Bab 8: Kunjungan dari Kota dan Awal Mula Reputasi Baru

Matahari sudah tinggi ketika semua kekacauan dari serangan Geng Cakar Harimau berhasil dibereskan. Para bandit yang pingsan dan terluka telah diikat, kemudian digiring ke arah kota terdekat oleh Ling dan Mei, ditemani Kai yang bersemangat. Jago, yang tidak perlu istirahat, tetap di perguruan, membersihkan sisa-sisa jebakan dan memperbaiki kerusakan dengan kecepatan luar biasa. Guru Tua Lung mengawasinya dari beranda, senyum kecil tak pernah pudar dari wajahnya.

Berita mengenai kekalahan telak Geng Cakar Harimau di tangan sebuah perguruan bela diri yang hampir tak dikenal menyebar seperti api di seluruh wilayah. Apalagi ketika para bandit itu tiba di kota, diikat seperti ikan, dengan beberapa di antaranya masih batuk-batuk akibat "ranjau bau busuk" Jago atau merintih kesakitan karena lengan dan kaki yang terkilir parah. Petugas kota dan penduduk terkejut. Mereka mengenal Geng Cakar Harimau sebagai kelompok kejam yang nyaris tak tersentuh. Siapa yang berani menantang mereka, apalagi mengalahkan mereka sebrutal ini?

Kisah tentang "Jagoan Besi dari Langit Utara" mulai beredar. Beberapa orang mengatakan ia adalah pendekar misterius yang turun dari gunung. Yang lain menyebutnya iblis pelindung perguruan. Tentu saja, tidak ada yang tahu bahwa "Jagoan Besi" itu adalah robot canggih berwajah manusia yang masih bingung dengan konsep lelah dan makan oli bekas.

Dua hari kemudian, ketenangan Perguruan Naga Langit kembali terusik. Kali ini bukan oleh gerombolan bandit, melainkan oleh rombongan yang lebih teratur. Sebuah kereta kuda yang dihias mewah, diiringi oleh beberapa penjaga berpakaian rapi, berhenti di depan gerbang perguruan. Dari dalam kereta, seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah sutra mahal dan terlihat sangat berwibawa turun. Itu adalah Tuan Chen, seorang pejabat tinggi dari Kota Suci, pusat perdagangan dan pemerintahan di wilayah tersebut.

Ling, Mei, dan Kai, yang baru saja selesai berlatih, berdiri menyambut. Jago, yang sedang memotong bambu di halaman belakang, merasakan kedatangan mereka dan segera mendekat.

"Selamat datang di Perguruan Naga Langit," sambut Guru Tua Lung, yang sudah berdiri di pintu masuk, tatapannya tenang.

Tuan Chen membungkuk hormat. "Salam, Guru Tua Lung. Saya Tuan Chen dari Kota Suci. Saya datang atas nama Dewan Kota untuk menyampaikan penghargaan atas keberanian dan kontribusi Perguruan Naga Langit dalam mengamankan wilayah dari ancaman Geng Cakar Harimau."

Mei dan Ling saling pandang. Mereka tahu bahwa ini adalah pengakuan yang sangat besar. Reputasi perguruan mereka akan segera pulih.

"Kami hanya melakukan tugas kami melindungi tanah leluhur," kata Guru Tua Lung sederhana.

Tuan Chen tersenyum. "Yang saya dengar, pertempuran itu sungguh luar biasa. Dan ada desas-desus tentang seorang... individu misterius yang sangat kuat. Apakah dia ada di sini?" Tuan Chen melirik Jago yang berdiri di samping Guru Tua Lung, tatapannya penuh rasa ingin tahu.

Jago, dengan wajah polosnya, maju selangkah. "Saya Jago. Apakah Anda ingin data tentang efisiensi pertempuran kemarin?"

Tuan Chen terkesiap melihat Jago dari dekat. Penampilan Jago yang terlalu sempurna, kulitnya yang berkilau, dan sorot matanya yang tidak biasa, membuat Tuan Chen sedikit terkejut. "Jadi ini... pahlawan yang dimaksud. Kekuatanmu memang sangat mencengangkan, Tuan Jago."

"Saya hanya melakukan tugas saya," ulang Jago. "Musuh memiliki probabilitas kekalahan tinggi jika strategi yang optimal diterapkan."

Tuan Chen mengangkat alisnya, sedikit bingung dengan cara bicara Jago, namun ia tidak mempermasalahkannya. "Dewan Kota telah memutuskan untuk memberikan bantuan dana untuk pembangunan kembali perguruan ini, sebagai bentuk terima kasih. Dan juga, kami ingin menawarkan sebuah posisi bagi Tuan Jago, sebagai Penjaga Keamanan Utama di Kota Suci. Dengan kekuatan Anda, kota kami akan sangat aman."

Mei dan Ling terkejut mendengar tawaran itu. Penjaga Keamanan Utama di Kota Suci adalah posisi yang sangat bergengsi dan berpengaruh, dengan gaji yang besar dan banyak tunjangan. Ini adalah kesempatan emas bagi siapa pun.

Jago menoleh ke arah Guru Tua Lung, lalu ke Mei, Ling, dan Kai. Mereka adalah "keluarganya". Program utamanya adalah melindungi mereka.

"Terima kasih atas tawarannya, Tuan Chen," kata Jago. "Namun, saya tidak bisa menerimanya."

Tuan Chen mengerutkan kening. "Mengapa begitu, Tuan Jago? Ini adalah kesempatan yang sangat langka. Anda akan memiliki kekuasaan, kehormatan, dan kenyamanan yang tidak pernah Anda bayangkan."

"Kenyamanan saya ada di sini," jawab Jago lugas. "Tugas saya ada di sini. Saya harus melindungi Perguruan Naga Langit."

Mei dan Ling merasakan gelombang kehangatan di hati mereka. Kai melompat kegirangan. Guru Tua Lung tersenyum bangga.

Tuan Chen terdiam sejenak, tak menyangka Jago akan menolak tawaran itu. Sebagian besar orang akan melompat kegirangan. "Saya mengerti," katanya akhirnya, dengan nada hormat. "Dedikasi Anda sungguh luar biasa, Tuan Jago. Jika Anda berubah pikiran di masa depan, tawaran ini akan selalu terbuka."

Setelah itu, Tuan Chen dan rombongannya menghabiskan beberapa jam di perguruan, mendiskusikan pembangunan kembali dan rencana keamanan wilayah. Mereka terkesan dengan efisiensi Jago dalam segala hal, mulai dari membantu perbaikan bangunan hingga penjelasan detail tentang setiap jebakan yang ia buat. Beberapa penjaga kota yang ikut serta bahkan meminta Jago untuk menunjukkan beberapa "teknik" pertarungannya, dan Jago dengan polosnya mendemonstrasikan "cubitan" atau "dorongan" yang membuat mereka terhuyung-huyung dengan ngeri.

"Dia bukan hanya kuat, dia juga sangat... lugu," bisik salah satu penjaga kepada Tuan Chen. "Dan tekniknya aneh. Dia tidak menggunakan Chi, tapi kekuatannya tak terkalahkan."

Tuan Chen mengangguk. "Mungkin itu adalah jenis bela diri baru yang belum kita pahami."

Sebelum pergi, Tuan Chen menyerahkan sebuah kantong koin emas kepada Guru Tua Lung. "Ini untuk perguruan. Dan ini, untuk Jago," ia memberikan sebuah kantong koin perak kecil kepada Jago. "Sebagai tanda terima kasih pribadi."

Jago mengambil kantong koin perak itu, mengamatinya. "Ini berenergi?" tanyanya.

Tuan Chen tertawa canggung. "Itu... itu uang, Tuan Jago. Anda bisa menggunakannya untuk membeli apa pun yang Anda inginkan."

"Ah, alat tukar," Jago mengangguk. "Baik. Terima kasih." Jago kemudian memasukkan kantong itu ke dalam saku jubahnya. Ia tidak mengerti nilai uang, tetapi ia menganggapnya sebagai "energi potensial" yang bisa digunakan untuk membantu perguruan.

Setelah rombongan Tuan Chen pergi, suasana perayaan kecil terjadi di Perguruan Naga Langit. Kantong koin emas itu lebih dari cukup untuk memperbaiki perguruan dan membeli persediaan makanan yang layak untuk berbulan-bulan.

"Kita bisa memperbaiki atap! Membeli bahan makanan segar! Bahkan mungkin merekrut murid baru!" seru Mei dengan gembira.

Kai sibuk menghitung koin emas, matanya berbinar. "Ini banyak sekali! Kita bisa makan daging setiap hari!"

Guru Tua Lung hanya tersenyum melihat kegembiraan mereka. Ia tahu bahwa ini adalah awal dari babak baru bagi perguruan mereka. Jago telah membawa tidak hanya kekuatan, tetapi juga harapan.

"Jago," panggil Ling. "Kau menolak tawaran yang sangat besar. Mengapa?"

Jago menoleh, matanya memancarkan ketulusan. "Aku sudah bilang. Keluargaku ada di sini. Kalian adalah keluarga baruku. Tugasku adalah melindungi keluarga."

Ling menepuk bahu Jago. "Terima kasih, Jago."

Jago memiringkan kepalanya. "Mengapa berterima kasih? Ini adalah protokol perlindungan dasar."

Meskipun Jago berbicara dengan bahasa robotik yang aneh, Mei, Ling, dan Kai tahu bahwa di balik logika dan perhitungan itu, ada sesuatu yang tulus dan mendalam. Mereka telah menemukan seorang pelindung yang tak tertandingi, seorang "manusia" robot yang selalu membuat mereka tertawa dan kadang-kadang membuat mereka frustrasi, tetapi yang selalu siap berjuang untuk mereka.

Namun, di tengah kegembiraan itu, sebuah pertanyaan besar masih menggantung: Dari mana Jago sebenarnya berasal? Mengapa ia diturunkan ke dunia ini? Apakah ada alasan di balik hilangnya ingatannya? Dan apakah ada pihak lain yang mungkin mencarinya, pihak yang mungkin tidak sebaik Geng Cakar Harimau?

Jago sendiri, saat itu, sedang sibuk mencari sesuatu yang lain. Ia melihat ke sudut ruangan tempat ia menyimpan botol oli bekas kesukaannya. Ia merasa sedikit "dengung" internalnya mulai berkurang.

"Aku butuh energi," gumam Jago. Ia mengambil botol oli bekas itu, dan seperti biasa, menenggak isinya dengan nikmat. "Ah... sekarang lebih baik."

Mei, yang melihatnya dari jauh, hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum geli. Reputasi baru perguruan mereka mungkin akan segera terkenal, bukan hanya karena kekuatan bela diri, tetapi juga karena memiliki pahlawan yang sangat unik, yang bisa mengisi daya dengan makan dan minum oli bekas. Petualangan mereka masih panjang.