BAB : 10 ( sepuluh )

Pada saat ini Karina sedang dalam perjalanan menuju ke klinik pengobatan tradisionalnya ketika ponselnya mendadak berdering.

Ketika ia melihat bahwa telepon itu dari nomor yang tidak di kenal, Karina hanya memandangnya sebentar lalu mengabaikannya.

Di dalam hatinya Karina berkata," Siapa pula yang menelponku pagi-pagi begini." gumam Karina sambil terus fokus mengemudikan mobilnya.

Namun karena ia tidak mengangkat telepon, maka orang itu terus menelponnya tanpa henti.

Akhirnya Karina dengan enggan menekan tombol hijau di ponselnya untuk menerima telepon itu lalu menyambungkannya ke speaker bluetooth yang terpasang di telinganya tanpa perlu mengangkat ponselnya untuk bicara.

Kemudian Karina segera berkata dengan nada sedikit tidak sabar.

" Halo, dengan siapa saya bicara ini ?" ucap Karina sambil terus menyetir dengan hati-hati.

" Halo, apakah ini benar nomor Karina ?" tanya suara seorang pria di seberang telepon.

" Ya, ini saya Karina. Ada urusan apa anda menelpon saya dan siapa anda ?" ucap Karina balik bertanya.

" Saya Denis, asisten tuan Alvian nona. Saya sengaja menelpon nona untuk memberitahukan pesan tuan Alvian. Isi pesannya adalah Tuan Alvian ingin bertemu dan berbicara dengan nona nanti malam sekitar jam tujuh di restoran Gardenia." ucap Denis dengan lugas.

" Oh begitu, baiklah. Saya akan datang ke sana setelah saya pulang bekerja nanti." ucap Karina kepada Denis.

Selesai menjawab telepon Denis tanpa menunggu jawabannya, Karina segera menutup teleponnya.

Hal itu membuat Denis cukup tercengang di buatnya. Di dalam hatinya Denis berkata.

" Apakah gadis itu meremehkan saya ? Kenapa sikapnya mirip sekali dengan tuan." gumam Denis tak habis pikir.

Tetapi ia segera mengabaikan perasaannya itu lalu segera memberitahukan jawaban Karina tadi kepada Alvian.

" Saya sudah berhasil menghubungi gadis itu tuan dan dia bilang dia akan datang ke tempat yang telah tuan tentukan setelah pulang bekerja nanti." ucap Denis sambil menunduk sedikit.

" Baiklah kalau begitu. Sekarang aku akan bersiap dulu." ucap Alvian dengan wajah datar. Sesudah itu Alvian segera mendorong kursi rodanya ke kamarnya untuk menyiapkan apa yang perlu di bawanya.

Sementara Karina sudah tiba di depan klinik pengobatan tradisionalnya.

Setelah Karina masuk ke dalam klinik, asistennya segera membuka klinik dan mulai memanggil satu persatu pasien yang sudah mendaftar dan menunggu sejak tadi untuk di periksa oleh Karina.

Bersambung...