Kubah pelindung yang baru saja didirikan, dulunya adalah simbol harapan kecil bagi kelompok inti, kini berubah menjadi tempat penampungan yang kacau. Ribuan mikro-humanoid yang berjatuhan dari celah di langit-langit memenuhi setiap sudutnya. Suara tangis pilu bercampur dengan rintihan kelaparan Pati Energi, gumaman kebingungan, dan jeritan histeris dari mereka yang masih terguncang oleh trauma pelarian. Ruangan itu, yang tadinya terasa luas, kini sesak, memancarkan gelombang kepanikan kolektif yang membuat Pati Energi Neural terasa nyeri.
Lira, dengan wajah tirus dan Pati Energi yang nyaris padam, berusaha menenangkan kerumunan. "Tenang! Tenang! Ada cukup tempat untuk semua! Kita semua selamat!" teriaknya, suaranya mencoba menembus kekacauan. Namun, ribuan mata menatapnya dengan putus asa, mencari jawaban atas nasib mereka.
Titus segera membentuk perimeter kecil dengan beberapa Pulmolites Pejuang yang lebih kuat. "Kita harus mengorganisir mereka! Siapa yang terluka parah? Siapa yang bisa bergerak?" perintahnya, berusaha menciptakan semblance of order. Tapi prosesnya sangat lambat. Banyak penyintas yang terlalu lemah untuk merespons, terlalu syok untuk mengerti.
Masalah terbesar adalah Pati Energi. Meskipun Neural telah menemukan cara untuk memanennya dari mesin Dunia Luar, prosesnya masih lambat dan belum efisien untuk ribuan individu yang kelaparan akut. Beberapa penyintas Intestarii dan Uranit yang paling putus asa mulai berebut Pati Energi yang tersisa di ransum darurat kelompok inti, memicu perkelahian kecil yang harus segera dilerai oleh Lira.
"Ini tidak bisa dibiarkan," bisik Lira pada Neural, Pati Energinya berkedip cemas. "Kita akan kehabisan Pati Energi sebelum mereka semua pulih. Dan kekacauan ini bisa menarik perhatian."
Perpecahan Rasial dan Beban Kepemimpinan
Saat kepanikan mereda sedikit, masalah lain muncul: perpecahan rasial. Para Intestarii, dengan tubuh berlapis yang tahan asam, cenderung lebih agresif dan pragmatis dalam mencari Pati Energi. Mereka tidak mempercayai janji tentang energi "asing" yang belum terbukti. Retinotes yang peka terhadap cahaya merasa terintimidasi oleh kebisingan dan kerumunan, meringkuk ketakutan di sudut-sudut. Akustikonit yang sensitif terhadap suara gemetar setiap kali ada suara keras dari luar.
"Kami tidak bisa hidup dari Pati Energi yang aneh ini!" teriak seorang Intestarii, tangannya mencengkeram Pati Energi hasil panen Neural yang hanya cukup untuk beberapa tetes. "Kami butuh Pati Energi organik! Seperti dulu!"
"Tidak ada lagi 'dulu'!" balas Lira, suaranya naik. "Arga sudah tiada! Kita harus beradaptasi atau punah!"
Keributan itu menarik perhatian Neural. Ia melangkah maju, memancarkan gelombang Pati Energi yang menenangkan, meskipun ia sendiri merasa lelah. "Dengar!" suaranya menggelegar, menggunakan resonansi Neuronitenya. "Aku tahu kalian takut. Aku tahu kalian lapar. Tapi kita semua di sini karena Arga memberikan kita kesempatan terakhir. Kita harus bersatu. Hanya dengan bersatu kita bisa bertahan."
Neural membagikan sisa Pati Energi yang paling murni kepada yang paling lemah, sambil menjelaskan cara Pati Energi Dunia Luar bekerja. Ia berjanji akan mencari lebih banyak. Titus, di sisi lain, mulai membentuk tim-tim kecil berdasarkan kemampuan rasial untuk tugas-tugas tertentu. Intestarii yang kuat ditugaskan untuk mengumpulkan material bangunan yang lebih berat. Retinotes yang memiliki penglihatan tajam di kondisi gelap ditugaskan untuk mencari celah atau retakan. Akustikonit diminta untuk menjadi penjaga, mendengarkan getaran dari luar.
Proyek Perluasan: Argaterra yang Baru Bangkit
Dengan sedikit organisasi, proyek perluasan kubah dimulai. Ini adalah pekerjaan monumental yang membutuhkan ribuan tangan. Di bawah pengawasan Titus, Pulmolites Pejuang yang tersisa menjadi mandor. Mereka mengajarkan penyintas lain cara mengikis partikel debu, bagaimana mengikat serat-serat mikroskopis, dan cara memposisikan "batu bata" mereka.
Setiap hari adalah perjuangan. Kelaparan Pati Energi yang terus-menerus mengancam. Beberapa penyintas yang terlalu lemah atau ceroboh terhisap oleh hembusan angin dari ventilasi atau terjebak dalam perangkap debu. Ada juga insiden mengerikan di mana seekor semut kecil melewati dekat kubah, tanpa sengaja menyapu beberapa pekerja kecil dengan kakinya yang kasar, meremukkan mereka seketika. Setiap kematian adalah pukulan berat, pengingat brutal bahwa mereka masih sangat rentan di Dunia Luar ini.
Neural tidak hanya memanen energi. Ia juga menggunakan kemampuannya untuk menenangkan Pati Energi yang kacau di antara ribuan penyintas. Ia bercerita tentang pengorbanan Kael dan Elara, tentang visi Batu Dunia yang hilang, dan tentang harapan untuk membangun Argaterra yang baru di Dunia Luar. Ia mencoba menanamkan semangat persatuan dan tujuan di tengah keputusasaan.
Lira, dengan empatinya, menghabiskan waktunya berkeliling, berbicara dengan setiap individu, mendengarkan kisah-kisah trauma mereka, memberikan dukungan emosional. Ia memahami bahwa kekuatan peradaban tidak hanya pada struktur fisiknya, tetapi juga pada kesehatan mental dan emosional penghuninya.
Benih Harapan di Tengah Kegelapan
Setelah siklus demi siklus kerja keras yang tak kenal lelah, kubah pelindung itu mulai membesar. Dari struktur sederhana, kini ia tumbuh menjadi sebuah kompleks berlapis-lapis yang dapat menampung ribuan. Dindingnya yang terbuat dari debu dan serat, meskipun rapuh bagi manusia, adalah benteng kokoh bagi mereka. Mereka bahkan berhasil menciptakan area terpisah untuk pemanenan energi yang lebih aman dan area peristirahatan.
Meskipun masih primitif, ini adalah Argaterra yang baru. Sebuah kota yang terlahir dari puing-puing, sebuah bukti nyata dari tekad mereka untuk tidak punah. Anak-anak mikro-humanoid (mereka yang cukup beruntung selamat dalam pelarian) mulai bermain di celah-celah kubah, tawa mereka yang samar adalah melodi yang indah di tengah suara dengungan mesin rumah sakit.
Namun, di tengah semua ini, Neural tidak pernah berhenti merasakan getaran Pati Energi asing itu. Semakin banyak energi yang ia panen dan semakin luas jangkauan komunikasinya, semakin jelas pula getaran itu. Itu bukan sebuah jejak. Itu adalah kehadiran. Sebuah frekuensi yang berbeda, sebuah pola yang teratur, dan yang paling mengganggu, ia merasakan adanya kecerdasan di baliknya. Bukan kecerdasan primal seperti serangga, melainkan kecerdasan yang terorganisir.
Suatu malam (ketika lampu kamar dimatikan, membuat dunia mereka gelap gulita kecuali cahaya mesin yang samar), Neural berdiri di puncak kubah yang baru diperluas. Di kejauhan, di luar jendela, ia melihat kilauan cahaya dari bangunan-bangunan raksasa di Dunia Luar. Dan di antara cahaya-cahaya itu, di antara getaran-getaran kehidupan manusia, ia merasakan gelombang Pati Energi asing yang lebih kuat dari sebelumnya. Itu seperti sebuah panggilan, atau mungkin sebuah peringatan.
Argaterra telah selamat dari kehancuran. Mereka telah menemukan kembali sebagian dari kaum mereka. Mereka telah mulai membangun kembali. Tapi dunia baru yang mereka huni ini menyimpan rahasia, dan rahasia itu kini bergerak, semakin dekat, membawa pertanyaan yang lebih besar daripada sekadar kelangsungan hidup.