Kabar dari Titus yang sampai ke Lembah Vena seperti pukulan telak. Kristal Pusaran Abadi, kunci untuk mengaktifkan Jantung Primordial, ada di Sumsum Tulang, tetapi hanya dapat diaktifkan oleh Neural. Ini berarti Neural, yang baru saja pulih dari kondisi kritis pasca-perang dan yang koneksinya dengan Arga Sang Pencipta melemah seiring sekaratnya inang, harus kembali melakukan perjalanan berbahaya itu.
Di Arsip Getaran, Kael, Elara, dan Lira mendengarkan laporan Titus melalui transmisi terbatas dari Sumsum Tulang. Keputusasaan terasa pekat.
"Dia belum sepenuhnya pulih," kata Kael, menatap Neural yang kini duduk di samping Batu Dunia, pancaran cahayanya terlihat lebih redup. "Perjalanan ke Jantung Primordial saja sudah nyaris merenggutnya. Sekarang, ke Sumsum Tulang?"
Elara menghela napas. "Kita tidak punya pilihan lain, Ketua. Waktu Arga... terus berjalan. Pusaran Abadi adalah satu-satunya harapan kita. Dan hanya Neural yang bisa mengaktifkannya." Ia menoleh ke Neural. "Bisakah kau melakukannya, Neural? Bisakah kau bertahan dalam perjalanan itu?"
Neural memejamkan mata, merasakan getaran Arga yang semakin kacau. Ia bisa merasakan kehangatan yang memudar, Pati Energi yang menipis, dan getaran rasa sakit dari inangnya. "Aku... aku bisa merasakan Batu Dunia memudar," katanya pelan, suaranya hampir tak terdengar. "Koneksiku dengan Arga semakin tipis. Jika aku tidak bertindak sekarang, bahkan jika Pusaran Abadi ada di hadapanku, aku tidak akan bisa mengaktifkannya."
Keputusan dibuat. Neural akan melakukan perjalanan ke Sumsum Tulang. Namun, kali ini, perjalanannya harus lebih cepat dan lebih aman. Joric segera bekerja keras memodifikasi Kapsul Penjelajah Dalam. Ia memasang sistem Pati Energi darurat yang dapat menyalurkan Pati Energi langsung ke kapsul dari cadangan terakhir Republik, memastikan daya tidak terputus. Sistem pelindung diperkuat, dan navigasi diintegrasikan langsung dengan Elara dari Arsip Getaran, memungkinkan pemantauan dan panduan waktu nyata.
Lira ditugaskan untuk mengawal Neural secara pribadi, bersama dengan unit Pulmolites Pejuang dan Limfonit terpilih yang masih memiliki Pati Energi cukup. Kali ini, fokus mereka bukan pertempuran, melainkan kecepatan dan perlindungan maksimal untuk Neural.
"Kita akan bergerak secepat mungkin," kata Lira kepada pasukannya. "Setiap detik berharga. Kita adalah harapan terakhir."
Pelepasan Neural dari Lembah Vena terasa muram. Banyak mikro-humanoid yang berkumpul di pinggir jalur, menatap kapsul yang membawa harapan mereka. Mereka tahu bahwa ini adalah taruhan terakhir. Jika misi ini gagal, tidak ada yang tersisa.
Di luar, Arga di rumah sakit Jakarta mengalami kejang-kejang yang lebih sering. Dokter Anya dan tim medis kini berada dalam mode krisis penuh. Monitor terus berbunyi, nada-nada panik terdengar di lorong rumah sakit.
"Tekanan darahnya terus anjlok," Dokter Anya memerintahkan. "Siapkan lagi pendorong tekanan darah. Suster Lia, periksa kembali infus nutrisinya. Jantungnya... nyaris tidak berdenyut."
Di dalam tubuh Arga yang sekarat, perjalanan Neural dimulai. Kapsul Penjelajah Dalam meluncur ke kedalaman, kali ini tidak menuju Jantung Primordial, melainkan memutar ke arah Sumsum Tulang. Sensasi dingin semakin menusuk. Getaran kacau dari Arga yang sekarat menyebabkan jalur-jalur yang sebelumnya stabil kini menjadi tidak menentu. Beberapa kali, kapsul harus bermanuver tajam untuk menghindari reruntuhan jaringan yang tiba-tiba.
Neural, yang duduk di dalam kapsul, memegang erat Batu Dunia. Cahaya Batu Dunia semakin redup, memudar seperti bara api yang akan padam. Setiap kali Arga di luar mengalami serangan batuk atau kejang, Neural merasakan sakit tajam yang merambat ke seluruh tubuhnya, diikuti oleh redupnya cahaya Batu Dunia.
"Aku bisa merasakannya," bisik Neural pada Lira, matanya terpejam. "Arga... dia menderita. Ini bukan hanya tubuhnya yang rusak. Ini adalah inti keberadaannya yang hancur."
Lira hanya bisa mengangguk, fokus pada navigasi dan memastikan keamanan jalur. Mereka melihat pemandangan yang mengerikan: wilayah yang dulunya subur kini beku dan mati, Pati Energi di dinding-dinding jaringan mengering, meninggalkan kerangka-kerangka kosong. Beberapa komunitas kecil yang memilih untuk tidak mengikuti instruksi Republik, atau yang tidak punya waktu untuk mengungsi, ditemukan membeku dalam posisi terakhir mereka, seperti patung-patung keputusasaan. Itu adalah pengingat nyata akan nasib yang menunggu mereka jika misi ini gagal.
Setelah perjuangan yang melelahkan, kapsul akhirnya tiba di rongga Sumsum Tulang yang ditempati Medullites. Medullites tua dan bijaksana menyambut mereka dengan ketenangan yang sama seperti sebelumnya, meskipun pancaran cahaya mereka juga terlihat lebih redup, tanda bahwa mereka juga merasakan penderitaan Arga.
"Dia tiba," kata Medullites tua itu, matanya menatap Neural saat ia keluar dari kapsul, dibantu oleh Lira.
Neural, dengan langkah gemetar, mendekati altar kuno tempat Pusaran Abadi, kristal hitam legam itu, tersembunyi. Kristal itu berdenyut dengan cahaya ungu yang samar, seolah menunggu sentuhan yang tepat. Batu Dunia di tangan Neural berdenyut lemah, hampir padam.
Neural meletakkan Batu Dunia di atas altar, tepat di samping Pusaran Abadi. Cahaya keduanya berinteraksi, menciptakan resonansi yang sangat samar. Neural kemudian meletakkan tangannya di atas Pusaran Abadi.
Saat sentuhan terjadi, sebuah getaran kuat merambat melalui Pusaran Abadi, disalurkan ke tubuh Neural. Getaran itu bukan getaran yang menyakitkan, melainkan sebuah ledakan informasi. Visi-visi kuno membanjiri benak Neural: sejarah lengkap Arga, bukan hanya sebagai inang, tetapi sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar. Ia melihat kehidupan Arga (manusia) sejak ia kecil, setiap memori, setiap emosi, setiap kejadian yang membentuknya. Ia melihat saat "kanker" pertama kali muncul, sebuah anomali kecil yang tumbuh menjadi keganasan. Ia melihat upaya manusia di luar untuk menyembuhkan Arga, dan akhirnya, keputusasaan mereka.
Dan di tengah semua itu, ia melihat fungsi sebenarnya dari Pusaran Abadi: itu adalah kunci resonansi, artefak yang dirancang untuk membuka gerbang antar-dimensi, memungkinkan entitas biologis yang lebih besar untuk melakukan perjalanan dari satu realitas ke realitas lain. Sebuah teknologi kuno yang mungkin ditinggalkan oleh ras yang jauh lebih maju.
Namun, saat visi itu mencapai puncaknya, Batu Dunia di samping Neural tiba-tiba bergetar hebat. Cahayanya memudar drastis, retakan-retakan kecil mulai muncul di permukaannya. Neural merasakan koneksinya terputus, sebuah lubang menganga di dalam dirinya. Batu Dunia, sumber segala asal-usul dan penciptaan kembali mereka, perlahan hancur menjadi debu energi di atas altar, padam sepenuhnya.
"Tidak!" seru Neural, rasa sakit yang luar biasa melandanya. Ia merasakan hampa. Sumber kekuatan utamanya telah tiada. Ini adalah tanda tak terhindarkan: Arga tidak akan lagi menjadi inang yang bisa menumbuhkan kehidupan. Mereka adalah generasi terakhir.
Di rumah sakit, monitor EKG Arga berbunyi nyaring. Sebuah garis datar muncul, kemudian berdenyut lemah lagi. Dokter Anya menunduk. "Kita kehilangan dia, Lia. Jantungnya... nyaris tidak berdetak."
Neural, meskipun hancur karena hilangnya Batu Dunia, kini memiliki satu-satunya kunci untuk masa depan mereka. Ia telah mengaktifkan Pusaran Abadi. Kristal itu kini bersinar terang dengan cahaya ungu yang stabil. Namun, dengan harga yang tak terbayangkan: mereka telah kehilangan koneksi dengan masa lalu dan janji akan kebangkitan. Kini, yang ada hanyalah masa depan yang tidak pasti, di luar batas dunia yang mereka kenal.