BAB : 08 ( delapan )

Saat Karina dan Jenny sedang asyik bercanda dan makan cemilan, mendadak mereka mendengar suara seorang pria menyapa mereka dari belakang.

" Hai cantik. Apakah kalian berdua tidak punya pasangan ?" tanya pria yang berwajah cukup tampan itu sambil tersenyum manis.

Kedua gadis itu serentak menoleh ke arah pria itu. Kemudian Jenny yang lebih dulu menjawab pertanyaan pria itu.

" Memangnya kenapa jika kami tidak memiliki pasangan ?" ucap Jenny balik bertanya dengan wajah polos.

" Kalau kalian bersedia, aku dan temanku bisa menjadi pasangan kalian. Karena aku dan temanku juga tidak memiliki pasangan." balas pria tampan itu masih dengan senyuman di bibirnya.

Ketika Jenny mendengar kata-kata pria itu, ia pun lalu berkata.

" Menurutku boleh juga kita berkenalan. Lalu di mana temanmu yang satu lagi ?" balas Jenny kepada pemuda itu balik bertanya.

" Teman ku yang satu lagi sedang pergi ke toilet sebenar." jawab pemuda itu dengan senyum mengembang.

Tidak lama kemudian teman pemuda itu datang menghampiri mereka dan berkata.

" Hei, di sini kamu rupanya. Sedang apa kamu di sini dengan gadis-gadis ini ?" tanya teman pemuda itu sambil menepuk pundak temannya pelan.

" Aku bermaksud ingin berkenalan dan berteman dengan mereka." balas pemuda itu kepada temannya sambil melirik ke arah Karina dan Jenny.

" Oh begitu. Bagus juga, kita berdua memang belum memiliki pasangan. Kalau begitu kenalkan namaku Ryan Lewis." ucap teman pemuda tadi sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

" Oh, hai Ryan. Senang berkenalan denganmu. Namaku Jenny dan ini Karina sahabatku." balas Jenny dengan tersenyum sambil mengulurkan tangannya membalas jabat tangan Ryan.

Kemudian teman Ryan tadi berkata.

" Hai Jenny, hai Karina, namaku Leon Barata." ucap teman Ryan sambil tersenyum.

" Hai juga Leon. Silahkan duduk dulu baru kita mengobrol." ucap Jenny mempersilahkan kedua pria muda yang terlihat sebagai putra pewaris kaya itu untuk duduk.

Di dalam hatinya, Jenny merasa sangat senang mendapat kenalan baru pria tampan.

Sedangkan Karina lebih banyak diam karena ia tidak begitu tertarik berkenalan dengan pria. Sebab menurutnya berkenalan dengan para pria itu hanya membuang-buang waktu saja. Apalagi sebentar lagi ia akan segera menikah, meskipun hal itu bukan atas keinginannya sendiri.

Namun ketika Denis melihat gadis yang akan menikah dengan tuannya di dekati oleh pria lain, ia pun segera melaporkannya kepada Alvian.

Ketika Alvian yang sedang memeriksa sebuah dokumen di kantornya itu melihat itu adalah telepon dari asistennya, jadi Alvian segera mengangkat teleponnya dan berkata.

" Ada apa lagi Denis ?" tanya Alvian sambil memijat pelipisnya.

" Ah itu tuan, calon istri anda sedang di dekati oleh pria lain di sini tuan." ucap Denis dengan suara agak pelan.

" Hmm, aku kira ada apa. Ternyata cuma itu. Untuk saat ini biarkan saja dulu, karena aku dan dia belum menikah berarti dia masih bisa bebas berbuat apa saja asal tidak berlebihan. Kamu perhatikan saja dari jauh, jangan sampai ada yang tahu." ucap Alvian memberi perintah kepada Denis.

" Oh, baiklah tuan." balas Denis dengan hormat.

Bersambung...