BAB : 12 ( dua belas )

Ketika Karina mulai memasuki ruang pribadi itu Alvian sudah melihatnya. Sekarang setelah gadis itu duduk di seberangnya, di dalam hati Alvian berkata.

" Gadis ini lumayan cantik dan pemberani, ia tidak merasa takut sama sekali kepadaku." batin Alvian sambil memandang Karina tanpa berkedip.

Sekarang setelah mendengar suaranya yang merdu, Alvian sempat terpana sejenak namun ia segera merubah kembali ekspresinya menjadi datar dan berkata.

" Anda benar nona Karina, saya adalah Alvian. Apakah kamu terkejut ketika melihat saya duduk di kursi roda dan tidak ingin menikah dengan saya ?" ucap Alvian sambil tersenyum sinis.

Mendengar kata-kata sinisnya Karina tidak marah sama sekali. Ia malah tersenyum dan berkata.

" Saya tidak terkejut sama sekali karena saya sudah tahu sebelumnya. Tetapi saya datang bukan untuk membatalkan pernikahan kita. Saya sendiri bersedia menikah dengan anda tanpa syarat apa pun dan saya berjanji akan menjadi seorang istri yang baik bagi suami saya." ucap Karina tanpa keraguan sedikit pun. Hal itu langsung membuat Alvian cukup terkejut, lalu ia segera berkata.

" Selain cacat, saya juga tidak punya apa-apa. Apakah kamu masih mau menjadi istri saya ?" ucap Alvian dengan penuh tanda tanya di wajahnya. Ia pikir gadis itu pasti akan menolaknya jika tahu bahwa ia miskin.

Tetapi kemudian ia mendengar Karina berkata.

" Saya tidak keberatan meskipun kamu miskin, saya punya pekerjaan sendiri dan saya punya uang untuk menghidupi kita berdua." balas Karina dengan lugas.

Kini Alvian yang terdiam setelah mendengar kata-kata Karina itu.

Ketika Karina melihat Alvian diam saja, ia lalu berkata.

" Sekarang mari kita makan dulu baru bicara lagi oke." ucap Karina yang telah merasa kelaparan karena belum sempat makan setelah pulang bekerja.

Kemudian Alvian berkata.

" Baiklah, mari kita makan dulu." balas Alvian masih dengan wajah datar.

Tidak lama kemudian pelayan restoran itu mulai menata hidangan yang sudah di pesan di depan Alvian dan Karina.

Setelah para pelayan itu keluar, mereka lalu makan dengan tenang.

Selesai makan, Karina dan Alvian masih diam saja. Namun kemudian Alvian yang berkata lebih dulu.

" Lalu hari apa kita akan pergi ke kantor catatan sipil untuk menikah ?" tanya Alvian dengan wajah datarnya.

" Besok pagi saya bisa pergi denganmu ke kantor catatan sipil." jawab Karina tanpa ragu.

Membuat Alvian terkejut lagi dan hampir jatuh rahangnya.

Tanpa sadar ia berkata.

" Secepat itu ?" gumam Alvian dengan suara yang masih bisa di dengar oleh Karina.

" Bukankah lebih cepat itu lebih baik tuan Alvian ?" balas Karina sambil tersenyum manis.

Sejenak Alvian sempat terpesona dengan senyum manisnya itu, tetapi ia segera berpaling sedikit untuk menghindari tatapan Karina.

Kemudian ia berkata

" Baiklah, kalau begitu kita bertemu jam sembilan besok di depan kantor catatan sipil." ucap Alvian yang telah kembali ke wajah datarnya.

" Baik tuan Alvian, kalau begitu sampai bertemu lagi besok. Sekarang saya akan pergi dulu, terimakasih atas makan malamnya. Biar saya yang membayar tagihan makannya, anda tidak perlu khawatir." ucap Karina sebelum berdiri dan keluar dari ruangan pribadi itu.

Meninggalkan Alvian yang terdiam dan tidak bisa berkata-kata karena di anggap miskin dan tidak mampu membayar tagihan makan mereka malam itu oleh Karina.

Di dalam hati Alvian berkata.

" Apakah dia benar-benar mengira aku miskin ?" batin Alvian dengan wajah masam.

Bersambung...