Langit di atas Desa Qingyun membara seperti besi membara. Asap hitam membumbung dari rumah-rumah jerami yang dilalap api, membawa aroma daging hangus dan tanah yang terbakar. Jeritan terakhir telah padam, berganti dengan gemerisik puing berjatuhan dan desau angin yang menyapu abu ke arah barat.
Di tengah pusaran kehancuran itu, **Lan Tian** berdiri.
Baju kasarnya yang berwarna khaki berlumuran darah dan debu, tapi posturnya tegak. Matanya—dua permata onyx yang dingin—memandang reruntuhan balai desa tanpa kedip. Tidak ada air mata, tidak ada gertakan gigi, bahkan nafasnya tetap teratur seperti sedang meditasi.
*"Tian... lari..."*
Suara parau itu berasal dari seorang pria tua yang merangkak dari kolam darah. Tangannya yang hancur mencengkeram pergelangan kaki Lan Tian.
*"Mereka... datang untukmu..."*
Lan Tian menoleh perlahan. Pupil matanya menyempit sepersekian detik—satu-satunya tanda bahwa ia mengenali **Elder Chen**, kepala pengajar ilmu bela diri desa.
*"Aku tahu,"* ujarnya. Suaranya datar, seperti membaca fakta cuaca.
Ia membungkuk, melepaskan genggaman Elder Chen dengan gerakan lembut namun pasti. Dari samping mayat seorang penjaga, ia mengambil sebilah **pedang tua berkarat**, bilahnya patah sepertiga di ujung.
*"Pedang Patah Kesunyian."*
---
### **Fragmen Memori: Sebelum Kehancuran**
Tiga hari sebelumnya, Lan Tian duduk di atas batu besar di tepi hutan. Matahari pagi menyinari punggungnya yang ramping saat tangannya menggenggam dua batu hitam legam—**Shadow Stones**.
*"Qi Refinement Tahap 9... tapi mengapa tidak bisa terobos?"*
Ia menutup mata. Di dalam meridiannya, energi spiritual berputar seperti sungai bawah tanah. Stabil. Dingin. Terkendali. Tapi di depan *gate* Foundation Establishment, alirannya terhalang tembok tak kasat mata.
*"Kau terlalu dingin, bocah!"*
Elder Chen muncul di belakangnya, wajah keriputnya berkerut khawatir.
*"Kultivasi itu tentang hasrat! Semangat! Ledakan tekad! Bukan... bukan seperti mayat hidup!"*
Lan Tian mengangguk.
*"Aku mencoba."*
Tapi ketika ia berkonsentrasi, wajahnya tetap seperti topeng giok. Tak ada raungan energi, tak ada aura bergejolak. Hanya napas sepoi-sepoi yang membuat rerumputan di sekelilingnya membeku.
---
### **Kembali ke Neraka**
*Zzzt!*
Sebilah pisau terbang melesat dari kegelapan! Lan Tian tidak menghindar. Ia hanya memiringkan kepala beberapa sentimeter—pisau itu menyambar rambutnya dan menancap di pohon di belakangnya.
*"Masih hidup? Bagus!"*
Tiga sosok berjubah hitam muncul dari bayangan. Lambang di dada mereka: **seekor ular melingkari bulan sabit**—tanda **Aliran Kegelapan Bulan**.
*"Serahkan *warisan* klan Lan, budak desa!"* bentak pemimpinnya, tangannya menyala api ungu. *Aura Golden Core!*
Lan Tian memandang mereka.
*"Aku tidak memilikinya."*
*"Bohong!"* Sosok di kiri melemparkan bola petir.
**Boom!**
Tanah di depan Lan Tian meledak, tapi ia sudah tidak di sana. Ia muncul di samping penyerang, pedang patahnya menyambar seperti kilat.
*"Ah—?!"*
Tidak ada darah. Hanya leher yang terbelah bersih, dan tubuh yang rubuh tanpa suara.
*"Teknik iblis!"* teriak pemimpin. *"Bunuh dia!"*
---
### **Tarian Pedang Tanpa Nama**
Lan Tian tidak menggunakan jurus megah. Gerakannya sederhana: **hindar, sambar, geser**. Tapi setiap sambarannya mematikan.
*Penyerang kedua* mengeluarkan tombak beracun, menubruk dengan teriakan.
Lan Tian berputar, pedangnya mengetuk gagang tombak—
*Krak!*
Gagang tombak patah, dan bilah pedang tua itu terus meluncur masuk ke dada.
*Penyerang ketiga* panik, mengeluarkan jimat penyembur api.
*"Matii—!"*
Api menyembur... tapi Lan Tian sudah **menghilang**.
*"Di atas!"*
Ia jatuh dari langit seperti elang, pedangnya menusuk tengkorak.
Hanya pemimpin yang tersisa. Matanya melotot:
*"Foundation Establishment? Tidak mungkin! Kau—"*
Lan Tian tidak memberinya selesai bicara. Ia melesat maju, pedang diacungkan lurus.
*"Bongkak!"* Si pemimpin mengerahkan aura Golden Core penuh. Tekanan spiritualnya meremukkan batu-batu di sekeliling. Tapi...
*Cling!*
Pedang patah itu menembus perisai energi, masuk persis di ulu hati.
*"H-how...?"* Si pemimpin tersedu, darah mengalir dari mulutnya.
Lan Tian memandangnya.
*"Kau terlalu berisik."*
Ia memuntir pedang, dan nyawa musuh terakhir pun padam.
---
### **Rahasia di Reruntuhan**
Di ruang bawah tanah balai desa yang hancur, Lan Tian berdiri di depan **batu nisan tanpa nama**. Ini satu-satunya struktur yang utuh.
Dengan menekan urat nadi di pergelangan tangan kanannya ke batu, ia berbisik:
*"Darah Lan membuka jalan."*
*Grr...*
Batu itu bergeser, menyingkap tangga menuju ruang kecil. Di dalamnya hanya ada:
- **Sebuah jubah hitam** berlambang bintang perak.
- **Gulungan kulit kering** bertuliskan: *"Jalan Kesunyian Abadi"*.
- **Sebuah medali perunggu** bergambar pedang dan bulan.
Lan Tian membuka gulungan. Isinya bukan jurus, tapi **peta**—menunjuk ke pegunungan barat, dengan catatan:
*"Di Nirvana Peak, kebenaran tentang darahmu menanti."*
Ia mengenakan jubah, menyimpan medali, lalu membakar gulungan. Api membara di matanya yang dingin, memantulkan bayangan asap di luar.
---
### **Epilog: Penguntit di Bayangan**
Di atas bukit sebelah barat, dua sosok mengawasi.
*"Dia membunuh tiga Golden Core sendirian... dengan Foundation Establishment?"*
*"Bukan Foundation Establishment biasa. Lihat aura pedangnya—itu warisan 'Pedang Melupakan'."*
*"Lapor ke Guru. Keturunan terakhir klan Lan... telah bangkit."*
Mereka menghilang dalam kepulan asap.
Di bawah, Lan Tian melangkah keluar dari desa. Tak ada pandangan terakhir. Tak ada kesedihan. Hanya langkah mantap ke arah barat.
Angin berbisik membawa suara arwah, tapi ia tidak menoleh. Di tangannya, **Shadow Stones** bergetar halus, menyerap sisa energi kematian di udara.
*"Nirvana Peak,"* gumamnya, satu-satunya kata yang diucapkan sejak awal.
Dan di balik ketenangannya, di dasar Dantian-nya, **sebutir inti emas** mulai terbentuk—dingin, sunyi, dan penuh rahasia.
Bab 1 berakhir