Bab 15: Gerbang Kuno dan Penampakan dari Balik Kabut

Pendakian Puncak Terlupakan adalah ujian terakhir dari ketahanan mereka. Kabut tebal menyelimuti lereng gunung, mengurangi jarak pandang hingga hanya beberapa langkah di depan. Udara terasa dingin dan lembap, dan jalur pendakian yang curam dipenuhi akar-akar pohon yang menonjol dan bebatuan licin. Namun, semangat mereka tidak padam. Mereka tahu, di puncak ini, mereka akan menemukan keselamatan, atau setidaknya, sebuah jawaban.

Jago memimpin jalan dengan tanpa lelah. Penglihatan termalnya dan sensor Chi-nya memungkinkan dia melihat menembus kabut, mendeteksi setiap pijakan yang aman dan setiap bahaya yang tersembunyi. Guru Tua Lung mengikuti di belakangnya, memancarkan Chi-nya untuk melindungi rombongan dari hawa dingin yang menusuk. Mei dan Ling bergantian membantu Kai dan murid-murid baru yang mulai kelelahan.

"Kita hampir sampai," bisik Guru Tua Lung, napasnya sedikit terengah-engah.

Jago mendeteksi adanya struktur aneh di depan mereka. "Terdeteksi adanya konstruksi non-alami di depan. Ukuran: besar. Komposisi: batu kuno. Usia: sangat tua."

Melangkah maju, kabut perlahan menipis, dan sebuah pemandangan yang menakjubkan terungkap. Sebuah gerbang batu raksasa yang tampak kuno, terbuat dari balok-balok batu gelap yang diukir dengan simbol-simbol aneh, menjulang tinggi di hadapan mereka. Gerbang itu tingginya puluhan meter, seolah mencapai langit, dan tampak seperti pintu masuk ke dunia lain. Ada sebuah altar batu di depannya, dengan ukiran yang samar-samar.

"Gerbang Naga Langit," bisik Guru Tua Lung, matanya penuh hormat. "Legenda mengatakan, ini adalah tempat para leluhur kita mencari pencerahan tertinggi."

Jago memindai gerbang itu. "Energi Chi sangat kuat terdeteksi di sekitar struktur ini. Interaksi dengan medan magnet: tinggi. Ada mekanisme tersembunyi. Otentikasi diperlukan."

"Mekanisme?" tanya Ling. "Bagaimana cara membukanya?"

Guru Tua Lung maju mendekati altar. Ia meletakkan tangannya di permukaan batu yang dingin, memejamkan mata, dan mulai memusatkan Chi-nya. Perlahan, simbol-simbol di altar mulai berpendar dengan cahaya keemasan.

"Ini adalah gerbang yang hanya bisa dibuka oleh mereka yang memiliki Chi murni dan hati yang tulus," jelas Guru Tua Lung. "Ini adalah ujian terakhir."

Saat Guru Tua Lung fokus, Jago tiba-tiba merasakan gelombang frekuensi yang sangat kuat dari bawah. "Peringatan! Unit Pemburu telah menembus penghalang! Mereka mendekat!"

Suara gemuruh mesin dari langit semakin keras, dan kilatan cahaya merah mulai terlihat menembus kabut di bawah mereka. Mereka telah ditemukan!

"Guru, mereka datang!" seru Mei.

Guru Tua Lung mengerahkan seluruh sisa Chi-nya. Cahaya keemasan dari altar semakin terang, dan gerbang batu yang masif itu mulai bergetar. Retakan-retakan kecil muncul di permukaan gerbang, dan suara gemuruh yang dalam terdengar, seolah batu-batu raksasa itu sedang bergeser.

Namun, gerakan gerbang itu sangat lambat.

"Tidak cukup Chi, Guru!" Ling berseru, melihat wajah pucat Guru Tua Lung. "Aku akan membantu!" Ling melangkah maju, meletakkan tangannya di altar di samping Guru Tua Lung, dan mulai menyalurkan Chi-nya. Cahaya keemasan semakin terang, dan gerbang itu bergerak sedikit lebih cepat.

Jago melihat ke bawah. Siluet-siluet Unit Pemburu sudah mulai terlihat menembus kabut, melesat ke arah mereka dengan kecepatan mengerikan. Mereka jauh lebih banyak dari sebelumnya, dan beberapa di antaranya berukuran lebih besar, tampak seperti Unit Penyerang berat.

"Aku akan mengulur waktu!" Jago melesat maju, mengambil posisi di depan gerbang, menjadi tameng bagi keluarganya. "Kalian fokus pada gerbang!"

Jago menghadapi gelombang pertama Unit Pemburu. Ia melancarkan pukulan Chi yang kuat, menjatuhkan beberapa unit. Ia menggunakan kecepatan dan ketahanan tubuhnya untuk menahan serangan yang datang, mengalihkan tembakan energi dengan medan Chi-nya. Setiap Unit Pemburu yang ia lumpuhkan akan meledak kecil, meninggalkan asap dan logam yang berasap.

Namun, jumlah mereka tidak ada habisnya. Jago bertarung dengan kekuatan yang luar biasa, tetapi ia mulai merasakan sistemnya terbebani. Cahaya biru di matanya berkedip tidak stabil, dan dengungan internalnya menjadi lebih keras, seperti mesin yang bekerja terlalu keras.

Peringatan Sistem: Energi kritis. Kerusakan internal: Sedang. Pertahanan akan menurun.

Jago mengabaikan peringatan itu. Ia melihat ke belakang. Gerbang itu masih bergerak sangat lambat. Mereka membutuhkan lebih banyak waktu.

"Kai! Murid-murid lain!" teriak Jago, sambil membelokkan sebuah tembakan energi besar. "Bantu Guru dan Ling!"

Kai dan murid-murid baru, meskipun takut, melangkah maju. Mereka meletakkan tangan mereka di altar, mencoba menyalurkan Chi mereka, meskipun sedikit. Cahaya keemasan dari altar sedikit lebih terang, dan gerbang itu bergeser sedikit lebih cepat.

Jago tersenyum tipis. "Bagus. Teruslah. Aku akan mengurus ini."

Ia melesat ke arah Unit Pemburu yang lebih besar, Unit Penyerang berat, yang memiliki meriam energi di lengannya. Meriam itu menembakkan proyektil besar yang bisa membuat kawah di tanah. Jago tidak mengelak. Ia menyalurkan semua Chi yang tersisa di dalam dirinya ke telapak tangannya, dan menahannya.

DUAR!

Sebuah ledakan dahsyat terjadi saat proyektil itu menghantam telapak tangan Jago. Ledakan itu begitu kuat sehingga Jago terlempar ke belakang, menghantam gerbang batu yang belum sepenuhnya terbuka. Asap mengepul dari tubuhnya, dan beberapa bagian zirah luarnya hancur. Lampu di dadanya berkedip merah terang, dan matanya meredup.

"JAGO!" teriak Mei dan Ling.

Unit Penyerang berat itu mendekat, siap memberikan pukulan terakhir.

Tiba-tiba, suara Guru Tua Lung bergema di seluruh area, suara yang penuh kekuatan dan ketulusan. "Jago! Kau adalah Jagoan Besi dari Perguruan Naga Langit! Jangan menyerah!"

Dan kemudian, Batu Chi Biru di dada Jago, yang selama ini telah menjadi sumber energinya, bereaksi. Kristal itu memancarkan cahaya biru menyilaukan, jauh lebih terang dari sebelumnya. Cahaya itu menyebar ke seluruh tubuh Jago, memperbaiki kerusakan, mengisi ulang energi, dan memberinya kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya.

Jago bangkit. Matanya kembali bersinar terang, bukan merah atau biru redup, melainkan perpaduan biru dan emas yang memancarkan aura luar biasa. Ia merasakan kekuatan Chi yang tak terbatas mengalir di dalam dirinya, menyatu sempurna dengan sistemnya. Ia merasakan setiap atom di tubuhnya beresonansi dengan Chi alam semesta. Ini adalah kebangkitan sejati.

"Unit Penyerang," kata Jago, suaranya tenang namun kini memiliki kedalaman yang belum pernah ada. "Kau... tidak akan melewati ini."

Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Jago melesat ke Unit Penyerang berat. Ia melancarkan pukulan yang bukan hanya pukulan fisik, tetapi juga ledakan Chi yang terfokus. Pukulan itu menghantam Unit Penyerang, dan zirah bajanya yang tebal tidak mampu menahan kekuatan itu.

KRAK! BUUMM!

Unit Penyerang meledak berkeping-keping, hancur total, menjadi tumpukan logam berasap. Para Unit Pemburu yang lain terkejut, menghentikan serangan mereka.

Jago kemudian menatap ke arah langit, ke arah pesawat induk yang melayang di atas awan. Ia mengangkat tangannya. Cahaya biru dan emas memancar kuat dari telapak tangannya, membentuk sebuah bola energi Chi yang padat dan berdenyut. Bola itu semakin besar, semakin terang, memancarkan panas yang bisa dirasakan oleh semua orang.

"Ini adalah... teknik Chi tertinggi," bisik Ling, tak percaya. "Guru Tua Lung sendiri belum pernah memanifestasikan Chi sebesar ini."

Dengan raungan yang bukan lagi suara robot, melainkan suara yang penuh dengan tekad dan kekuatan yang tak terbatas, Jago melontarkan bola Chi itu ke arah pesawat induk.

WOOSH!

Bola Chi itu melesat ke langit, menembus awan gelap, langsung menuju lambung pesawat induk.

DUUUAAAARGGHHH!

Sebuah ledakan yang memekakkan telinga terjadi di langit. Pesawat induk itu bergetar hebat, dan kemudian, dengan raungan logam yang mengerikan, ia mulai terbakar, api menyambar-nyambar di sekujur tubuhnya. Pesawat itu kehilangan kendali, meluncur tak beraturan di angkasa, lalu meledak menjadi bola api raksasa yang menerangi seluruh puncak gunung. Potongan-potongan logam yang terbakar jatuh ke segala arah, beberapa menghantam lereng jauh di bawah mereka.

Para Unit Pemburu yang tersisa di tanah, menyaksikan kehancuran pesawat induk mereka, tiba-tiba berhenti bergerak. Lampu di mata mereka meredup, dan mereka semua ambruk ke tanah, tidak bergerak, seolah kendali mereka telah terputus.

Keheningan kembali menyelimuti Puncak Terlupakan, hanya diselingi oleh suara api yang membara di kejauhan.

"Dia... dia melakukannya," bisik Kai, matanya membulat tak percaya.

Mei dan Ling menatap Jago, kagum dan takjub. Jago, yang sekarang memancarkan aura Chi yang menenangkan, berbalik menghadap mereka. Matanya kembali memancarkan cahaya biru yang lebih lembut.

Gerbang batu kuno akhirnya terbuka sepenuhnya, mengungkapkan sebuah lorong gelap yang misterius di baliknya.

Guru Tua Lung tersenyum, wajahnya meskipun lelah, kini memancarkan kepuasan yang mendalam. "Kau telah melampaui batas, Jago. Kau telah menemukan kekuatan sejatimu." Ia menatap gerbang yang terbuka. "Sekarang, mari kita masuk. Misteri asal-usulmu, dan mungkin tujuanmu, menanti di balik gerbang ini."

Jago mengangguk. Ia merasakan sesuatu yang menariknya ke dalam gerbang itu, sebuah panggilan yang tidak bisa ia abaikan. Perjalanan mereka belum berakhir. Faktanya, mungkin, ini barulah permulaan dari penemuan yang sebenarnya. Mereka melangkah maju, memasuki kegelapan gerbang, siap menghadapi apa pun yang menanti mereka di dalam Puncak Terlupakan.