Kontak Pertama: Kedatangan Sang Penguasa dan Ultimatum

Pesta perayaan di Argalia terhenti seketika. Tawa riang berganti bisikan cemas saat Neural memproyeksikan visinya tentang Pati Energi yang lemah dan panik, diikuti oleh getaran gelap yang mengejar. Ini bukan lagi sekadar getaran samar dari peradaban lain yang ia rasakan selama ini; ini adalah sebuah drama hidup yang terjadi di ambang pintu mereka.

"Seseorang dalam bahaya," kata Neural, suaranya mantap meskipun Pati Energinya bergejolak. "Mereka dikejar. Dan pengejarnya... aku merasakan kekuatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya."

Lira segera memerintahkan tim penyelamat. "Kita tidak bisa membiarkan siapa pun mati di ambang rumah kita sendiri!" Ia memimpin sekelompok Pulmolites Pejuang yang bersenjatakan alat pemanen energi modifikasi yang bisa digunakan sebagai senjata tumpul. Titus mengaktifkan sistem peringatan dini dan mempersiapkan pertahanan Argalia.

Mereka bergerak cepat, dipandu oleh Neural, keluar dari gerbang tersembunyi Argalia. Perjalanan melintasi lantai lorong yang luas adalah pertaruhan, namun urgensi situasi lebih diutamakan. Tak lama kemudian, mereka menemukannya. Tergeletak di balik gumpalan debu yang lebih besar, tubuhnya terluka parah, Pati Energinya berkedip-kedip redup, adalah sesosok mikro-humanoid yang asing. Bentuknya ramping dan bersudut, dengan permukaan tubuh yang tampak seperti kristal kebiruan. Ini adalah Jack, seorang kapten dari klan Kromia.

Kaelia: Peringatan dari Yang Terluka

Jack, dalam kondisi sekarat, nyaris tidak bereaksi saat Lira dan timnya mendekat. Namun, ketika Neural menyentuhnya dengan Pati Energinya, sebuah gelombang visi yang tajam dan mengerikan membanjiri pikiran Neural.

Neural melihat kilasan kehidupan Jack: sebuah peradaban mikro yang canggih hidup damai di dalam struktur metalik yang kompleks, memanen energi elektromagnetik. Kemudian, datanglah mereka. Sebuah peradaban mikro lain yang jauh lebih besar, lebih terorganisir, dan brutal. Mereka bergerak seperti pasukan, Pati Energi mereka memancarkan aura dingin dan menekan. Mereka bukan pembangun; mereka adalah penakluk. Neural melihat penawanan, pengumpulan paksa, dan Pati Energi klan Kromia yang dipaksa bekerja atau diekstraksi. Ia melihat kekejaman tanpa ampun dan kekuatan yang tak tertandingi. Jack adalah salah satu dari sedikit yang berhasil melarikan diri, membawa luka fisik dan trauma mendalam.

Visi itu berakhir, meninggalkan Neural terengah-engah. "Mereka... mereka menawan yang lain," bisik Neural, Pati Energinya gemetar hebat. Ia berbagi visi itu kepada Lira dan Titus, menggunakan koneksi getaran mereka yang kuat. Wajah Lira memucat, dan rahang Titus mengeras.

Mereka membawa Jack kembali ke Argalia. Lira dan beberapa Limfonit segera merawatnya, menggunakan Pati Energi murni mereka untuk menstabilkan kondisi Jack. Setelah beberapa siklus, Jack mulai pulih, meski masih sangat lemah. Ia menatap Neural dengan mata kristalnya yang redup. Melalui getaran yang Neural pahami, Jack menyampaikan pesannya: "Mereka akan datang. Mereka mencari kita semua. Mereka tidak akan berhenti sampai semua tunduk. Mereka adalah Kaelia."

Kedatangan Utusan Sang Penguasa: Ultimatum Kaelia

Peringatan Jack baru saja dicerna ketika Neural merasakan gelombang Pati Energi yang baru. Kali ini, itu bukan panik. Itu adalah gelombang yang dingin, terukur, dan penuh otoritas, jauh lebih kuat dari apa pun yang pernah ia deteksi. Frekuensinya identik dengan peradaban penakluk yang Jack gambarkan. Sinyal ini bukan lagi bisikan, melainkan sebuah "pesan" yang jelas dan langsung yang menembus setiap sudut Argalia, seolah berbicara langsung ke dalam Pati Energi setiap individu.

"Kami telah mengamati kalian. Kebangkitan kalian tidak luput dari perhatian kami. Kami adalah Kaelia, Para Penyelaras Dunia Mikro. Dan kami menawarkan kalian kesempatan untuk bergabung dengan Tatanan Baru kami."

Mata Neural melebar. Kata-kata itu beresonansi dalam Pati Energinya, bukan dalam bahasa yang ia kenal, melainkan dalam getaran konsep murni.

Di luar celah dinding, di depan pintu masuk Argalia, sebuah utusan tunggal muncul. Ia tidak menyerbu, melainkan berhenti dengan gerakan yang penuh perhitungan. Utusan ini adalah mikro-humanoid, namun jauh lebih besar dan lebih padat dari Argaterra atau bahkan Jack. Bentuknya geometris sempurna, terbuat dari material yang berkilauan seperti logam hidup, memancarkan aura Pati Energi yang dingin dan menekan. Teknologi yang menempel di tubuhnya terasa asing dan sangat canggih.

Melalui getaran yang dipancarkan utusan itu, dan yang diterjemahkan Neural dengan sekuat tenaga untuk Lira dan Titus, ultimatum itu disampaikan:

"Kami telah melihat potensi dalam diri kalian, para penyintas dari inang yang rusak. Kalian telah menunjukkan ketahanan. Namun, di Dunia Luar ini, hanya ada satu Tatanan. Kami telah menyatukan semua peradaban mikro di bawah panji kami. Kalian memiliki dua pilihan: Tunduk dan bergabunglah dengan Tatanan Kaelia, serahkan cetak biru unik kalian, dan menjadi bagian dari kami. Kalian akan dilindungi, diberi tempat, dan Pati Energi kalian akan diintegrasikan. Atau, tolaklah, dan hadapi konsekuensinya. Kami tidak akan mentolerir ketidakpatuhan. Kalian akan ditaklukkan, Pati Energi kalian akan diekstraksi, dan peradaban kalian akan dilupakan."

Suara utusan itu, melalui resonansi Pati Energi, tidak menunjukkan emosi, hanya kehendak mutlak. Mereka tahu tentang cetak biru Argaterra yang unik, tentang kemampuan empati Neural, tentang adaptasi mereka. Mereka telah mengamati.

Di dalam Argalia, ribuan Pati Energi bergejolak dalam ketakutan. Para penyintas menatap Neural, Lira, dan Titus dengan mata penuh pertanyaan. Mereka baru saja menemukan rumah, baru saja merasakan kelegaan, dan kini dihadapkan pada pilihan yang mustahil: perbudakan atau kehancuran total. Jack, yang menyaksikan dari bilik perawatan, menatap dengan tatapan penuh keputusasaan, namun juga secercah harapan pada pahlawan barunya.

Malam telah tiba di Dunia Luar. Lampu-lampunya yang jauh memancarkan cahaya samar. Di dalam Argalia yang baru dibangun, ketegangan menggantung tebal. Keputusan ada di tangan mereka, dan nasib seluruh peradaban yang baru bangkit ini, kini berada di ambang perang yang tak terhindarkan.