Ketika Karina mendengar Jenny menyebutnya tidak waras, gadis itu hanya menanggapinya dengan tersenyum. Sikap acuh tak acuhnya itu membuat Jenny heran setengah mati. Karena penasaran, Jenny lalu berkata.
" Sebenarnya apa tujuanmu menerima perjodohan itu Karina ?" tanya Jenny bingung.
" Tujuanku menikah dengan pria itu adalah untuk mendapatkan pendukung. Jika aku bisa menyembuhkan kakinya yang cacat itu, mungkin pria itu bisa berguna bagiku." ucap Karina tanpa keraguan sedikit pun.
Saat Jenny mendengar kata-kata sahabatnya itu, Jenny lalu berkata.
" Bagaimana mungkin pria itu bisa menjadi pendukung mu, sedang dirinya sendiri juga tidak punya status yang jelas di keluarganya. Aku sarankan kepadamu Karina, tolak saja. Di kota Baruga ini masih ada banyak pria tampan dari keluarga kaya lainnya yang bisa kau jadikan pendukung. Kalau kamu mau, aku akan mencarikannya untukmu." ucap Jenny dengan sedikit memaksa karena ia tidak ingin sahabat baiknya itu menyia-nyiakan hidupnya dengan menikahi pria yang rumornya cacat, jelek dan kejam itu.
" Terimakasih karena kamu sangat perduli kepadaku Jenny. Tetapi keputusanku tidak bisa ku ubah lagi. Doakan saja agar aku tidak salah memilih suami dan semoga aku bisa hidup bahagia. Itu saja sudah cukup bagiku Jenny." ucap Karina dengan lugas.
" Baiklah Karin, karena kamu tetap ingin menikah dengan pria itu aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dan aku akan selalu mendukungmu dan berdoa untukmu agar selalu bahagia." balas Jenny meski agak tidak rela melihat teman baiknya itu menikahi pria yang rumornya sangat buruk itu.
" Terimakasih Jenny. Kamu itu memang sahabatku yang paling baik." ucap Karina sambil tersenyum manis.
Setelah selesai berbicara, kedua gadis cantik itu segera pergi meninggalkan cafe rainbow dan pergi ke tempat tujuan mereka masing-masing.
Setelah berpisah jalan dengan Jenny, Karina lalu kembali ke rumah ayahnya untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal di rumah itu.
Saat ia tiba di rumah ayahnya, Karina segera berjalan memasuki rumah itu dan langsung menuju ke kamarnya.
Namun ketika Karina sudah naik ke atas menuju ke kamarnya di lantai dua, mendadak adik perempuannya yang pandai berpura-pura jadi orang baik itu muncul di hadapannya.
Gadis itu tersenyum ke arahnya, lalu ia berkata.
" Kakak, kamu sudah pulang ? Kenapa kakak tidak pulang ke rumah kemarin ? Ayah dan ibu sangat mengkhawatirkanmu semalam. Mereka takut terjadi sesuatu kepadamu kak." ucap adiknya yang lain ibu itu dengan memasang wajah polos tanpa dosa.
" Aku baik-baik saja, semalam aku menginap di rumah temanku. Katakan pada ayahku agar ia tidak perlu khawatir." ucap Karina dengan wajah dingin. Kemudian tanpa basa-basi lagi Karina segera melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya.
Sesudah memasuki kamarnya, Karina segera mengunci pintu kamarnya dari dalam agar tidak ada yang mengganggunya lagi.
Setelah itu Karina duduk di tepi tempat tidurnya. Kemudian ia menolehkan kepalanya lalu menatap sebuah foto yang terletak di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Di foto itu terlihat dirinya baru berumur empat tahun yang sedang di gendong oleh ibunya.
Saat menatap foto itu, hatinya mendadak menjadi sedih karena ia sangat merindukan ibunya itu. Tetapi ia tidak bisa lagi bertemu dengan ibunya itu, karena ibunya telah lama tiada. Pada saat itu juga ia teringat kembali dengan kejadian yang ia alami dalam perjalanan ke kampung ibunya. Ketika ia sedang berada di tengah perjalanan itu, tiba-tiba saja muncul segerombolan perampok dan menghadang mobil yang membawanya ke kampung halaman ibunya itu. Para perampok itu lalu merampas semua barang berharga yang ia bawa, sesudah itu para perampok itu lalu membunuh sopir yang mengantarnya dan pelayan yang menemaninya saat itu. Waktu itu ia baru berumur sepuluh tahun dan sangat ketakutan. Jadi ketika perampok itu akan membunuhnya juga, ia pun segera berlari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan dirinya. Namun tempat itu sangat sepi dan tidak ada orang yang lewat di jalan itu, jadi Karina tidak bisa meminta pertolongan kepada siapa pun.
Tetapi saat nyawanya hampir saja melayang, mendadak muncul seorang kakek-kakek yang terlihat seperti pengemis datang menolongnya.
Setelah itu Karina pun di bawa oleh kakek-kakek itu ke tempat tinggalnya.
Selanjutnya kakek-kakek itu yang menjadi guru Karina, ia mengajarkan banyak keterampilan kepada Karina. Di antaranya adalah ilmu beladiri dan ilmu pengobatan tradisional serta keterampilan akupuntur.
Setelah menguasai semua yang di ajarkan oleh kakek-kakek itu, Karina lalu pergi mencari nenek dari ibunya lagi. Sesudah bertemu dengan neneknya, Karina lalu tinggal bersama neneknya itu. Dan di belakang neneknya, Karina selalu rajin berlatih dan mulai mengembangkan bisnis.
Tetapi bisnisnya itu hanya membuka sebuah klinik pengobatan. Namun karena keahliannya yang cukup hebat, klinik pengobatan Karina itu pun menjadi semakin terkenal. Kini pasiennya bukan saja dari kalangan orang miskin, tetapi juga ada dari kalangan orang kaya. Uang yang ia dapatkan juga semakin banyak, oleh karena itu Karina lalu mendirikan sebuah perusahaan. Dan sekarang perusahaannya sudah sangat besar dan tersebar di beberapa tempat. Tetapi Karina meminta kakak seperguruannya yang mengurusnya, sedangkan ia sendiri mengurus di belakang layar. Semua itu ia lakukan agar ibu tiri dan anaknya itu tidak waspada kepada dirinya.
Kini adalah saatnya untuk membalas perbuatan ibu tirinya dan putrinya yang telah membuatnya di usir dari rumah saat itu gumam Karina di dalam hatinya. Selain itu Karina juga curiga dengan kasus perampokan yang terjadi waktu itu mungkin hanya kedok saja, tujuan perampok itu sebenarnya adalah ingin membunuhnya
Bersambung...