Pada pagi harinya, Karina terbangun dari tidurnya sekitar jam tujuh.
Ketika ia melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit, Karina baru bergegas bangkit dengan malas dari ranjang empuknya lalu mandi.
Selesai mandi, Karina segera memakai atasan blouse warna biru dengan rok hitam lebar hingga di bawah lutut.
Rambut panjangnya yang bergelombang di ikat menjadi ekor kuda yang agak tinggi.
Sesudah itu Karina memakai make up tipis di wajahnya yang oval dan putih bersih itu dan lipstik berwarna merah muda di bibirnya yang tipis.
Ketika ia melihat pantulan wajahnya di cermin riasnya, Karina lalu bergumam.
" Sudah cukup bagus, sekarang sebaiknya aku segera berangkat agar tidak terjebak kemacetan." gumamnya pelan.
Kemudian Karina segera mengambil map yang sudah di siapkan nya tadi malam lalu menyambar tas tangan dan kunci mobilnya di atas meja.
Sesudah itu Karina segera berkendara menuju ke kantor catatan sipil.
Beberapa menit kemudian Karina telah sampai di tempat tujuannya itu.
Saat turun dari mobilnya, Karina melihat Alvian sudah menunggunya di depan pintu masuk kantor catatan sipil itu bersama seorang pria yang terlihat masih cukup muda juga.
Kemudian Karina segera menuju ke tempat Alvian menunggu dengan langkah pasti.
Ketika sudah tiba di hadapan Alvian, Karina lalu berkata.
" Selamat pagi, maaf aku agak terlambat karena jalanannya macet. Apakah kamu sudah lama menunggu di sini ?" ucap Karina dengan penuh basa-basi.
" Selamat pagi juga, untung saja aku pun belum lama tiba di sini. Kalau kamu datang lebih lambat lagi mungkin aku sudah pergi dari sini karena bosan menunggu." balas Alvian dengan nada sinis.
" Kamu ini cepat sekali marah, hati-hati kena darah tinggi." ucap Karina dengan mengerucutkan bibirnya.
" Sudahlah, aku tidak ingin berdebat denganmu sekarang. Ayo kita segera masuk ke dalam saja agar urusan kita cepat selesai." ucap Alvian dengan wajah datar.
" Oke baiklah, setelah ini aku juga harus pergi bekerja." balas Karina menyetujui ucapan Alvian.
Kemudian Alvian dan Karina segera memasuki kantor catatan sipil itu berdua saja. Sementara Denis yang tadi menemani Alvian di suruh menunggu di luar oleh Alvian. Karena Alvian tidak memperkenalkan pria itu kepadanya, Karina pun tidak banyak bertanya. Namun di dalam hatinya, Karina menduga pria itu adalah asisten Alvian bukan temannya ketika ia melihat sikap pria itu yang begitu hormat kepada Alvian.
Beberapa menit kemudian Karina dan Alvian sudah selesai menjalani semua prosedur pernikahan mereka hari itu.
Setelah menerima buku sertifikat pernikahannya, Karina dan Alvian pun segera keluar dari kantor catatan sipil itu.
Saat keduanya tiba di luar, Denis segera berjalan mendekati Alvian dan berkata.
" Anda sudah selesai tuan ? Saya ucapkan selamat untuk anda. Sekarang anda sudah resmi menikah." ucap Denis sambil mengatupkan kedua tangannya untuk memberi ucapan selamat.
" Terimakasih Denis." balas Alvian sambil melotot kepada Denis. Membuat nyali Denis segera menciut.
Kemudian Karina segera menyela mereka dengan berkata.
" Jangan marah kepada bawahanmu suamiku, dia tidak salah. Dia hanya memberi ucapan selamat, bukankah itu bagus ? Kamu seharusnya belajar menghargai orang lain terutama bawahanmu yang telah setia menemanimu." ucap Karina dengan tulus kepada Alvian.
Saat Alvian mendengar sebutan suamiku untuknya, Alvian hampir saja memutar bola matanya. Di dalam hatinya, Alvian berkata.
" Wanita ini benar-benar mendalami aktingnya sebagai istri dengan sangat baik." batin Alvian.
Namun pemikiran Denis ternyata berbeda dengan Alvian.
Ketika Denis mendengar kata-kata nasehat Karina, di dalam hati Denis merasa sangat bersyukur untuk majikannya.
" Sepertinya nona Karina ini cukup baik, semoga saja ia bisa memberikan kebahagiaan untuk tuan Alvian yang telah cukup lama menderita." gumam Denis di dalam hatinya.
Bersambung...