Festival Awal Musim Semi

Festival Awal Musim Semi adalah salah satu dari tiga perayaan besar di Kekaisaran. Berasal dari zaman Kaisar Ketiga, festival ini dirayakan setiap tahun setelah salju terakhir meleleh, menandai dimulainya masa tanam dan berkah bagi rakyat sembilan provinsi. Tetapi bagi keluarga kekaisaran, hari itu bukan sekadar upacara, melainkan juga ajang simbolik untuk menunjukkan stabilitas kekuasaan dan keharmonisan Klan Surgawi Ye.

Pagi itu, istana dipenuhi warna. Kain merah dan emas membentang di sepanjang koridor utama, sementara lonceng angin dipasang di puncak gerbang untuk menangkap semilir angin gunung yang masih membawa sisa hawa dingin musim dingin. Musik tradisional mulai terdengar sejak fajar. Para penari istana berlatih gerakan terakhir, dan para juru masak menyiapkan sajian agung yang akan disajikan pada tamu-tamu dari provinsi luar.

Ye Zhuxian, dengan jubah putih bersulam motif awan dan segel klan di dada kirinya, berdiri diam di teras paviliun, menyaksikan persiapan dengan tatapan tenang. Di usianya yang kelima, ia belum diharuskan memimpin upacara apa pun, namun sebagai pewaris langsung garis utama, kehadirannya tetaplah simbol yang kuat bagi rakyat dan bangsawan.

"Festival tahun ini lebih meriah dari sebelumnya," gumam Yu Lin, pelayan setia yang berdiri tak jauh di belakang. Ia membawa nampan kecil berisi buah prem manisan, salah satu favorit Zhuxian.

Zhuxian hanya mengangguk, mengambil satu potong buah dan mengunyahnya perlahan. Matanya tidak lepas dari pemandangan di pelataran depan, tempat para pelayan sibuk menggantung lentera berbentuk teratai. Di sudut lain, para tetua klan tengah mempersiapkan meja ramalan dan persembahan leluhur. Tidak jauh dari sana, para prajurit kehormatan berbaris dengan senjata upacara, membentuk formasi yang telah diwariskan selama ratusan tahun.

Beberapa saat kemudian, Gao Yun datang dan menunduk di hadapan Zhuxian. "Yang Mulia, kaisar memanggil Anda untuk bergabung di paviliun utama. Tamu-tamu dari delapan provinsi di Empat Region telah tiba."

Zhuxian mengangguk sopan. Ia berjalan mengikuti Gao Yun, ditemani Yu Lin di belakang. Di sepanjang lorong istana, para pelayan dan pengawal membungkuk saat ia lewat. Wajah mereka penuh rasa hormat, tapi tak sedikit pula yang menyimpan tatapan sedih yang samar untuknya.

Semenjak kelahirannya, mereka tahu anak ini istimewa. Tapi di balik kemegahan Segel Kaisar Ketujuh, realitas tetaplah pahit—Zhuxian belum juga menunjukkan kekuatan kultivasi apa pun.

Paviliun utama penuh dengan tamu-tamu terhormat. Leluhur-leluhur tua dari keluarga bangsawan, bangsawan dan pejabat dari provinsi jauh, serta tetua sekte-sekte yang setia pada kekaisaran. Aroma dupa dan anggur mengisi udara, membaur dengan suara alat musik guzheng yang dimainkan pelan oleh gadis-gadis istana.

Ye Tiantong, sang Kaisar Keenam, duduk di kursi utama. Meski rambutnya mulai memutih, aura di sekelilingnya tetap kokoh dan mendalam, seperti pegunungan purba yang tak bergeming meski diterjang angin ribuan tahun.

Tatkala melihat Zhuxian melangkah masuk, senyum kecil muncul di wajah tuanya. Ia mengangguk ringan, memberi isyarat agar cicitnya duduk di sisi kirinya. Zhuxian menunduk hormat, lalu duduk dengan tenang, kedua tangan di atas lutut, sikapnya sempurna seperti yang diajarkan.

Beberapa tamu mencuri pandang. Beberapa berbicara dalam hati.

"Tuan Muda Masih belum mencapai Qi Transformation… Tapi meski begitu...Ia benar benar sangat bermartabat dan bijaksana seperti rumornya"

"Padahal usianya baru lima tahun. Tapi dia sudah bisa bersikap seperti itu, sikapnya benar benar sempurna"

Di sisi kanan ruangan, duduk seorang gadis seusia Zhuxian, mengenakan jubah merah dengan bordir bunga api di lengan. Matanya tajam tapi hangat. Ia memperhatikan Zhuxian tanpa bicara, lalu tersenyum kecil saat mata mereka bertemu.

Itulah Ye Lanyue, sepupu nya dari Paman keempatnya. Meski mereka jarang bertemu langsung, Zhuxian selalu akrab didekatnya. Lanyue tidak pernah bertanya soal kultivasi, tidak pernah membandingkan, hanya berbicara dan tetap hadir.

Acara utama berlangsung. Doa dibacakan. Persembahan diberikan. Para biksu dan tetua sekte melafalkan mantra berkah musim baru. Di tengah semua itu, Zhuxian ikut berdiri, menunduk, menyatukan kedua tangan ke dada, dan mengikuti upacara dengan tenang.

Namun, di tengah keheningan rohani itu, ia sempat menoleh ke langit.

Tujuh bintang masih tak terlihat di siang hari. Tapi entah kenapa, hari itu ia merasa… seolah ada sesuatu yang menatap balik dari balik awan.

---

Usai upacara, para bangsawan berkumpul di taman dalam untuk jamuan santai. Makanan istana disajikan, dari sup angsa perak hingga nasi giok surgawi. Zhuxian duduk di dekat Lanyue dan sepupu-sepupunya yang lain. Mereka berbicara tentang permainan, tentang pelajaran, tentang hal-hal kecil yang bagi anak-anak seusia mereka terasa besar.

"Aku dengar kalian belajar pedang di Provinsi Timur?" tanya Zhuxian pelan.

Lanyue mengangguk. "Sedikit. Tapi aku lebih suka belajar teknik formasi. Lebih indah kalau dilihat dari atas."

Zhuxian tertawa kecil. "Aku ingin bisa terbang suatu hari. Tidak pakai formasi. Langsung ke langit."

Lanyue menatapnya dalam, lalu menjawab, "Kau akan sampai ke sana. Aku yakin."

Percakapan mereka tak lama, tapi kata-kata itu tertinggal di hati Zhuxian lebih lama dari yang ia sadari.

---

Sementara itu, di balik bayangan paviliun selatan, seorang lelaki berjubah hitam berdiri diam, tak terlihat oleh siapa pun. Ia adalah utusan dari salah satu sekte tersembunyi yang diundang oleh protokol, namun tidak benar-benar bagian dari kekaisaran.

Matanya mengamati Zhuxian lama sekali.

"Aura itu… sangat samar. Tapi tetap ada. Ini bukan akar yang spiritual lemah… ini… ada sebuah segel."

Ia menyipitkan mata.

“Segel yang belum pecah.”