BAB : 11 ( sebelas )

Pada sore harinya sekitar jam lima, Karina sudah selesai memeriksa pasien terakhirnya hari itu. Dan pada jam itu juga sudah waktunya untuk pulang bekerja. Jadi setelah menyimpan semua berkas pasiennya ke dalam lemari, Karina lalu keluar dari ruang kantornya dan mengunci pintunya. Sesudah itu Karina segera berjalan keluar. Tetapi sebelum pergi dari klinik pengobatannya, ia lebih dulu mendekati asistennya dan berkata.

" Sebelum kamu pergi, tolong kunci pintunya dulu oke." ucap Karina dengan suara yang tidak keras dan juga tidak terlalu lembut namun cukup tegas.

" Baik bos." ucap asisten Karina itu.

Setelah berkata, Karina segera melanjutkan langkahnya menuju tempat mobilnya di parkir.

Sebelum pergi ke tempat yang di tentukan oleh Alvian, Karina lebih dulu pergi ke toko pakaian untuk membeli sebuah gaun sederhana untuk di pakainya menemui Alvian.

Sesudah menemukan gaun yang sesuai dan mebelinya, Karina segera pulang ke apartemennya sendiri untuk mandi dan mengganti pakaiannya.

Tepat ketika jam menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh sore, Karina memutuskan untuk pergi menuju restoran Gardenia untuk bertemu dengan calon suaminya yang bernama Alvian itu.

Dua puluh menit kemudian Karina sudah tiba di depan restoran Gardenia.

Setelah memarkir mobil Ferrari merahnya, Karina segera keluar dari mobilnya lalu berjalan memasuki restoran Gardenia yang cukup ramai pengunjung itu.

Tetapi sebelum ia menemukan Alvian, ia malah bertemu dengan ibu tirinya dan putrinya serta ayahnya yang juga hendak memasuki restoran itu.

Ibu tirinya dan adiknya itu cukup terkejut saat melihatnya, lalu adiknya itu segera menyapanya.

" Kakak, kamu mau makan di sini juga ? Dengan siapa kamu kemari ?" tanya adiknya lain ibu itu dengan nada yang meremehkan. Karena adiknya itu menganggap Karina tidak punya uang dan tidak akan sanggup makan di restoran itu karena harga makanan di restoran itu cukup mahal dari restoran lain.

Tetapi Karina tidak perduli dengan sikap adik yang meremehkannya itu, Karina hanya berkata.

" Apakah aku ingin makan atau tidak di sini itu bukan urusanmu. Dan dengan siapa pun aku kemari juga tidak ada hubungannya denganmu. Jadi terserah kepadaku apa yang ingin aku lakukan." jawab Karina dengan acuh tak acuh.

Selesai berkata, Karina segera melanjutkan langkahnya menuju ruangan pribadi tempat ia akan bertemu dengan Alvian.

Sedangkan Lina yang di tinggalkan begitu saja merasa sangat kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi ia hanya mendengus kesal dan berkata.

" Lihatlah kakak Bu, sikapnya begitu sombong. Bahkan kakak tidak menegur ayah dan ibu." ucap Lina dengan bibir mengerucut.

" Biarkan saja anak durhaka itu, suatu saat nanti dia pasti akan menyesal sendiri." ucap ayahnya yang juga terlihat kesal karena di abaikan oleh putrinya itu.

Setelah Karina menemukan ruang pribadi tempat Alvian menunggu, ia pun segera menekan gagang pintunya lalu berjalan dengan tenang dan anggun memasuki ruang pribadi itu.

Di tengah ruang pribadi itu Karina melihat seorang pria yang masih cukup muda dan tampan sudah duduk menunggunya.

Meskipun pria itu duduk di atas kursi roda namun auranya yang dingin dan mengintimidasi itu cukup mengejutkan bagi Karina. Tetapi ia tidak merasakan takut sama sekali dan tetap berjalan mendekat lalu duduk dengan anggun di hadapan Alvian sambil berkata.

" Apakah anda tuan Alvian ?" ucap Karina sambil tersenyum tipis.

Bersambung...