Gema Darah Surgawi (1)
Keputusan Kaisar Ye Tiantong telah ditetapkan, dan aura agungnya kembali mereda, memungkinkan semua orang di Aula Leluhur untuk bernapas lebih lega. Suasana tegang dari perdebatan telah berganti menjadi keseriusan sebuah dewan perang yang bersatu. Mereka menerima pendekatan baru yang seimbang: memperkuat pertahanan secara diam-diam, memberikan kebebasan pada sang pewaris untuk tumbuh, sambil secara proaktif menyelidiki musuh baru mereka.
Ye Qingtian segera mengambil peta besar istana dan membentangkannya di atas meja giok. “Baik, jika kita asumsikan musuh masih memiliki mata-mata di kota, maka setiap pergerakan pasukan besar-besaran akan menimbulkan kecurigaan. Kakak Qingwu, untuk pertahanan Paviliun Giok, saya sarankan kita tidak menambah jumlah penjaga secara mencolok. Sebaliknya, kita ganti personel yang berjaga dengan anggota elit dari Pasukan Naga Tersembunyi secara bertahap. Dari luar, jumlahnya sama, tetapi kualitasnya meningkat seratus kali lipat.”
Ye Qingwu, yang kini fokus pada taktik, mengangguk setuju. “Ide bagus. Aku akan memilih prajurit terbaikku sendiri. Kita juga bisa memasang formasi ilusi sederhana di sekitar taman paviliun. Bukan untuk menyerang, tetapi untuk memberitahu kita jika ada energi asing yang melintas.”
Diskusi mereka berlanjut dengan detail yang rumit. Mereka membahas cara mengamankan dua tahanan di penjara bawah tanah, bagaimana memulai interogasi, dan langkah-langkah untuk membentuk Tim Penyidik Darurat. Setiap anggota dewan memberikan masukan, menyatukan keahlian mereka—strategi, kekuatan militer, dan pengetahuan formasi—menjadi sebuah rencana pertahanan yang nyaris sempurna. Mereka adalah Klan Surgawi Ye, dan saat mereka bergerak sebagai satu kesatuan, efisiensi mereka sangat menakutkan.
Aula Leluhur terasa khusyuk dan berat. Para petinggi Klan Ye telah menyelesaikan diskusi mengenai strategi pertahanan mereka. Suasana yang tadinya tegang karena ancaman musuh, kini telah berubah menjadi fokus yang tajam dan terarah. Mereka memiliki rencana, mereka memiliki tahanan, dan mereka memiliki keunggulan sebagai tuan rumah. Kemenangan dalam pertempuran malam itu, meskipun pahit, telah membangkitkan kembali semangat juang klan yang telah lama tertidur dalam kedamaian.
Kaisar Ye Tiantong duduk di kursi utamanya, matanya yang dalam mengamati putra dan cucu-cucunya. Ia puas dengan hasil diskusi mereka. Rencana pertahanan dan investigasi telah disusun dengan rapi. Namun, ia tahu, semua itu hanyalah tindakan reaktif. Untuk benar-benar memenangkan perang yang akan datang, mereka membutuhkan sesuatu yang lebih. Mereka membutuhkan sebuah terobosan.
Di tengah keheningan itu, Ye Yaoyue, yang sejak tadi hanya menjadi pendengar yang tenang, akhirnya angkat bicara. Suaranya yang jernih memecah kesunyian, menarik perhatian semua orang di ruangan itu.
“Semua rencana itu bagus,” katanya lembut. “Itu akan membangun sebuah benteng yang tidak bisa ditembus. Tapi benteng hanya berguna untuk bertahan. Untuk menang dalam sebuah perang, kita membutuhkan pedang yang cukup tajam untuk menyerang balik.”
Ye Qingwu, yang berdiri paling depan, menoleh ke arah bibinya dengan ekspresi hormat namun sedikit bingung. “Bibi Besar, dengan segala hormat, kami semua di sini berada di ranah Nascent Soul tingkat menengah. Tidakkah kekuatan kami cukup untuk menjadi pedang klan?”
Ye Yaoyue tersenyum tipis, senyum yang mengandung pengetahuan kuno yang membuat para ahli Nascent Soul itu merasa seperti murid sekolah. “Kalian tajam, Qingwu. Tapi kalian bisa menjadi jauh lebih tajam lagi.” Ia berhenti sejenak, tatapannya menyapu setiap wajah di ruangan itu—Qingxuan yang bijaksana, Qingtian yang analitis, Qingfeng yang pendiam. “Pencerahanku semalam… tidak hanya membawaku menerobos ke Alam Penempaan Jiwa.”
Ia menjeda kalimatnya, membiarkan antisipasi memenuhi ruangan.
“Ia juga membangunkanku pada sesuatu yang telah lama tertidur di dalam darah kita. Sebuah warisan yang terlupakan.”
Aula itu menjadi senyap seketika. Para cucu kaisar saling pandang, mencoba memahami makna di balik kata-kata Bibi Besar mereka. Warisan yang terlupakan?
“Garis Keturunan Surgawi kita,” lanjut Ye Yaoyue, “bukan hanya sebuah anugerah yang memberikan kita bakat kultivasi yang lebih tinggi dari orang biasa. Itu adalah sebuah kunci. Kunci untuk membuka sebuah metode kultivasi rahasia yang tersembunyi di dalam esensi darah kita sendiri. Metode yang memungkinkan para leluhur pertama kita mendominasi dunia bukan karena teknik yang mereka pelajari, tetapi karena berkah surgawi yang mereka manifestasikan sepenuhnya.”
Pernyataan itu seperti guntur di siang bolong.
“Sebuah metode?” tanya Ye Qingtian, pikirannya yang logis langsung bekerja. “Kami telah mempelajari semua naskah dan gulungan warisan klan. Tidak ada satu pun yang menyebutkan hal ini, Bibi Besar.”
“Karena metode ini tidak bisa ditulis di atas kertas,” jawab Ye Yaoyue. “Ia hanya bisa dirasakan dan dipahami ketika jiwa dan pemahaman seseorang tentang Dao mencapai tingkat kemurnian tertentu. Pencerahan yang kudapat, yang dipicu oleh penerobosanku, secara tidak sengaja membukakan pintu itu untukku. Aku menemukan sebuah teknik tunggal, inti dari semua kekuatan itu. Namanya… Teknik Darah Surgawi.”
Ia menatap keponakan-keponakannya itu. “Teknik ini bukanlah jurus serangan atau pertahanan. Ia adalah sebuah mekanisme. Sebuah cara untuk secara sadar mengaktifkan Garis Keturunan kita saat berada dalam pertempuran. Saat diaktifkan, kekuatan tempur kita akan melonjak melampaui batas peringkat kita saat ini.”
Ye Qingwu tidak bisa menahan diri. “Melonjak? Seberapa jauh, Bibi Besar?” tanyanya, matanya berkilat penuh semangat.
“Itu bergantung pada bakat dan kemurnian garis keturunan masing-masing,” jawab Ye Yaoyue dengan hati-hati, mendinginkan sedikit semangat mereka. “Tidak semua orang bisa melakukannya. Bahkan bagi yang bisa, peningkatannya mungkin hanya satu tingkat kecil. Tetapi bagi seorang jenius sejati, peningkatannya bisa sangat signifikan. Pencerahanku memberiku pemahaman yang unik, jadi peningkatanku sangat tinggi. Saat ini aku berada di awal alam penempaan jiwa, ranah Soul Foundation peringkat 1, tapi jika aku mengaktifkan garis keturunan surgawi, maka aku akan memiliki kecakapan bertarung empat peringkat lebih tinggi, yang berarti aku melompati peringkat sehingga kultivator ranah Soul Foundation peringkat lima bukan tandinganku. Tapi intinya tetap sama: teknik ini adalah jalan untuk melepaskan kekuatan sejati yang tersembunyi di dalam diri kita.”
Kekagetan di ruangan itu berubah menjadi sebuah harapan yang liar dan berapi-api. Ini adalah sebuah pengubah arus. Sebuah kartu truf yang tidak pernah mereka ketahui mereka miliki.
Bahkan Kaisar Ye Tiantong, yang berada di ranah Soul Manifestation tingkat awal, menatap putrinya dengan ekspresi yang rumit. Ia adalah yang terkuat, tetapi bahkan ia tidak pernah menyadari keberadaan 'kunci' ini.
“Yaoyue,” katanya pelan, “mengapa aku… tidak pernah menemukannya?”
Ye Yaoyue menatap ayahnya dengan penuh hormat. “Mungkin karena jalan kultivasi kita berbeda, Ayah. Jalan Ayah adalah jalan kekuatan dan wibawa seorang kaisar, berfokus pada pengendalian dunia luar. Jalanku adalah jalan keheningan dan pencarian pemahaman ke dalam diri. Pintu yang terbuka untukku mungkin berbeda dengan pintu yang terbuka untuk Ayah.” Ia berhenti, lalu menambahkan, “Atau mungkin… memang dibutuhkan perspektif polos dari Xian’er untuk mengguncang fondasi pemahama ku dan menunjukkan jalan yang terlupakan ini.”
Penyebutan nama Zhuxian sekali lagi membuat semua orang merenung dalam diam.
“Bibi Besar!” Suara Ye Qingwu kembali terdengar, kali ini penuh dengan permohonan. “Ajarkan kami! Ajarkan kami Teknik Darah Surgawi itu!”
Ye Yaoyue menggelengkan kepalanya. “Aku tidak bisa ‘mengajarkannya’ seperti seorang guru mengajarkan jurus pedang. Aku hanya bisa menunjukkan jalannya, membagikan pemahamanku tentang cara merasakan dan membangkitkannya. Apakah kalian bisa berhasil atau tidak, itu sepenuhnya ada di tangan kalian sendiri.”
Ia lalu berdiri, auranya yang agung terasa menenangkan. “Mulai besok, kumpulkan para jenius terbaik dari generasi kalian dan generasi di bawah kalian yang memiliki kemurnian garis darah tertinggi. Aku akan membuka sesi pemahaman di Paviliun Teratai. Kita akan lihat, siapa di antara kalian yang ditakdirkan untuk menjadi pedang baru bagi klan kita.”
Perkataan itu menutup pertemuan dewan. Mereka masuk ke ruangan ini dengan bayang-bayang kekalahan dan kebingungan. Mereka keluar dengan sebuah harapan baru yang membara. Perang melawan musuh misterius itu masih panjang dan berbahaya, tetapi kini, Klan Surgawi Ye telah menemukan kembali warisan mereka yang hilang. Mereka telah menemukan kembali taring mereka.