Di dalam Republik Argaterra, desakan waktu terasa semakin nyata. Suhu terus menurun secara sporadis, membuat lapisan terluar Lembah Vena terasa membeku. Pati Energi kini menjadi komoditas langka yang dijaga ketat. Bahkan di pusat kota, cahaya dari kristal-kristal Pati Energi utama meredup, memancarkan aura suram yang melambangkan keputusasaan.
Neural nyaris tidak pernah meninggalkan Arsip Getaran. Dengan setiap getaran Jantung Primordial yang ia tangkap, gambaran tentang Arga Sang Pencipta di luar semakin jelas dan semakin mengerikan. Ia memproyeksikan data-data yang dikumpulkannya untuk Kael, Elara, dan Lira. Proyeksi hologram menunjukkan pembuluh darah yang menyusut, jaringan yang menghitam, dan organ-organ yang berdenyut sangat lemah, nyaris tidak berfungsi.
"Semua sistem utama Arga... melemah," bisik Neural, suaranya dipenuhi rasa sakit. "Pati Energi dari sumber utama nyaris tidak ada. Arga menolak asupan dari luar. Tubuhnya... tubuhnya menyerah."
Elara, dengan wajah muram, memvalidasi data tersebut. "Kadar nutrisi di aliran utama turun drastis. Sel-sel Arga tidak lagi mampu memprosesnya. Bahkan air yang masuk ke dalam tubuh Arga, tidak lagi disaring dengan baik. Ini... ini adalah kehancuran sistemik."
Di luar alam semesta mikro, di kamar rumah sakit di Jakarta, kondisi Arga memang memburuk dengan cepat. Dokter Anya dan timnya bekerja tanpa lelah, namun semua upaya terasa sia-sia. Mesin-mesin pendukung kehidupan di sekeliling Arga berbunyi tanpa henti, setiap beep adalah penanda waktu yang terus berdetak menuju akhir. Wajah Arga semakin tirus, dan napasnya dangkal.
Dokter Anya berdiri di samping Arga, memegang tangannya yang kurus. Monitor di atas kepala Arga menampilkan garis-garis elektrokardiogram (EKG) yang semakin flat, menunjukkan aktivitas jantung yang sangat lemah. Tekanan darahnya terus turun.
"Kita sudah mencoba semua antibiotik yang ada, Dok. Infeksi sekundernya sangat sulit dikendalikan," lapor Suster Lia, suaranya serak. Kondisi imun Arga yang sangat rendah membuat tubuhnya rentan terhadap infeksi sekecil apa pun, yang bagi mikro-humanoid terasa seperti wabah penyakit yang terus-menerus muncul.
Dokter Anya hanya bisa mengangguk. "Fungsi ginjalnya juga sudah mulai berhenti. Paru-parunya dipenuhi cairan."
Setiap fluktuasi besar di luar, setiap kejang kecil pada tubuh Arga, terasa seperti gempa bumi dahsyat di dalam Argaterra. Mikro-humanoid harus berlindung di rongga-rongga yang lebih stabil. Mereka yang berada di area perifer, seperti di ujung-ujung kapiler atau di dekat permukaan kulit Arga, merasakan dampak paling parah.
Laporan dari patroli Limfonit yang masih setia melaporkan penemuan komunitas mikro-humanoid yang sudah tidak bergerak, kaku dan dingin, di daerah-daerah yang Pati Energinya telah habis sepenuhnya. Populasi Intestarii di usus besar melaporkan bahwa lingkungan mereka telah menjadi sangat tidak stabil, dengan perubahan pH ekstrem dan mikroflora asing yang tidak terkendali, membuat area itu nyaris tak dapat dihuni.
"Kita tidak punya banyak waktu, Ketua," desak Lira. "Jika Jantung Primordial adalah satu-satunya jalan, kita harus memprioritaskan ini sepenuhnya. Sumber daya kita tidak akan bertahan lebih dari beberapa siklus lagi dalam kondisi ini."
Di tengah keputusasaan itu, Kael membuat keputusan yang berat. Ia memerintahkan untuk menghentikan semua proyek rekonstruksi yang tidak berhubungan langsung dengan misi Jantung Primordial. Pati Energi terakhir yang tersisa, material yang masih bisa dikumpulkan, dan setiap unit pekerja yang tersedia, semuanya dialihkan untuk satu tujuan: mencari cara membuka gerbang.
Di layar utama Arsip Getaran, di samping proyeksi jam pasir yang terus mengalir, Neural menunjukkan sebuah model tiga dimensi dari Jantung Primordial. Gerbang yang mereka lihat di Bab 19 masih diselimuti misteri. "Jantung Primordial ini bukan hanya pemancar informasi," jelas Neural. "Ia juga memiliki mekanisme pertahanan. Kita tidak bisa hanya membuka paksa gerbangnya. Kita harus memahami bahasa-nya."
Mereka kini tidak hanya berlomba melawan waktu. Mereka juga berlomba melawan tubuh yang sekarat, dengan setiap detiknya membawa mereka lebih dekat pada kepunahan yang tak terhindarkan. Harapan mereka satu-satunya terletak pada Jantung Primordial, dan janji akan sebuah Perbatasan Terakhir yang mungkin bisa menyelamatkan mereka, atau menelan mereka sepenuhnya.