Cuman, bener juga yang lu bilang, serem di sini......", Sahut Mifta sambil memegang tangan Arul.
"cemen.... Lepasin anjir", gumam Arul.
.
.
.
.
.
Di dalam tenda terlihat sepi, tidak ada aktivitas kehidupan. Fiki melihat-lihat berkas dan dokumen yang berserakan, yang mungkin bisa di jadikan petunjuk tujuan mereka selanjut nya. Mifta dan Arul pun juga melihat-lihat sekitar tenda, berharap ada sesuatu yang bisa di jadikan senjata.
.
.
.
.
.
"Oy bro.. coba liat ini.. di sini tertulis, 'Semua penduduk yang telah di netralisir, akan di bawa ke tempat evakuasi pusat, di kantor kota madya surabaya, untuk selanjut nya di pindahkan melalui jalur udara, menuju jakarta untuk di ungsikan kembali ke pulau-pulau yang masih negatif virus.'...", ujar Fiki membaca dokumen yang dia temukan.
"Bentar... Kenapa gak langsung ke pulau nya... Kok harus ke jakarta dulu..", tanya Mifta.
"Mungkin, di data lagi di sana.. atau di tes lagi, di saring kembali.. kan memang harus benar-benar steril di pulau tersebut... Pemerintah juga gak mau ambil resiko, kalau-kalau ada virus yang luput dari pengecekan..", ujar Fiki.
"Jadi tujuan kita selanjut nya kemana nih..", ujar Mifta.
"Oy... Gue nemu rompi anti peluru, lumayan buat perlindungan kita nih.. ada jeep juga di luar, jeep nya tentara coy, kuat dan masih bisa jalan.. udah coba gue starter tadi... cuman gue gak nemu senjata api..", sahut Arul.
"Kayak nya kita harus ke kantor kota madya Mif.. itu tiket kita.. di sana pusat nya.. yah sebelum kita ketinggalan pesawat..", ujar Fiki.
"Lalu.... Rangga dan orang-orang di sidoarjo gimana..", ujar Mifta sedikit murung.
"Yang penting kita selamat dulu mif.. percuma juga kita mati sia-sia di sini... Kita bisa mengurus mereka nanti..", ujar Fiki.
"....baiklah.. kita ke kota madya dulu.. siapa tahu di sana bisa dapat sesuatu.. ayo bantu arul..", ujar Mifta sembari keluar tenda bersama Fiki.
.
.
.
.
.
Mereka sepakat untuk berencana pergi ke kantor kota madya surabaya, yang letak nya tidak begitu jauh dari tempat mereka. Mereka bersiap-siap, Arul pun sudah menyalakan jeep yang baru saja dia temukan, Fiki dan Mifta masih mencari beberapa barang di dalam tenda yang bisa di jadikan senjata.
.
.
.
.
.
"Oy rul, sini, biar gue yang nyetir..", ujar Mifta.
"Apa..?", Sahut Arul.
"Sini biar gue yang nyetir...", Ujar Mifta.
"bentar, bentar, gue ga salah denger kan...? Bukan nya lu nyetir nya gak beres.. tadi aja lu kan yang nabrak motor gue..", ujar Arul.
"Lah kan tadi gue keburu-buru coy... gue lebih pengalaman nyupir daripada lu.. gue pernah nyopir truk pengangkut es..", ujar Mifta.
"lah bukan urusan gue, mau lu nyetir truk pengangkut es kek, pengangkut batu kek, pengangkut dosa kek, gue ga peduli... Udah, Biar gue yang nyetir.. biar lu istirahat di belakang..", ujar Arul.
"Anjir lu napa sih, sentimen banget ama gue...", sahut mifta.
"Mulai lagi kalian.... Dah, gue ke tenda dulu
, nyari-nyari barang... Kalian cepet angkut itu barang yang perlu di bawa...", ujar Fiki.
"@$?!#@$.....", Mifta dan Arul berdebat.
"Yah, gak di dengerin deh gue... Dah lah...", ujar Fiki berlalu masuk ke dalam tenda.
"Eh gini-gini gue udah punya sim A, gue murni ngurus sendiri.. lu kan sim nembak..", ujar Arul.
"Nembak kepala lu.. gue juga ngur-.... Eh, itu siapa di belakang lu... Kayak nya cewek..", ujar Mifta.
"Halah.. udah gak usah ngalihin pembicaraan, yang jelas gue yang nyetir..", ujar Arul.
"Lihat ke belakang bego... Tuh..", ujar Mifta sambil memutar badan Arul.
"Itu apa........", Arul menatap sesosok makhluk di kejauhan.
.
.
.
.
.
RAAAAAGGGGGGHHHHHHHH.......!!!!!!!!!!!
.
.
.
.
.
Terlihat makhluk berbentuk manusia, dengan rambut panjang, juga tangan yang mengeluarkan cakar, berjalan perlahan mendekati arul dan mifta. Tidak seperti yang selama ini terlihat, seperti telah bermutasi.
.
.
.
.
.
"AAAHHH.....!!! Cepet setir mobil nya..", ujar Arul memberikan kunci nya.
"Bentar-bentar..", sahut Mifta sembari menyalakan mobil.
"Oy mana si Fiki... FIK..!! AYO..!!", Teriak Arul.
.
.
.
.
.
RRAAAAAAAGGHHHH....!!!!!!
.
.
.
.
.
"ayo di starter Mif, tuh cewek makin deket...", Ujar Arul.
"Lu pikir gue lagi ngapain.. Main gamebot..!? Sabar dulu napa...", sahut Mifta.
"Anjir, tau gitu gue aja yang nyetir... cepet, Tuh cewek udah deket mif...", sahut Arul.
.
.
.
.
.
DOOORR..!! DOORR..!!! DOOORRR...!!!
.
.
.
.
.
"Fik... Darimana lu dapet handgun..?", Tanya Arul.
"Ada di dalem... Akhir nya mati.... Itu apaan..?!?", Ujar fiki.
"gak tau.... Tapi, Kayak nya suara kita tadi menarik perhatian si monster... Dan mulai masuk ke dalam terminal..", ujar Arul.
"Breeenngg!!... Yok kita jalan..! Siapin semua nya..!", ujar Mifta.
"Udah, bacot... Jalan..!!!", Teriak Arul.
.
.
.
.
.
Mereka bertiga pun berhasil menghindari para penggigit yang mulai berkumpul mendekat. Mereka keluar dari terminal Joyoboyo, menuju kantor kota madya Surabaya. Terlihat juga beberapa makhluk yang sama, yang telah di hentikan oleh fiki.
.
.
.
Jalan menuju tengah kota, semakin di penuhi oleh mereka yang terinfeksi. Tidak ingin mengambil resiko, Mifta mencari jalan lain yang lebih aman.
.
.
.
.
.
"Gila banyak banget.. gue harus muter lumayan jauh nih..", ujar Mifta.
"Eh menurut mu tadi apaan Fik.. kayak nya udah bukan manusia lagi deh..", ujar Arul.
"Emmhh... Gue gak begitu tau pasti itu apa.. mungkin monster..", ujar Fiki.
"Monster..? Lu yang bener aja, masa di sini ada monster...", Sahut Mifta.
"Terus lu pikir apaan.. dari kemarin, ga ada yang begituan di sidoarjo....", ujar arul.
"Kayak nya, prediksi aja sih, itu mungkin salah satu hasil eksperimen, yang sengaja di lepas di tengah kota,.. mungkin juga itu yang udah bikin terminal jadi kayak gitu...", ujar Fiki.
"Sengaja di lepas? Bentar..., maksud mu, kita sedang di serang..? Ada teroris gitu..?", Tanya Arul.
"Belum pasti Rul.. yang terpenting, kita ke kota madya dulu, siapa tau ada info yang bisa kita dapetin di sana..", ujar Fiki.
"Tadi dokumen nya mengatakan, akan di pindah ke pulau yang negatif virus.. apa mungkin pulau seribu itu paling ya..", ujar Mifta.
"Udah fokus jalan aja lu... Nabrak, gak ada yang nolongin entar..", sahut Arul.
"Berisik..", sahut Mifta.
.
.
.
.
.
Pagi pun menjelang, mulai terlihat ruas-ruas jalan yang berdarah terkena sinar matahari. Bau asap kendaraan terbakar, bercampur bau amis darah yang tercecer. Arul, Mifta, dan Fiki semakin mendekati lokasi pusat evakuasi berada. Semakin mendekat, semakin penuh pula mereka yang berkumpul, demi mendapat daging dan darah segar para pengungsi. Semakin terdengar juga suara tembakan, tanda pertahanan manusia.
.
.
.
.
.
"Jalanan udah di blokir ama mereka nih.. lu puter mif, cari jalan aman..", ujar Arul.
"Mau cari kemana lagi, ini udah muter dua kali... Apa nekat aja, terobos..", ujar Mifta.
"Ya gak masalah, cari yang jalan nya agak aman... Biar mobil nya gak kebalik kalo lu nerobos mayat-mayat nya..", ujar Arul.
"Entahlah rul.. gue punya firasat buruk di sini...", Ujar Fiki.
"Simpen firasat mu dulu fik... Kita TEROBOOSSS..!!!!", teriak Mifta sambil menambah laju mobil.
"Oyyy..!! Udah gila lu ya..!!! Bisa mati kita goblok..!!", Sahut Arul.
"Aaaahhhhh....!!!", Teriak Fiki.
.
.
.
.
.
"Pak, laporan... Ada mobil jeep milik koloni kita mendekat..", ujar salah satu personil militer di tempat pengungsian.
"Kalau begitu periksa, jika bukan manusia, langsung lenyapkan..", perintah seseorang yang terlihat seperti pimpinan pasukan.
"Ingat, lihat terlebih dahulu, siapkan perlindungan jika benar manusia..", tambah pimpinan tersebut.
"Siap pak...!!", jawab tentara tersebut.
"Kita gak ingin ada lagi korban di insiden ini, gara-gara Teroris israel terkutuk itu..", guman pemimpin pasukan.