Perjalanan menuju Sumsum Tulang, wilayah misterius Medullites, adalah sebuah misi yang sangat berbeda dari apa pun yang pernah dihadapi Republik Argaterra. Bukan lagi pertempuran melawan invasi brutal Sistites, melainkan perlombaan melawan waktu dan kehancuran organ dalam Arga Sang Pencipta yang semakin sekarat. Titus memimpin tim kecil yang terdiri dari Pulmolites Pejuang paling tangguh dan beberapa Limfonit. Lira ikut serta sebagai navigator utama, sementara Elara membekali mereka dengan sensor canggih dan data vital yang dikumpulkan Neural dari Jantung Primordial.
"Jalur ini akan sangat berbeda," Elara memperingatkan sebelum mereka berangkat, menunjuk ke proyeksi hologram labirin sumsum tulang yang rumit. "Kadar Pati Energi di sana sangat rendah, dan lingkungannya padat. Getaran Arga yang sekarat bisa memicu keruntuhan jaringan kapan saja. Kalian harus sangat hati-hati."
Kapsul Penjelajah Dalam yang sebelumnya digunakan Neural untuk mencapai Jantung Primordial kini dimodifikasi untuk menembus kerapatan Sumsum Tulang. Bor Getaran Joric di bagian depan kapsul ditingkatkan, mampu menciptakan getaran frekuensi tinggi untuk melunakkan dan menembus matriks tulang yang padat.
Saat mereka memasuki lorong-lorong sempit yang menuju ke Sumsum Tulang, kegelapan menyelimuti mereka. Cahaya Pati Energi dari luar nyaris tidak ada. Sensor mereka menunjukkan matriks tulang yang tebal dan padat di setiap sisi. Udara terasa berat, dan tekanan di luar kapsul meningkat drastis. Bunyi bor bergemuruh monoton, menembus lapisan demi lapisan matriks organik yang keras.
"Suhu di luar kapsul terus menurun," lapor salah satu Pulmolites Pejuang, suaranya tegang. "Pati Energi nyaris nol. Jika kita tidak berada di dalam kapsul ini, kita tidak akan bertahan."
Perjalanan itu terasa tanpa akhir. Jam pasir Arga terus mengalir di benak mereka. Setiap kali Arga di luar merasakan kejang akibat kanker, dinding-dinding tulang di sekitar mereka bergetar hebat, mengirimkan retakan ke seluruh struktur, nyaris menjepit kapsul mereka. Titus harus berulang kali memerintahkan Bor Getaran untuk bekerja lebih keras, menyingkirkan puing-puing yang menghalangi jalan.
"Aku merasakan sesuatu," kata Lira, menunjuk ke layar sensor. "Bukan getaran Arga, bukan getaran Sistites. Ini... getaran yang sangat stabil, sangat tenang. Medullites."
Akhirnya, setelah berhari-hari perjalanan yang penuh tekanan, mereka tiba di sebuah rongga besar yang berbeda dari semua yang pernah mereka lihat. Rongga itu dikelilingi oleh formasi kristal Pati Energi yang unik, memancarkan cahaya redup berwarna keperakan. Di tengah rongga, terdapat struktur-struktur yang terbuat dari materi tulang yang dipoles halus, membentuk bangunan-bangunan melingkar yang anggun. Ini adalah permukiman Medullites.
Medullites sendiri adalah ras yang ramping dan tinggi, dengan kulit berwarna keperakan dan mata yang memancarkan kebijaksanaan kuno. Mereka bergerak dengan tenang dan anggun. Begitu kapsul Titus berhenti, beberapa Medullites muncul dari bangunan mereka, memandang kapsul dengan rasa ingin tahu yang tenang, tanpa rasa takut.
Titus membuka palka kapsul. Udara di dalam rongga itu terasa dingin, namun Pati Energi yang langka di sini memancarkan ketenangan yang menenangkan. "Salam, para Medullites," sapa Titus, melangkah keluar. "Kami datang membawa pesan darurat dari Republik Argaterra."
Seorang Medullites yang terlihat paling tua dan bijaksana, dengan pancaran cahaya yang sedikit lebih terang dari yang lain, melangkah maju. "Kami merasakan gejolak di tubuh Arga Sang Pencipta," katanya, suaranya resonan seperti desiran angin di gua. "Kami merasakan penderitaannya. Kami telah mengamati."
Titus menjelaskan misi mereka: tentang Arga yang sekarat, tentang Jantung Primordial, dan tentang kristal hitam legam yang mungkin adalah kunci untuk membuka gerbang ke Dunia Luar. Ia menunjukkan proyeksi visual dari kristal yang Neural lihat.
Medullites tua itu mengamati proyeksi dengan tenang. "Kristal itu... kami mengenalnya," katanya. "Itu disebut Pusaran Abadi. Bukan berasal dari Arga ini, melainkan dari masa lalu yang jauh, dari sebelum siklus ini dimulai."
"Anda tahu di mana itu?" tanya Lira, penuh harap.
"Pusaran Abadi adalah penjaga," jelas Medullites. "Ia disembunyikan dan dilindungi oleh mereka yang datang sebelum kami. Oleh Generasi Pertama yang hidup di Arga, ribuan siklus yang lalu." Medullites menunjuk ke sebuah struktur melingkar di tengah pemukiman mereka, tampak seperti altar kuno. "Ia ada di sana. Tersimpan di dalam. Tetapi Pusaran Abadi hanya akan beresonansi dengan impuls sejati."
Titus merasa ada harapan. "Apa maksud Anda 'impuls sejati'?"
"Ia adalah kunci yang hanya bisa diaktifkan oleh esensi dari siklus itu sendiri," jawab Medullites, tatapannya beralih ke arah Jantung Primordial, yang getarannya samar-samar bisa mereka rasakan dari sini. "Oleh mereka yang membawa cetak biru primordial di dalam diri mereka. Oleh Neural."
Sebuah kesadaran menghantam Titus. Mereka telah membawa misi penyelamatan ini ke tempat yang tepat, tetapi mereka tidak membawa kunci yang sebenarnya. Kristal itu membutuhkan Neural.
"Neural tidak ada di sini," kata Lira, keputusasaan menyelinap dalam suaranya. "Dia terlalu lemah untuk perjalanan jauh ini setelah insiden Jantung Primordial."
"Maka dia harus datang," kata Medullites tua itu dengan tenang. "Tanpa impulsnya, Pusaran Abadi tidak akan pernah mengungkapkan rahasianya. Dan tanpa Pusaran Abadi, gerbang itu akan tetap tersegel. Waktu Arga semakin menipis."
Di luar, Arga (manusia) mengalami kejang lagi. Monitor di rumah sakit berbunyi nyaring. Dokter Anya dan perawat segera mendekat, berusaha menstabilkan kondisinya yang semakin memburuk. Setiap detik yang berlalu adalah satu detik lagi bagi mereka untuk menemukan kunci. Misi ini belum berakhir, dan kini, beban terbesar jatuh pada satu individu: Neural, sang Neuronite.