“Raagnol…”
“Raagnol…”
“RAAGGNOLL!”
Raagnol terbangun dari tidurnya. Napasnya tak beraturan. Keringat mengucur deras dari kepalanya. Tampak paras ketakutan tercuat dari wajahnya.
“Mimpi buruk lagi?”
Raagnol melihat di depannya telah berdiri seorang gadis. Gadis itu berjalan menuju jendela di samping ranjangnya Raagnol. Ia pun membuka jendela itu. Angin yang masuk meniup rambut panjang berwarna putihnya, sehingga terurai mengikuti arah angin.
“Gimana? Udah mendingan gak? Tanya gadis itu dengan senyum tipisnya.
Raagnol yang melihat dirinya hanya mengangguk, ia masih termenung di atas ranjangnya. Walau pun suara-suara yang memanggilnya telah hilang, namun ia masih bisa mendengarnya di balik dinding bata tua di sekelilingnya.
Gadis itu melangkah pergi meninggalkan Raagnol, memberi tahu ia bahwa sarapan sebentar lagi di mulai.
Dengan perlahan Raagnol berdiri dari ranjangnya, merapikannya terlebih dahulu. Agar melengkapi kesesuaian dengan ranjang lain yang ada di ruangan itu.
Setelah itu, ia pergi membasuh wajahnya terlebih dahulu. Saat sedang membasuh wajahnya, Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu depan. Dengan berhati-hati ia menuruni anak tangga satu persatu, lalu bergegas ke pintu depan yang masih terdengar ketukannya.
Sebelum sempat membuka pintunya, sudah ada seorang wanita yang membukanya. Raagnol yang sudah mendekat melihat bahwa ada dua orang lelaki berdiri tepat di depan pintu. Tampak mereka adalah seorang prajurit, ditandai dengan armor besi yang mereka kenakan.
“Apakah anda nyonya Fyto, pengurus panti asuhan ini?” Tanya salah seorang prajurit
“Benar… itu saya. Ada apa ini?’ Nyonya Fyto menanya balik maksud kedatangan mereka.
“Kami kemari bermaksud untuk menyampaikan permintaan. Akhir-akhir ini beberapa warga melihat ada orang mencurigakan berkeliaran di sekitar sini. Sepertinya dia adalah seorang penyihir. Jadi mohon kerja samanya apabila nyonya melihatnya, mohon segera laporkan kepada kami.”
Nyonya Fyto pun mengiyakan permintaan mereka. Melihat tanggapan nyonya Fyto, dua prajurit tadi pamit undur diri dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Nyonya Fyto menutup pintunya dengan perlahan, lalu menarik napasnya dengan tinggi lalu mengeluarkannya. Seolah-olah ia lega akan sesuatu.
“Raagnol… kenapa masih disini? Pergilah ke ruang makan, sarapan sudah dimulai loh…”
Raagnol pun mengangguk. Dengan rambut yang masih acak-acakan, ia berjalan menuju ruang makan.
Tampak gadis yang tadi sudah menunggunya di sana, ia mengerutkan dahinya lalu berkata kepadanya.
“Kau lama sekali Raagnol, makananmu keburu dingin tahu… Cepat duduk dan makan lah.”
Raagnol menarik kursinya. Kursi kayu tua itu berderit seperti biasa. Dikelilingi meja panjang tempat dua belas anak lainnya sudah duduk. Dinding bata yang dingin memantulkan suara sendok dan bisikan. Menyantap sarapannya dengan terlamun, ia tak sadar jika sarapannya sudah habis.
“Hei Raagnol… Apa kau sudah baikan?” Dengan perhatiannya, gadis yang duduk tepat di sebelah kanannya menanyakan keadaannya.
“Ya… Setidaknya aku sudah merasa lebih baik sekarang.” Jawab Raagnol sambil meletakan sendoknya.
“Oh… Iya, terima kasih ya Leyko. sudah membuka jendela untukku tadi”
Gadis yang bernama Leyko itu pun tersenyum dengan lebarnya, ia sangat menghargai kata terima kasihnya Raagnol. Dan memintanya untuk bercerita kepadanya, Apabila ada sesuatu yang mengganjal di hatinya
Setelah sarapan, Raagnol berencana membersihkan gudang. Sesuai dengan permintaan nyonya Fyto kemarin. Ketika menuju ke gudang, ia melewati ruangan nyonya Fyto. Tanpa sengaja ia mendengar sayup suara di baliknya. Raagnol pun mendekat dan mencoba menguping dari luar. Samar-samar terdengar suara seorang gadis, namun suaranya tidak familiar bagi Raagnol.
“Terima kasih nyonya… Kau telah menyelamatkan ku. Aku… tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikanmu…”
“Aku tidak membutuhkan balasan apa pun, aku hanya melakukan ini karena aku masih punya hati nurani. Jadi… Cepatlah pergi dari sini, sebelum prajurit itu menemukanmu.” Seperti suaranya nyonya Fyto, walau terdengar samar.
“Siapa gadis itu? Seorang penyihir? Mengapa nyonya Fyto menyembunyikan? Bukan kah itu berbahaya?” Raagnol mempertanyakannya di dalam benaknya.
Ia merasa bahwa yang dilakukan oleh nyonya Fyto merupakan sesuatu yang salah. Melindungi orang-orang yang telah terkutuk dan sudah terkontaminasi dengan energi terlarang adalah sebuah pelanggaran berat.
Raagnol pun beranjak dari sana, sebelum ia ketahuan oleh anak-anak yang lain dan nyonya Fyto sendiri, jika ia menguping ruangannya. Ia langsung bergegas menuju gudang yang ada di dapur.
Ia mulai menyapu lantai gudang, berdebu bahkan kesat di kaki. Tumpukan Kotak ia susun ulang dengan rapi. Dua jendela di gudang itu ia buka, agar sinar matahari terpancar masuk menerangi ruangan. Ia melihat keluar jendela, panas terik matahari terasa di kulitnya. Angin berhembus masuk, membuat hatinya tenang.
Sekarang pekerjaannya telah selesai, ia berniat untuk menanyakan gadis tadi kepada nyonya Fyto. Tepat di depan pintu ruangan nyonya Fyto, ia pun mengetuk pintunya. Namun tak ada jawaban dari balik pintu. Raagnol mengetuk kembali, memastikan jika memang tak ada seorang pun di dalam. Namun nihil, jawaban tak kunjung terdengar.
Dengan Hati-hati, Gagang pintunya ia putar. Benar seperti tebakannya, pintunya tidak terkunci. Perlahan ia buka pintu tersebut. Dan memang ruangan yang terlihat seperti kantor itu tak ada tanda kehidupan.
Saat Raagnol hendak menutup pintu, ada sesuatu yang menarik matanya. ia melihat ada sesuatu yang berkilau tepat diatas meja kerja nyonya Fyto.
Awalnya, ia ingin mengurungkan niatnya untuk masuk. Karna memasuki ruangan pribadi seseorang tanpa izin merupakan hal yang tidak baik. Namun, Hatinya berkata lain. Rasa penasarannya begitu besar.
Ia pun melihat kiri dan kanan di lorong itu. Apakah ada seseorang yang melihatnya atau tidak. Setelah memastikan situasi aman. Ia pun melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dalam ruangan itu.
Selangkah demi selangkah, Raagnol mendekati meja itu. Dengan mata kepalanya, ia melihat ada sebuah liontin yang tergelatak di sana. Liontin itu terlihat terbuat dari perak dengan sebuah permata berwarna biru di tengahnya.
Alangkah terkejutnya ia, karena di balik liontin itu tertulis namanya dengan gamblang.
"Raagnol Thavanof."
Ia merasa keheranan, selama ini ia tahu bahwa namanya hanyalah Raagnol. Dan tidak pernah mengetahui bahwa ia punya nama belakang.
Ketika sedang memegang liontin itu, Raagnol mendengar suara-suara yang memanggil namanya. suaranya persis seperti yang ada di mimpinya. Tidak hanya suara, Raagnol melihat secara sekilas api berkobar di sekelilingnya. Kepalanya pusing, dunia seakan-akan berputar, dan suhu ruangan terasa naik turun.
Dengan spontan, ia melepaskan liontin itu dari tangannya.
Kling!
Liontin itu menggelinding... dan berhenti tepat di depan kaki nyonya Fyto
Raagnol mendongak. Terlihat nyonya Fyto sudah berdiri diam di ambang pintu.
"Dari mana kau mendapatkannya...?" tanyanya lirih
Raagnol menunjuk meja, dan masih terengah.
Nyonya Fyto memejamkan matanya, lalu menghela napas.
"Sepertinya... inilah waktunya untuk mengatakannya pada mu. Ada sesuatu yang harus kau ketahui... Raagnol..."