Kedatangan Ye Yaoyue (2)
Aula Dewan Perang darurat di Istana Klan Surgawi terasa dingin, bukan karena suhu udara, melainkan karena ketegangan yang membekukan. Sisa-sisa pertempuran masih terasa di udara—aura dari energi spiritual yang dilepaskan secara masif, dan aroma anyir darah yang terbawa angin dari paviliun medis yang hancur. Di tengah ruangan, di atas meja giok raksasa, tergeletak sebuah token obsidian dengan ukiran mata retak, memancarkan aura dingin yang jahat.
Para petinggi Klan Ye telah berkumpul. Kaisar Ye Tiantong duduk di kursi utama, wajahnya tak terbaca, matanya yang dalam menatap token itu. Di sekelilingnya, para putra dan cucunya berdiri, masing-masing dengan ekspresi yang serius. Ye Qingwu, yang baru saja kembali setelah mengamankan paviliun medis, masih memancarkan niat membunuh yang pekat, jubahnya sedikit robek dan ternoda darah—darah musuh. Di seberangnya, Ye Qingtian berdiri dengan sikap analitis, matanya terus bergerak antara token dan sebuah peta besar istana yang terbentang di atas meja.
Seorang komandan Pasukan Naga Tersembunyi melangkah maju, berlutut dengan satu kaki, dan memberikan laporannya dengan suara yang jelas dan mantap.
“Melapor pada Yang Mulia Kaisar dan para Tuan,” katanya. “Penyergapan di sektor perpustakaan telah selesai. Total penyusup empat. Tiga tewas di tempat, satu berhasil ditangkap hidup-hidup sesuai perintah. Tahanan dalam kondisi tersegel penuh dan telah dipindahkan ke sel terdalam di penjara bawah tanah. Di pihak kita, dua prajurit menderita luka ringan, tidak ada korban jiwa.”
Ye Tiantong mengangguk pelan. “Kerja bagus. Kembali ke posmu.”
Komandan itu membungkuk dan mundur dalam diam. Selanjutnya, Ye Mingyun melangkah maju. Wajahnya masih pucat dan ia berjalan sedikit tertatih, didampingi oleh seorang tabib, namun tatapannya tetap tegas. Ia membungkuk dalam-dalam.
“Kakek Kaisar, Ayah dan Paman sekalian” sapanya dengan hormat sebelum beralih ke Kaisar. “Kakek Kaisar, saya melaporkan situasi di paviliun medis. Tim penyusup kedua berjumlah lima orang, kekuatan mereka jauh melampaui tim pertama. Pemimpin mereka, khususnya, memiliki kekuatan yang setara dengan ahli ranah Nascent Soul tingkat menengah. Formasi pertahanan luar berhasil ditembus dengan cepat. Kami kehilangan enam prajurit penjaga di lobi utama.”
Suaranya bergetar sejenak saat menyebutkan korban jiwa, tetapi ia segera menguasai dirinya. “Saya berhasil menahan mereka di koridor utama dengan Token Formasi Perisai Kura-kura Giok, tetapi pertahanan itu hampir hancur total. Jika Paman Qingwu tidak tiba tepat waktu, saya khawatir...”
“Kau telah melakukan tugasmu dengan sangat baik, Mingyun,” sela Ye Qingwu, suaranya yang serak mengandung nada pengakuan. “Kau berhasil mengulur waktu yang sangat berharga. Beristirahatlah.”
Ye Mingyun membungkuk lagi dan mundur, membiarkan Ye Qingwu melanjutkan.
“Pemimpin mereka sangat kuat dan licik,” kata Ye Qingwu sambil menunjuk token di atas meja. “Tetapi ia tidak menyangka kita memiliki dua ahli yang siap menyergap. Setelah pertarungan sengit, kami berhasil menewaskan empat di antara mereka dan menangkap pemimpinnya hidup-hidup. Benda ini jatuh darinya saat pertarungan.”
Keheningan menyelimuti ruangan. Hasilnya jelas: dari total sembilan penyusup, tujuh tewas, dan dua—satu prajurit biasa dan satu komandan lapangan—berhasil ditangkap hidup-hidup. Secara teknis, ini adalah kemenangan total bagi Klan Ye. Namun, tidak ada satu pun wajah yang menunjukkan kelegaan. Kemenangan ini terasa sangat pahit. Mereka telah disusupi, prajurit mereka gugur, dan mereka bertarung di rumah mereka sendiri. Ini adalah penghinaan.
Ye Qingtian akhirnya angkat bicara, memecah keheningan. “Ini bukan serangan acak,” katanya sambil menunjuk beberapa titik di peta. “Perpustakaan dan paviliun medis. Mereka menyerang dua aset kita yang paling rentan secara simbolis: pengetahuan masa lalu dan kemampuan kita untuk menyembuhkan masa depan. Tim pertama yang lebih lemah sengaja dikirim ke perpustakaan untuk menciptakan kekacauan dan menarik perhatian. Mereka tahu betul bahwa Kakak Qingwu, sebagai petarung terkuat kita, akan langsung menuju ke sana. Itu adalah umpan yang sempurna.”
“Sementara perhatian kita terpecah,” lanjutnya, “tim pembunuh mereka yang sesungguhnya menyerang paviliun medis, dengan tujuan utama menghabisi Tuan Li Wei dan para tabib, melenyapkan satu-satunya kesempatan kita untuk mempelajari energi korup mereka.”
Analisis yang dingin itu membuat semua orang merinding. Musuh ini bukan hanya kuat, tetapi juga sangat cerdas.
“Sifat energi mereka juga menjadi masalah terbesar,” tambah Ye Qingxuan. “Para tabib melaporkan bahwa itu bukan racun biasa yang bisa dinetralisir dengan pil. Itu adalah sejenis ‘pembusukan’ yang melahap Qi dan esensi kehidupan. Mereka benar-benar buta dalam hal ini.”
“Kalau begitu, kita tidak boleh buta lebih lama lagi,” kata Ye Tiantong akhirnya. Suaranya yang tenang membawa bobot yang membuat semua orang fokus. “Kita memiliki dua tahanan. Satu prajurit, satu komandan. Mereka adalah tambang emas informasi. Qingtian, aku ingin kau…”
Tepat saat Kaisar hendak memberikan perintahnya, sebuah peristiwa yang jauh di luar perhitungan siapa pun terjadi.
Seluruh Istana Klan Surgawi bergetar.
Bukan getaran fisik seperti gempa bumi, melainkan getaran spiritual. Semua ahli di ruangan itu merasakan energi spiritual di udara tiba-tiba menjadi tenang, sangat tenang, seolah membeku. Lalu, dari arah bagian timur, sebuah aura yang tak terlukiskan mulai menyebar. Aura itu tidak ganas atau penuh niat membunuh. Sebaliknya, ia terasa agung, murni, suci, dan begitu dahsyat hingga membuat jiwa mereka tunduk tanpa perlawanan. Lilin-lilin di dalam ruangan berhenti berkedip, nyala apinya berdiri tegak sempurna. Aroma samar bunga teratai surgawi yang menenangkan mulai meresap ke dalam ruangan.
Ye Qingwu, Ye Qingxuan, Ye Qingtian, dan semua Tuan lainnya seketika merasakan tekanan spiritual yang luar biasa. Seolah sebuah gunung tak terlihat diletakkan di atas pundak mereka. Qi di dalam tubuh mereka yang biasanya mengalir deras kini terasa lamban, ditekan oleh kekuatan yang berada di alam eksistensi yang sama sekali berbeda. Wajah mereka menunjukkan keterkejutan dan perjuangan. Ini adalah tekanan dari seorang ahli yang telah melampaui Alam Kebangkitan Beladiri.
Hanya satu orang di ruangan itu yang tidak terpengaruh secara fisik.
Kaisar Ye Tiantong berdiri tegak, matanya terbelalak ngeri. Sebagai seorang ahli yang juga berada di Alam Penempaan Jiwa, ia tidak merasakan tekanan fisik, tetapi ia merasakan gelombang kekuatan yang sangat ia kenal. Wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi oleh kebingungan dan kekhawatiran yang mendalam.
“Yaoyue…” desahnya, namanya nyaris tak terdengar. “Kenapa? Kenapa dia melepaskan seluruh auranya seperti ini? Sesuatu… sesuatu yang sangat buruk pasti telah terjadi.”
Matanya yang tajam melesat ke arah sumber aura itu. Arah timur.
Ye Qingxuan adalah yang pertama menghubungkan titik-titik itu. Wajahnya kehilangan semua warna. “Arah itu… Paviliun Giok!”
“Paviliun Xian’er!” seru Ye Qingtian, kengerian terpancar di matanya.
Sebuah kesadaran kolektif yang mengerikan menghantam mereka semua. Pertempuran sengit. Sembilan penyusup. Dua tim penyerang. Ternyata semua itu hanyalah babak pembuka. Seluruh perhatian mereka, seluruh kekuatan mereka, telah ditarik ke dalam skema yang rumit, sementara target yang paling berharga, sang pewaris takhta, pusat dari semua ramalan, ditinggalkan di tempat yang mereka kira paling aman.
Ye Tiantong tidak menunggu lebih lama lagi. Rasa khawatir seorang kakek buyut kini mengalahkan ketenangan seorang kaisar. Dengan raungan tanpa suara, tubuhnya berubah menjadi seberkas cahaya keemasan dan melesat keluar dari aula dewan, menembus langit malam.
Diikuti oleh Ye Qingwu, Ye Qingxuan, dan yang lainnya, para petinggi terkuat di kekaisaran itu kini terbang dengan kecepatan panik menuju satu titik, meninggalkan rencana perang mereka, meninggalkan para tahanan mereka, dengan satu doa yang sama di dalam hati mereka yang berdebar kencang:
Semoga Mereka Tidak Terlambat