Reuni yang Tak Terduga: Gelombang dari Kedalaman

Gelombang Pati Energi yang terasa familiar namun masif itu menghantam Neural dengan kekuatan yang luar biasa. Itu bukan sekadar jejak samar atau bisikan kuno; ini adalah kehadiran hidup, berdesakan, panik, dan tak terhitung jumlahnya. Bukan ratusan, melainkan ribuan, bahkan mungkin puluhan ribu entitas. Rasa lelahnya lenyap, digantikan oleh adrenalin murni dan kebingungan yang mendalam.

"Neural! Ada apa?!" seru Lira, yang juga merasakan getaran kuat di udara, Pati Energinya berkedip-kedip kencang sebagai respons. Titus segera mengarahkan pandangan mereka ke arah yang ditunjuk Neural: celah sempit di antara langit-langit dan dinding di sudut terjauh kamar rumah sakit.

Dari celah itu, yang bagi mereka adalah sebuah jurang gelap di ketinggian, mulai berjatuhan titik-titik cahaya yang tak terhitung jumlahnya. Mereka tidak jatuh bebas seperti puing, melainkan meluncur dengan kecepatan yang mengerikan, terkadang menabrak satu sama lain. Setiap titik cahaya itu adalah sebuah mikro-humanoid.

"Mereka... mereka berasal dari Arga," bisik Neural, suaranya dipenuhi keterkejutan dan kelegaan yang campur aduk. "Aku merasakan Pati Energi kita! Mereka selamat!"

Para Pulmolites Pejuang dan Limfonit di dalam kubah pelindung yang baru saja mereka bangun mulai berteriak kegirangan, beberapa bahkan menangis haru. Mereka melihat ras mereka sendiri, yang mereka pikir telah punah seluruhnya, kini berjatuhan dari "langit."

Namun, kegembiraan itu segera berubah menjadi kengerian. Jatuhnya ribuan mikro-humanoid itu tak terhindarkan. Banyak yang menabrak lantai yang keras, Pati Energi mereka padam seketika. Yang lain mendarat di atas benda-benda runcing, atau terperangkap dalam debu tebal, Pati Energi mereka perlahan meredup. Itu adalah pemandangan yang kacau dan memilukan, sebuah reuni yang datang dengan harga yang sangat mahal.

"Cepat! Kita harus membantu mereka!" perintah Lira. Ia dan Titus segera mengumpulkan sisa Pulmolites Pejuang, menyiapkan jaring-jaring improvisasi dari serat-serat kain yang mereka temukan. Mereka bergegas menuju area jatuhnya para penyintas baru, bergerak secepat mungkin melintasi hamparan lantai raksasa itu.

Neural tetap di tempatnya, matanya terpaku pada celah. Ia tidak hanya merasakan Pati Energi. Ia merasakan gelombang keputusasaan yang tak terbayangkan dari para pendatang baru itu. Mereka semua adalah penyintas dari berbagai jalur pelarian, yang telah melewati kengerian yang berbeda. Ada Intestarii yang terkontaminasi, Uranit yang melepuh, Retinotes yang buta sementara oleh cahaya, dan Akustikonit yang gemetar ketakutan oleh suara Dunia Luar. Mereka semua telah berjuang mati-matian, dan entah bagaimana, sebuah mekanisme pelestarian atau jalur evakuasi sekunder di dalam Arga yang sekarat telah mengantar mereka ke sini. Sebuah dorongan terakhir dari tubuh Arga telah memuntahkan mereka ke ambang batas Dunia Luar ini.

Ketika Lira dan Titus mencapai area jatuhnya, pemandangan itu mengerikan. Ratusan tubuh kecil tergeletak tak bergerak. Namun, di antara mereka, ada ribuan yang masih hidup, berdesakan, bingung, dan ketakutan.

"Kami dari Argaterra! Ikuti cahaya kami!" teriak Lira, memancarkan Pati Energi sekuat mungkin. Para Pulmolites Pejuang segera mengangkat jaring-jaring mereka, berusaha menangkap para pendatang baru yang masih berjatuhan, atau membantu mereka yang tersangkut.

Masa Lalu yang Dibawa ke Masa Kini

Beberapa saat kemudian, Lira dan Titus berhasil membawa rombongan pertama yang selamat ke dalam kubah pelindung mereka. Udara di dalam kubah segera dipenuhi dengan napas tersengal-sengal dan isak tangis.

Di antara para penyintas itu, Lira melihat wajah-wajah yang dikenalnya. Seorang Intestarii tua yang dulu pernah ia temui di saluran pencernaan. Beberapa Retinotes yang dulu pernah ia instruksikan. Mereka adalah fragmen-fragmen dari dunia yang telah hilang.

"Apa... apa yang terjadi?" tanya seorang Uranit, tubuhnya masih gemetar, matanya menatap Neural. "Bagaimana kalian bisa sampai di sini?"

Neural melangkah maju. "Arga sudah tiada," katanya, suaranya berat dengan kesedihan. "Batu Dunia telah hancur. Kita adalah yang terakhir." Ia menjelaskan singkat tentang perjuangan mereka, tentang Kael dan Elara, tentang pengorbanan mereka untuk membuka jalur di Jantung Primordial. Ia juga menjelaskan tentang penemuan mereka tentang energi Dunia Luar dan pembangunan kubah pelindung ini.

Para pendatang baru menceritakan kisah-kisah mereka sendiri. Cerita tentang kehancuran di Lembah Vena, tentang kelaparan Pati Energi di dalam usus yang mengering, tentang kebutaan dan kedinginan di saluran air mata, dan tentang getaran mematikan di telinga. Mereka adalah saksi bisu dari kengerian yang tak terbayangkan, bukti dari harga kepunahan Argaterra.

"Kami tidak tahu bagaimana kami sampai ke sini," kata seorang Intestarii. "Ada cahaya, lalu sebuah dorongan yang sangat kuat, dan tiba-tiba kami berada di sini, berjatuhan."

Neural memahami. Kematian Arga, atau mungkin kehancuran Batu Dunia, telah memicu sebuah mekanisme darurat terakhir dalam tubuhnya—sebuah "pengungsian biologis" yang tidak sempurna, namun cukup untuk mendorong ribuan dari mereka keluar. Ini adalah cara Arga, bahkan dalam kematiannya, memberikan kesempatan terakhir bagi ciptaan-Nya.

Krisis Pemimpin dan Masa Depan yang Tak Pasti

Reunifikasi ini, meski mengharukan, juga membawa krisis kepemimpinan dan sumber daya yang besar. Ribuan mikro-humanoid yang traumatik dan kelaparan Pati Energi kini bergantung pada sumber daya yang sangat terbatas yang baru saja ditemukan oleh kelompok inti.

"Kita tidak punya cukup Pati Energi untuk mereka semua," bisik Titus kepada Neural dan Lira. "Dan kubah ini tidak akan muat."

Neural mengangguk. "Kita harus memperluasnya. Dan kita harus mengajari mereka cara memanen energi ini."

Ini adalah titik balik yang monumental. Mereka tidak lagi hanya berjuang untuk kelangsungan hidup mereka sendiri. Mereka sekarang adalah harapan terakhir bagi seluruh sisa peradaban Argaterra. Beban di pundak Neural, Lira, dan Titus kini menjadi jauh lebih berat. Mereka harus membangun kembali, tidak hanya sebuah tempat berlindung, tetapi sebuah masyarakat di tengah kekacauan Dunia Luar yang raksasa.

Saat mereka mulai mengorganisir para penyintas yang baru tiba, Neural tiba-tiba merasakan sebuah gelombang Pati Energi yang berbeda. Bukan dari Argaterra, melainkan asing, dengan frekuensi yang belum pernah ia kenal. Gelombang itu datang dari suatu tempat di luar kamar rumah sakit, jauh di Dunia Luar. Itu adalah sinyal yang samar, tetapi jelas menandakan keberadaan lain.

Neural menoleh, matanya terpaku pada jendela. Sebuah perasaan dingin merayapinya. Mereka tidak sendirian di alam semesta mikro ini. Dan pertanyaan tentang apakah keberadaan lain itu teman atau musuh, kini menjadi ancaman yang tak terhindarkan bagi masa depan Argaterra yang baru.