Ekspedisi Jauh: Melintasi Gurun Pasir Raksasa

Setelah ancaman wabah jamur berhasil diatasi, Argaterra yang baru semakin kuat. Kubah mereka telah berkembang menjadi sebuah kompleks mikro yang terstruktur, dan sebagian besar penyintas telah menguasai teknik memanen Pati Energi dari Dunia Luar. Namun, rasa aman yang baru mereka dapatkan hanya meningkatkan keinginan untuk menjelajahi lebih jauh. Sumber daya di kamar rumah sakit mulai terasa terbatas, dan di benak Neural, bisikan-bisikan dari peradaban lain yang ia rasakan terus memanggil, mengisyaratkan sebuah dunia yang jauh lebih luas.

Titus adalah yang pertama mengemukakan gagasan tentang ekspedisi yang lebih ambisius. "Kita tidak bisa selamanya tersembunyi di sini," katanya pada Neural dan Lira. "Ada begitu banyak di luar sana yang tidak kita ketahui. Sumber daya baru, mungkin bahkan tempat yang lebih aman untuk jangka panjang."

Lira setuju, meskipun dengan kekhawatiran. "Risikonya besar. Kita baru saja kehilangan beberapa anggota kita karena wabah. Lingkungan di luar sana jauh lebih keras."

Neural, bagaimanapun, merasakan urgensi. "Jika kita ingin membangun kembali peradaban kita, kita harus memahami Dunia Luar. Dan getaran itu... aku harus menemukan sumbernya."

Mereka merencanakan ekspedisi dengan hati-hati. Sebuah tim kecil, terdiri dari Pulmolites Pejuang yang paling berpengalaman, beberapa Retinotes untuk pengintaian visual, dan tentu saja, Titus dan Neural, disiapkan. Mereka membawa persediaan Pati Energi yang cukup dan APD mikro yang telah disempurnakan oleh Titus.

Melintasi Medan yang Mematikan

Tujuan mereka adalah mencapai ruangan lain di dalam rumah sakit, yang Neural rasakan memiliki frekuensi Pati Energi Dunia Luar yang lebih kuat dan stabil, serta jejak-jejak samar dari Pati Energi asing. Perjalanan ini berarti melintasi lorong utama yang luas dan berbahaya.

Mereka meninggalkan keamanan kubah di tengah "malam" Dunia Luar, ketika aktivitas manusia minimal. Kegelapan total menyelimuti lorong, hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari panel indikator yang berkedip di kejauhan. Setiap langkah adalah perjuangan. Lantai lorong terasa dingin dan licin, dan setiap butiran debu yang mereka temui adalah rintangan yang harus dipanjat.

Tiba-tiba, sebuah hembusan angin dingin yang kuat datang dari celah ventilasi di langit-langit. Hembusan itu adalah badai yang dapat menerbangkan mereka seperti daun. Tim segera merunduk, berpegangan erat pada apapun yang mereka bisa temukan—serpihan kecil cat atau celah pada ubin lantai. Beberapa Pulmolites yang tidak cukup cepat tersapu, terbang tak terkendali ke dalam kegelapan. Pati Energi mereka menghilang dari jangkauan Neural. Hati mereka mencelos.

"Kita harus lebih berhati-hati!" teriak Lira, Pati Energinya gemetar. "Cuaca mikro ini bisa membunuh kita!"

Mereka terus bergerak maju, selalu waspada. Setiap detik adalah pertaruhan. Mereka menghadapi berbagai bahaya:

* Jatuhnya Partikel: Debu atau remah-remah makanan yang jatuh dari ketinggian terasa seperti bom yang meledak.

* Getaran Dahsyat: Setiap kali pintu kamar bergeser atau seseorang berjalan di atas mereka, lantai bergetar dengan dahsyat, mengancam untuk meruntuhkan struktur tubuh mereka.

* Ancaman Cairan: Mereka melihat genangan cairan bening (air atau cairan pembersih) yang bagi mereka adalah danau mematikan, yang harus mereka hindari dengan segala cara.

Menumpang pada Raksasa: Sebuah Pertaruhan

Setelah berjam-jam perjalanan yang melelahkan, mereka sampai pada titik di mana lorong terbuka ke area yang lebih luas. Melintasinya dengan berjalan kaki akan terlalu berbahaya dan memakan waktu.

"Kita tidak punya pilihan," kata Titus, menunjuk ke arah kaki seorang perawat yang berhenti di dekat mereka. "Kita harus menumpang."

Ini adalah pertaruhan yang gila. Menempel pada makhluk raksasa adalah tindakan yang sangat berbahaya. Satu gerakan tiba-tiba bisa menghancurkan mereka. Neural, Lira, dan timnya dengan hati-hati merayap ke arah alas kaki perawat. Menggunakan Pati Energi mereka untuk daya rekat, mereka menempelkan diri pada serat-serat halus di sol sepatu.

Sensasi itu luar biasa. Setiap langkah perawat terasa seperti gempa bumi. Mereka terombang-ambing, Pati Energi mereka bergejolak. Aroma-aroma asing yang lebih kuat dari sebelumnya membanjiri indra mereka. Mereka dibawa melintasi puluhan meter dalam hitungan detik—jarak yang akan memakan waktu berhari-hari bagi mereka untuk ditempuh dengan berjalan kaki.

Ketika perawat itu akhirnya berhenti dan duduk di sebuah kursi di ruang tunggu, tim pengintaian segera melepaskan diri, terhuyung-huyung di atas lantai baru yang asing. Ini adalah sebuah ruang tunggu pasien, dengan kursi-kursi raksasa, meja, dan banyak "raksasa" lain yang menunggu.

Jejak yang Semakin Kuat: Momen Epifani Neural

Di lokasi baru ini, Neural merasakan Pati Energi asing itu dengan intensitas yang belum pernah terjadi. Frekuensinya begitu kuat sehingga ia nyaris tidak bisa membedakan Pati Energi kaumnya sendiri. Ia memejamkan mata, membiarkan gelombang itu membanjiri indranya.

Ia melihat pola yang lebih rumit, struktur yang lebih kompleks dari peradaban lain itu—sebuah jaringan yang sangat canggih, mungkin terintegrasi ke dalam seluruh bangunan rumah sakit. Itu bukan lagi bisikan, melainkan paduan suara dari banyak sekali Pati Energi yang berbeda, masing-masing dengan karakteristik uniknya sendiri. Ia mulai membedakan "bahasa" getaran mereka, meskipun belum bisa memahaminya.

Yang paling mengejutkan, Neural juga merasakan jejak-jejak peradaban mikro lain yang terasa lebih kuno, lebih primitif, yang tampaknya telah punah atau tergantikan oleh peradaban yang lebih dominan ini. Ini adalah bukti bahwa dunia mikro ini memiliki sejarahnya sendiri, pasang surut peradaban yang tak terlihat oleh mata manusia.

Momen ini adalah sebuah epifani bagi Neural. Dunia Luar bukanlah gurun kosong yang mereka takuti. Itu adalah samudra kehidupan mikro yang luas dan berdenyut, yang dihuni oleh banyak peradaban, masing-masing dengan ceritanya sendiri. Mereka, Argaterra, hanyalah satu tetesan dalam samudra itu, sebuah benih kecil di tengah hutan belantara raksasa.

Dengan pemahaman baru ini, tugas mereka menjadi lebih jelas: tidak hanya bertahan hidup, tetapi menemukan tempat mereka di antara bintang-bintang mikro ini, dan mungkin, suatu hari nanti, memahami sejarah kelam yang terkubur di bawah kaki para raksasa.