Keresahan yang Menyebar dan Pilar yang Goyah

Keputusan Ketua Kael untuk mengalihkan seluruh sumber daya Republik Argaterra demi misi Jantung Primordial adalah sebuah taruhan besar. Di tengah Lembah Vena yang semakin dingin dan kelangkaan Pati Energi yang mencekik, keresahan mulai menyebar seperti infeksi baru. Pengumuman resmi dari Dewan Mikro tentang "ancaman eksternal yang belum pernah terjadi" dan "perlunya menemukan jalan keluar dari Arga Sang Pencipta" disambut dengan campuran ketakutan, ketidakpercayaan, dan keputusasaan.

Mayoritas Pulmolites dan ras sekutu lainnya, yang baru saja pulih dari perang mengerikan melawan Sistites, kini dihadapkan pada ancaman yang jauh lebih abstrak dan mematikan: kematian dunia mereka sendiri. Visualisasi yang diproyeksikan Neural dari Arga (manusia) yang terbaring lemah di rumah sakit, dengan monitor berkedip dan jarum jam pasir yang terus mengalir, terlalu sulit dicerna bagi banyak dari mereka. Bagaimana mungkin dunia yang mereka kenal selama ribuan siklus, yang mereka yakini abadi, bisa begitu saja "berhenti berdenyut"?

Pilar yang Goyah: Reaksi Faksi dan Rakyat

Di Dewan Mikro, ketegangan terasa begitu pekat sehingga nyaris bisa disentuh.

Tor, pemimpin Kardionit, yang biasanya angkuh, kini tampak lebih muram. "Ketua Kael, Pati Energi yang kita pompa dari jantung Arga sudah berkurang drastis," lapornya, getarannya tidak lagi penuh keyakinan. "Sistemnya melemah. Kita bisa saja memfokuskan sumber daya terakhir kita untuk memperkuat inti pertahanan di sekitar jantung, menyiapkan benteng terakhir. Membuka 'gerbang' yang belum jelas keberadaannya ini adalah tindakan bunuh diri!"

Hepatari juga menyuarakan kekhawatiran. "Produksi Pati Energi kami anjlok 70%," kata seorang perwakilan Hepatari, Pati Energinya berkedip-kedip lemah. "Kita akan menghadapi kelaparan massal jika kita terus memompa sumber daya untuk proyek yang tidak pasti ini. Kita harus mengalihkan Pati Energi yang tersisa untuk kebutuhan dasar, mengonsolidasi populasi yang tersisa."

Namun, Elara membantah dengan tegas. "Tidak ada 'benteng terakhir' di dalam tubuh yang sekarat, Tor! Jaringan Arga sudah mulai kolaps. Memfokuskan Pati Energi ke satu area hanya akan mempercepat kematian organ lain. Kita harus keluar! Jantung Primordial adalah satu-satunya harapan kita." Elara, meskipun lelah, memancarkan aura tekad yang membara.

Sementara Dewan berdebat, di tingkat akar rumput, gejolak sosial mulai terasa. Para pengungsi dari wilayah yang rusak, yang kini berdesakan di Lembah Vena, menjadi yang paling rentan. Desas-desus liar menyebar. Beberapa mengatakan Dewan berbohong, bahwa ini adalah taktik untuk mengkonsolidasikan kekuasaan. Yang lain percaya bahwa "gerbang" adalah tipuan, sebuah perangkap baru yang diciptakan oleh Sistites yang belum sepenuhnya musnah.

Pemberontakan Kecil: Faksi "Penyintas Takdir"

Sebuah faksi baru mulai terbentuk, menyebut diri mereka "Penyintas Takdir." Mereka adalah para Pulmolites dan beberapa Limfonit yang telah kehilangan segalanya, terlalu lelah untuk bertarung lagi. Mereka menolak proyek Jantung Primordial, percaya bahwa ini adalah akhir dari siklus, dan mereka harus menerima nasib mereka dengan damai di dalam Arga yang sekarat.

"Kita telah bertarung. Kita telah berkorban," seorang pemimpin tak resmi dari faksi Penyintas Takdir, seorang Pulmolites tua bernama Varon, bergetar di tengah kerumunan yang berkumpul di sebuah lorong Pati Energi yang redup. "Arga telah berbicara. Dia sekarat. Takdir kita adalah bersama dengannya. Mengapa kita harus berlari ke kegelapan yang tidak kita kenal?"

Kael harus mengirim pasukan patroli untuk menenangkan kerusuhan kecil dan menahan para agitator. Ini adalah dilema yang mengerikan: ia tidak bisa memaksa mereka untuk percaya, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan keputusasaan melumpuhkan misi penyelamatan terakhir.

Keputusan Sulit: Mengisolasi yang Tidak Setuju

Setelah debat yang panjang dan penuh emosi, Kael mengambil keputusan yang brutal namun perlu. Ia memerintahkan untuk mengalokasikan Pati Energi dan sumber daya hanya kepada mereka yang secara aktif mendukung dan berpartisipasi dalam misi Jantung Primordial. Faksi "Penyintas Takdir" dan mereka yang menolak akan mendapatkan Pati Energi paling minimal, cukup untuk bertahan hidup tanpa mengganggu misi utama, atau dipaksa untuk mengungsi ke area yang lebih perifer, tempat mereka akan merasakan dampak langsung dari kematian Arga.

"Ini bukan pengasingan, ini adalah pilihan," tegas Kael dengan nada berat. "Kita tidak punya sumber daya untuk menyelamatkan semua orang jika mereka menolak diselamatkan. Kita harus fokus pada yang bersedia berjuang untuk masa depan."

Titus, yang baru saja kembali dari patroli dan melihat langsung penderitaan rakyat, mendukung keputusan Kael, meskipun dengan hati yang berat. "Kita tidak bisa membiarkan keraguan mengikis kesempatan terakhir kita," katanya.

Di sisi lain, reaksi ini memicu eksodus kecil dari mereka yang putus asa dan tidak percaya. Beberapa mulai bergerak secara sporadis menuju "permukaan" Arga, mencoba mencari jalan keluar sendiri yang mereka yakini ada melalui celah di indra atau organ yang mulai rusak, tanpa panduan atau teknologi yang memadai. Mereka adalah "Pengungsi Panik", yang nasibnya akan menjadi kisah-kisah terpisah yang memilukan.

Neural dan Tekanan yang Meningkat

Neural merasakan semua kekacauan ini, baik dari getaran Arga yang sekarat maupun dari gelombang emosi para mikro-humanoid. Tugasnya menjadi semakin berat. Jantung Primordial masih memancarkan getaran misterius, sebuah "bahasa" yang sulit untuk diuraikan. Proyeksi yang ia dapatkan dari kubus itu semakin fragmentaris, seolah Arga sendiri sedang kesulitan berkomunikasi.

"Gerbang itu..." bisik Neural pada Elara, suatu malam, cahaya tubuhnya berkedip cemas. "Aku bisa merasakan bahwa ia terhubung dengan inti kehidupan Arga. Jika Arga terlalu lemah, gerbang itu mungkin tidak bisa dibuka. Atau lebih buruk lagi, jika Arga mati sebelum kita menemukan kuncinya... gerbang itu akan tersegel selamanya."

Elara mengangguk, matanya menatap rumusan kompleks yang ia kerjakan. "Aku sedang mencoba menganalisis pola energi yang kau dapatkan dari Jantung Primordial. Ada semacam algoritma biologis yang sangat rumit di sana. Sepertinya membutuhkan kombinasi frekuensi dan Pati Energi yang sangat spesifik untuk diaktifkan."

Di luar sana, di dunia manusia, waktu terus berdetak. Dokter Anya menyaksikan monitor di kamar Arga. Garis EKG semakin datar. "Napasnya semakin lemah," bisiknya pada Suster Lia. Di dalam tubuh Arga, kegelapan dan dingin perlahan merayap, mengancam untuk menelan semua cahaya, semua harapan. Setiap detik adalah pertaruhan yang lebih besar. Argaterra berdiri di ambang kehampaan, dipaksa untuk percaya pada janji sebuah gerbang yang belum terlihat.