BAB 6: Kekacauan Slime dan Kencan Bohongan

Setelah pertanyaan-pertanyaan absurd dari para murid mereda, akhirnya bel istirahat berbunyi. Neyro menghela napas panjang sambil memijat pelipis. "Baru jam pertama udah kayak ditanyain soal perjodohan kekaisaran," gumamnya.

Saat berjalan di koridor, Neyro bertemu dengan seorang wanita muda berambut perak yang berdiri santai sambil menyilangkan tangan. Alisia Morga, guru departemen tempur, mantan kakak kelas Neyro saat mereka masih di akademi kekaisaran.

"Yah, lihat siapa yang jadi guru sekarang. Si penyihir aneh yang keluar dari kesatuan elit karena... apa ya? Ah iya, katanya 'nggak masuk akal'," ucap Alisia sambil menyeringai.

Neyro tersenyum santai. "Itu penjelasan versi diplomatis. Versi jujurnya, aku bosan dengerin pidato komandanku tiap pagi."

"Atau mungkin kamu terlalu lemah buat jadi knight," Alisia mengejek sambil terkekeh.

"Kalau aku lemah, kamu pasti pecatanku dari akademi. Tapi kita tahu itu nggak terjadi, kan?" balas Neyro tenang.

Mereka berdua menuju lab alkimia milik Profesor Auria, seorang ahli alkimia eksentrik yang dikenal dengan penelitiannya yang aneh-aneh. Sesampainya di sana, Auria yang berkacamata tebal dan berambut kusut menyambut mereka.

"Oh, Alisia! Ini, ramuan yang kamu minta! Dan kamu, Neyro, aku masih penasaran soal teknikmu yang bisa menggerakkan benda tanpa aura atau spiritual force."

"Ini bukan sihir, bukan juga kekuatan spiritual. Ini teknik konsentrasi energi dari Timur," jelas Neyro sambil mengangkat pena dengan kekuatan telekinesis.

Auria mengamati, mengangguk-angguk. "Menarik... tapi masih belum masuk akal secara teori sihir."

Saat mereka sedang berdiskusi, tiba-tiba Auria menyenggol sebuah sangkar. Plak! Isinya—seekor slime transparan berwarna ungu—meluncur keluar dan menyentuh lantai.

Slime itu menggeliat, lalu... WUSS! melesat seperti peluru.

"Eh?! SLIMAAY!!" teriak Auria panik. "Itu eksperimenku! Dia... dia sudah berevolusi! Cepat! Tangkap dia!"

Slime itu licin, cepat, dan licik. Ia meluncur di antara kaki para murid, meloncat-loncat seperti kucing maling ikan.

"APA ITU?!"

"KYAAA! Dia lewat bawah rok aku!"

"JOROK!"

Neyro berseru keras, "WOI KALIAN! Siapa pun yang bisa menangkap slime itu, AKU JANJIKAN... KALIAN BISA KENCAN DENGAN GURU ALISIA!"

Alisia langsung membalik badan. "APA?! HEY! NEYRO!!" wajahnya memerah setengah mati.

"Terlambat," jawab Neyro sambil tertawa. "Anak-anak sudah heboh."

Murid dari kelas 1 sampai kelas 13 berkerumun dan mulai berburu slime. Salah satu murid membawa jaring kupu-kupu. Yang lain membawa baskom. Satu murid bahkan mencoba menyiramnya dengan ember.

"Itu bukan ikan koi, dodol!" teriak Neyro.

Alisia mengepalkan tinju, "Aku akan kubuat kau tidur di atas tumpukan duri malam ini, Neyro!"

Slime melompat lagi, mendarat tepat di atas kepala kepala murid berkacamata, lalu meluncur ke lorong utama. Neyro menarik napas, mengeluarkan pena dari sakunya.

"Teknik Fokus Timur: Satu Tembakan, Satu Sasaran," gumamnya.

WHUSH! Pena melesat, menabrak dinding dan membuat slime teralihkan. Dalam sekejap, Neyro melakukan perpindahan posisi dan muncul di depan slime, lalu BLUP! memasukkannya ke dalam toples kaca.

"Tertangkap," katanya pelan sambil tersenyum.

"WOOOOAAAAAAH!! NEYRO-SENSEI HEBAT!!" sorak para murid bersamaan.

Alisia hanya melongo. "Aku... dia... apa barusan?"

Tak lama kemudian, Profesor Auria datang dengan napas tersengal. "T-Tunggu aku... eh slime-nya?"

"Sudah di dalam toples, Profesor. Aman terkendali," ucap Neyro.

Alisia, yang masih kesal, melipat tangan. "Kau harus bersyukur slime itu nggak masuk ruang kepala sekolah."

Auria mengelus dadanya. "Aman... akhirnya aman..."

"Kau ini gila, Auria," gerutu Alisia. "Pelihara slime mutant di sekolah?"

"Eh, jangan salahin aku. Dia tumbuh besar begitu saja. Dan lendirnya sekarang dua kali lebih licin. Itu mekanisme perlindungan diri."

Alisia menunjuk dada Auria sambil mencibir, "Mungkin kamu kesulitan menangkapnya karena... 'dua hal besar' itu menghambatmu."

Auria tercengang. "P-Pa...benar?! Hahah... ya... aku sih nggak bisa pilih. Ini tumbuh bersamaku, tahu!"

Mereka semua tertawa.

Beberapa menit kemudian, Ibu Melda, kepala pengelola akademi, datang dengan wajah gelap. "AURIA! Apa ini?! Lantai penuh lendir! Murid-murid menjerit!"

"Maaf..." jawab Auria pelan.

"Bersihkan semua ini. Sendirian. Tanpa sihir. Pakai lap dan ember. SEKARANG."

"Huuu... baik, Bu Melda..."

Neyro menyerahkan slime di toples ke Auria. "Lain kali, kasih dia rantai atau gembok."

Saat bel masuk berbunyi, Neyro menepuk bahu Alisia. "Aku duluan ya, calon pacar se-akademi."

"Grrr... dasar manusia provokator," jawab Alisia dengan pipi merah.

Dan begitu, Neyro kembali ke kelas. Nama dan reputasinya naik drastis hanya gara-gara slime kabur. Benar-benar hari yang luar biasa.

Bersambung.......