"JADI SELAMA INI KAU BERBOHONG PADAKU?"
Nyonya Fyto terdiam duduk di kursinya.
"Ya... selama ini aku berbohong padamu." Nyonya Fyto menjawab dengan tenangnya.
"Aku merahasiakan masa lalumu, karena aku peduli padamu. Dan kurasa sekarang sudah saatnya kau tahu tentang itu."
Raagnol masih menatap Nyonya Fyto dengan kerutan di dahinya, menandakan ia masih marah padanya.
"Aku tahu ini berat bagimu, namun itulah kenyataannya. Aku menemukanmu di semak belukar, saat aku sedang mengumpulkan tanaman herbal di hutan waktu itu."
"Kau... tergeletak di sana, dan liontin itu terkalung di lehermu... jadi itu adalah milikmu."
"Aku tidak tahu dari mana kau berasal, tapi yang jelas kau adalah manusia, yang artinya keluargamu pasti tinggal tidak jauh dari kerajaan manusia."
Raagnol masih kesal akan kebohongannya, ia pun pergi dari ruangan Nyonya Fyto tanpa sepatah kata pun. Tampak ia masih belum bisa menerima semua ini.
Sejak hari itu, Raagnol lebih suka menyendiri. Ia mulai sering menatap liontin itu. Dalam hatinya, ia terus mempertanyakan di mana orang tuanya sekarang, apakah mereka masih hidup? Dan siapa mereka sebenarnya?
Benih keinginan untuk bertemu mereka mulai tumbuh dalam dirinya. Raagnol pun berniat mencari kedua orang tuanya.
"Raagnol..." "Raagnol..." "RAAGNOL!"
Raagnol seketika sadar bahwa ia sedang melamun.
"Ayo... makan siang sudah siap. Semuanya udah di ruang makan, cuma kamu tuh yang belum. Yang lain udah pada nungguin..." Ajak Leyko yang sudah berada di depan pintu kamar.
BRAK!
Terdengar suara dobrakan pintu yang keras.
Dengan cepat Raagnol dan Leyko langsung mengecek sumber suara.
Sampai di sana, mereka melihat para prajurit kerajaan telah mendobrak masuk.
"CEPAT KELUAR, KAU PENYIHIR!" Teriak salah satu prajurit.
Para prajurit pun langsung berpencar ke segala ruangan. Raagnol dan Leyko hanya diam mematung, menyaksikan para prajurit mengobrak-abrik setiap sudut panti.
"TIDAK ADA PENYIHIR DI SINI!" Nyonya Fyto menegaskan dari atas tangga.
Beberapa prajurit langsung menahan Nyonya Fyto di tempat. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi, hanya menyaksikan kekacauan yang terjadi. Wajahnya jelas menunjukkan kekhawatiran.
Raagnol memandang Nyonya Fyto yang ditahan, melihat wajah khawatir Leyko, dan anak-anak yang gemetar ketakutan. Ia mengepalkan tangan.
“Jika aku diam… mereka semua bisa celaka…”
...
"Aku..."
"Aku adalah penyihir yang kalian cari," ucap Raagnol lantang kepada para prajurit.
Nyonya Fyto terkejut.
"DIA BOHONG! TAK ADA PENYIHIR DI SINI, KALIAN SALAH RUMAH!" teriak Nyonya Fyto.
"Hohoho... Seorang anak kecil? Tapi penyihir tetaplah penyihir... dan ciri-ciri buronan penyihir itu memang seorang anak kecil," ucap salah satu prajurit yang tampak seperti kapten.
"AKU BUKAN ANAK KECIL! UMURKU SUDAH 15 TAHUN!" tegas Raagnol.
"Anak kecil tetaplah anak kecil... Tangkap dia!" perintah sang kapten.
"Oh iya... Perkenalkan, aku Kapten Reztro. Maaf Atas Kegaduhan ini ya."
Dengan kata-kata itu, Kapten Reztro pergi dari tempat itu. Ia memerintahkan pasukannya untuk membawa Raagnol ke penjara.
Panti tua itu kini berantakan, menyisakan anak-anak yang ketakutan dan Nyonya Fyto yang masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi.
Ia memandangi Raagnol yang dibawa pergi, dan tak bisa berkata-kata lagi.