.....Mulainya konspirasi Bag. 1

11 juni 2014

06 : 38 wib

Balai kota madya, Surabaya

.

.

.

.

.

.

.

"Pak, lapor... Ada mobil jeep milik koloni kita mendekat... Seperti nya itu mobil dari tempat evakuasi di joyoboyo pak..", ujar seorang tentara.

"Kalau begitu periksa, jika bukan berisi manusia yang masih hidup, langsung lenyapkan..", perintah sang komandan.

"Ingat, lihat dan periksa terlebih dahulu, siapkan perlindungan bagi mereka jika benar masih manusia..", lanjut sang komandan.

"Siap pak...!!", sahut tentara tersebut.

"Kita gak ingin ada lagi korban di insiden ini... gara-gara teroris terkutuk itu...", gumam sang komandan.

.

.

.

"Perhatian..!! Untuk mobil yang di sana, cepat masuk ke dalam..!! Tunjukkan bahwa kalian masih manusia..!!", ujar seorang tentara di dekat pagar kantor kota madya.

"Mif.. cepetan kasih aba-aba, biar mereka tau kita masih manusia... Klakson atau apa kek...", ujar Arul.

"Emang mereka mau apa..? Kita kan bener manusia..", ujar Mifta.

"Kami akan menembak pada hitungan ke tiga... Satu,.. dua,...", lanjut tentara tersebut.

"Tunggu..!!! Kami manusia.. kami masih manusia, tolong buka gerbang nya... Kami belum terinfeksi..!!", Teriak Fiki dari jendela mobil.

.

.

.

.

.

Fiki, Arul, dan Mifta, akhir nya telah sampai di tempat evakuasi pusat, di kantor kota madya Surabaya. Dimana di tempat ini lah, nanti nya akan di terbangkan lagi ke jakarta, untuk di sterilkan. Mereka sempat di interogasi sejenak saat memasuki gerbang. Seperti pemeriksaan fisik, identitas, dan semacamnya. Dan tak selang lama, mereka pun di ijinkan masuk, dengan mendaftar terlebih dahulu sebagai pengungsi. Mobil yang mereka tumpangi juga di sita oleh petugas. Beberapa petugas ada yang memuji aksi mereka, karena bisa selamat dari Sidoarjo, yang menurut vonis dari mereka, sudah di nyatakan hancur, hanya dalam semalam.

.

.

.

Di dalam tempat tersebut, banyak orang-orang bersedih, ada pula yang terlihat setengah gila karena kehilangan keluarga nya, dan ada yang berdoa tak henti-henti, ada pula yang berkoar-koar menyalahkan pemerintah, seolah tidak bertanggung jawab dalam hal keamanan. Nyata nya, pemerintah pun juga shock akan hal ini, hal yang sebelum nya tidak terpikirkan oleh mereka, bahwa akan terjadi musibah seperti ini.

.

.

.

Mereka bertiga mencari tempat untuk duduk, mengistirahatkan tubuh mereka setelah lelah, kabur dari mayat hidup yang mengejar.

.

.

.

.

.

"Oy... Lu gak papa Mif..? Melamun terus lu..", ujar Fiki.

"Ah enggak Fik... Masih shock aja gue...", ujar Mifta.

"Kalo lu laper.. di sana ada tempat makanan...", ujar Arul.

"Kejadian gini, setelah apa yang udah gue lewati, gue lihat, malah bikin gak mood makan...", sahut Mifta.

"Gak ada yang makan nih....? Serius? Ya udah gue ke sana dulu, cari makan..", ujar Arul sambil pergi ke kios makanan.

"Kasihan rangga...", ujar Mifta.

"Yah... Memang dia kurang beruntung saat itu... Andai saja memang dia masih hidup, perjalanan nya akan sangat sulit... Jika di lakukan sendiri...", ujar Fiki.

"tapi.. melihat arus sungai tadi, kecil kemungkinannya... Ya ga tau lagi sih, kalau ada keajaiban...", ujar Mifta.

"Rangga, dan keluarga keluarga kita, bisa menjadi alasan dan tujuan untuk kita agar lebih semangat.. untuk hidup.. mereka sudah berkorban untuk kita... Kita harus hormati kematian mereka semua...", ujar Fiki.

"...............", Mifta menangis.

"Tapi... Aku masih penasaran tentang kejadian ini..... Karena dokumen yang kulihat tadi di tempat evakuasi...", Pikir Fiki.

.

.

.

.

.

Suara tembakan beruntun ke arah luar tempat evakuasi, tak ada henti nya. Semua teriakan para prajurit, jeritan anak kecil ketakutan, dan tangisan orang-orang yang semakin putus harapan. Semakin berkumpul mereka yang berusaha untuk mendapatkan daging segar dari pengungsi di dalam. Sedari tadi, terlihat para pengungsi di naikkan ke helikopter, untuk menuju ke jakarta, dan mereka bertiga juga menunggu giliran untuk di panggil. Entah apa yang ada di sana. Pemerintah berinisiatif untuk memindah semua korban ke pulau yang aman, di luar pulau jawa.

.

.

.

.

.

"Bingung, meski dapat kupon gratis untuk makan, tapi bingung milih yang mana... Soal nya Biasa semua sih, karena ini kan cuma snack... Roti2, mie...", gumam Arul.

"Eh Li... jangan ambil banyak-banyak woy... Kasihan yang lain...", terdengar suara yang tak asing.

"Lah.... Kan ini kupon tertulis, ambil secukup nya, ya gue ambil se cukup nya gue dong...", sahut lawan bicara nya.

"Bentar... Kayak nya gue kenal suara nya..", gumam Arul sambil menghampiri seseorang yang dia kenal.

"Eh itu Arul...!! Oyy..!!", Teriak salah satu pengungsi.

.

.

.

.

.

Arul bertemu dengan dua anggota lain nya, dari kelompok mereka, yaitu Ali dan Radit. Mereka berdua pun bercerita, bagaimana mereka bisa ada di sini.

.

.

.

Mereka yang saat itu sedang terjebak di salah satu mall di Surabaya, ketika sedang mendatangi sebuah pameran teknologi, akhir nya bisa berhasil keluar bersama beberapa orang lain nya yang ikut terjebak. Lalu bertemu dengan beberapa pihak bersenjata dan mereka pun di arahkan ke mobil pengangkut, menuju tempat evakuasi pusat. Mereka juga mendapat pesan dari rangga, namun tidak sempat membalas nya, karena operator seluler sedang ada gangguan, yang menyebabkan sinyal jadi kacau. Dan mereka sedih, karena tidak bisa kembali ke Sidoarjo, atau bertemu dengan keluarga mereka. Kesedihan mereka bertambah, saat Arul bercerita tentang Sidoarjo, yang kini sudah di nyatakan hancur.

.

.

.

.

.

"Jadi lu bilang, udah ga ada yang hidup di sana rul..?", tanya adit.

"Ya, kalo bisa di bilang sih seperti itu gambaran nya... Karena, memang kami sulit menemui manusia yang masih belum terinfeksi di sana, kecuali yang sudah menggigit... Maka nya, ga ada tempat evakuasi kan di sana.... Kabar nya sih, tempat penyebaran pertama yang terparah itu ya sidoarjo...", ujar arul

".............", ali menangis.

"Yang penting kalian itu selamat.. bersyukurlah... Lagipula ga ada lagi yang bisa kalian lakukan untuk bikin mereka kembali.... Gue aja kehilangan ortu, dua dua nya", ujar Arul.

"Tapi Rul... Gue juga mau lihat ke sana langsung.. kalau memang keluarga kami tewas, biar gue urus mayat nya...", Ujar Radit dengan menangis.

"Mungkin ada saat nya nanti para petugas ini pergi ke sana... Proses evakuasi korban atau gimana, gak tau...", ujar Arul.

"Lalu mana Mifta ama Fiki..? Kata nya lu bareng ama mereka...", Tanya Ali.

"Oh.. ayo ikut gue,.. tapi gue ambil makanan dulu ya bentar..", ujar Arul.

.

.

.

.

.

Ali dan Radit pun, ikut dengan Arul untuk berkumpul dengan Mifta dan Fiki. Mereka pun berbicara tentang apa yang sudah mereka lalui masing-masing. Tak selang beberapa lama, turun sebuah helikopter yang terlihat berbeda dari helikopter pengangkut lain nya. Setelah mendarat, keluar lah beberapa pejabat dan petinggi militer, menteri pertahanan dan ada juga ilmuwan peneliti. Mereka berkumpul menuju tenda besar yang ada di tengah tempat evakuasi, untuk melaksanakan rapat dadakan. Pandangan Arul tertuju pada salah seorang pejabat berpangkat militer yang mencurigakan di barisan belakang, yang di ketahui bernama pak Hariyanto. Orang tersebut pergi ke sudut lain salah satu tenda kecil, menghindar dari kerumunan, sambil membawa salah seorang awak media. Arul yang penasaran, ingin tahu tentang apa yang mereka bicarakan. Dia beralasan kepada yang lain untuk pergi ke toilet.

.

.

.

.

.

"Aku peringatkan kamu.. jangan sampai rahasia ini terbongkar, kalau sampai presiden tahu, kau.. dan semua nya akan di seret ke penjara, mungkin hukuman mati juga menanti..", ujar Hariyanto sambil mengancam tubuh si wartawan.

"Tapi pak.. saya sudah kehabisan kata saat teman media menanyakan ke saya, waktu saya interview dengan bapak...", ujar wartawan tersebut.

"Aku tidak peduli..!! Ingat.... Keluarga mu ada di tangan ku, jangan sampai kau melihat mereka sudah tak bernyawa karena kebodohan mu.. apa uang yang kuberikan kurang cukup untuk mu..?!!", tegas Hariyanto.

".........lebih dari cukup pak... Saya juga telah memalsukan info pada beberapa orang-orang DPR lain nya... Saya akan berusaha lebih baik untuk mengalihkan perhatian investigasi mereka...", sahut wartawan.

"ya... Kawan ku dari menteri pertahanan juga akan memberikan keterangan dan alasan palsu, bahwa terjadi pencemaran air PDAM,.. dan memang, seluruh air PDAM telah di campur dengan virus baru itu... sebuah senjata yang sangat menjanjikan...", ujar Hariyanto.

"pak, info yang saya dengar, presiden menyuruh satuan khusus nya, untuk menyebar ke pulau jawa, menyelidiki kasus ini..", ujar wartawan.

"Pasukan bodoh itu tidak tahu apa-apa... Apalagi, beberapa senjata eksperimen juga telah di lepas, untuk melihat dan melatih data tempur mereka... Jadi mereka akan menjadi subjek yang cocok... Tinggal menunggu waktu saja...", ujar Hariyanto.

"Akan saya kabari lagi pak, info perkembangan selanjut nya... Beberapa informan saya juga tersebar di mana-mana...", ujar wartawan.

.

.

.

"Naahh... Untung gue bawa hp.. jadi bisa gue rekam video mereka... Nah saat nya balik, gue udah dapet inti nya....", gumam Arul sambil merekam perbincangan mereka berdua.

.

.

.

KLOONTAANNGGGG...!!!

.

.

.

"Suara apa itu..? Ada yang menguping kita..!! Cari dia..!!", perintah Hariyanto.

"Brengsek.... Kok bisa ada kaleng sih......", ujar Arul sambil mencari tempat bersembunyi.