Sabrina menghela napas, mencoba menenangkan diri. "Kau benar, Lila. Aku harus berani. Ini adalah malam yang penting bagi ayahku dan untuk nama keluarga kita."
Lila membantu Sabrina mengenakan gaun tersebut, mengatur rambutnya dengan indah, dan menambahkan aksesori yang sederhana namun elegan. "Sempurna! Anda terlihat luar biasa, Lady Sabrina. Semua orang akan terpesona melihat Anda."
Sabrina menatap dirinya di cermin. Meskipun ada rasa cemas yang menggelayuti hatinya, ia tidak bisa menahan senyumnya. "Terima kasih, Lila. Tanpamu, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan."
Selalu siap membantu, Lady. Sekarang, mari kita pergi ke pesta dan tunjukkan kepada dunia siapa Anda!" Lila berkata dengan semangat.
Dengan langkah mantap, Sabrina meninggalkan kamarnya, bertekad untuk menghadapi malam yang penuh tantangan dan harapan. Saat ia melangkah menuju aula, ia merasakan campuran antara kegembiraan dan ketegangan. Malam ini, ia akan berusaha untuk menjadi lebih dari sekadar putri yang diharapkan orang lain. Ia ingin menemukan jati dirinya yang sebenarnya.
Saat Sabrina melangkah memasuki aula kerajaan, suasana meriah langsung menyambutnya. Lampu-lampu berkilauan menggantung di langit-langit, menciptakan suasana magis yang membuat hati setiap tamu berdebar. Musik lembut mengalun, dan suara tawa serta percakapan menggema di seluruh ruangan. Semua mata seolah tertuju padanya saat ia melangkah masuk, mengenakan gaun biru laut yang anggun.
Sabrina merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia berusaha untuk tetap tenang, tetapi rasa gugupnya tak bisa dihindari. Ia melihat sekeliling, mengenali wajah-wajah aristokrat yang sudah tidak asing lagi baginya. Beberapa di antaranya tersenyum dan memberi anggukan hormat, sementara yang lain tampak terpesona oleh penampilannya.
"Lady Sabrina!" seru seorang wanita tua yang mengenakan gaun merah marun. "Kau terlihat sangat cantik malam ini! Seperti bintang yang bersinar di langit."
Sabrina tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa canggungnya. "Terima kasih, Lady Margareth. Anda juga terlihat menawan."
Ia melanjutkan langkahnya, berusaha untuk tidak terjebak dalam kerumunan. Namun, saat ia melangkah lebih jauh, ia merasakan tatapan tajam dari sudut ruangan. Ia menoleh dan melihat Cedric, pemuda misterius yang menatapnya dari jauh. Ia berdiri di antara kerumunan, matanya tidak lepas dari Sabrina. Senyumnya hangat menyapa Sabrina.