Sinar matahari yang menembus jendela membangunkan Seika dari tidurnya. Tubuhnya masih terasa sedikit pegal, efek dari pertarungan kemarin tampaknya belum sepenuhnya hilang. Tapi tidak ada waktu untuk bermalas-malasan. Hari ini, misi pertamanya sebagai anggota resmi, meskipun berperingkat rendah, akan dimulai.
Seika menarik nafas panjang dan memandangi seragam pahlawan yang tergantung di samping tempat tidurnya. Bukan seragam keren seperti milik Defender ternama, tapi setidaknya sudah cukup untuk menghindari ditertawakan di jalan.
"Yah, meskipun kelihatan kayak staf keamanan minimarket, ini tetap seragam, kan?"
Setelah bersiap, Seika menuju aula utama di markas Defender. Di sana, ia sudah ditunggu oleh Arden, Leona, Garrick, Hilda, dan Vayne. Kelima pahlawan yang pernah bertempur bersamanya kini menjadi tim yang cukup dekat, meski perbedaan tingkat mereka masih jauh.
"Selamat pagi, Seika. Sudah siap untuk misi pertamamu?" sambut Arden dengan senyum lebar.
"Kalau 'siap' artinya aku udah sarapan, ya, aku siap," jawab Seika santai.
Mereka berkumpul di meja bundar bersama beberapa anggota baru lainnya yang juga belum memiliki banyak pengalaman. Misi mereka hari ini terbilang cukup ringan—setidaknya menurut para senior.
"Ada gangguan di perbatasan distrik Aetherfield. Kami mendapat laporan tentang aktivitas makhluk bawah tanah yang tidak biasa. Tugas kalian sederhana. Investigasi, kumpulkan data, dan jika memungkinkan, amankan situasi," jelas Leona sambil membagikan peta lokasi.
"Kalau ada yang aneh, kabur saja. Jangan sok jagoan," tambah Hilda sambil menyenggol Seika dengan siku.
"Eh, aku kelihatan kayak tipe yang sok jagoan, ya?"
"Banget," jawab Vayne tanpa ragu, memancing tawa kecil dari yang lain.
Setelah briefing selesai, tim segera berangkat ke lokasi menggunakan transportasi Defender. Sepanjang perjalanan, Seika banyak mengobrol dengan L-88 yang kini dalam mode komunikasi internal.
"L-88, berikan data tentang makhluk bawah tanah yang sering muncul di distrik Aetherfield."
"Memproses… Mayoritas adalah spesies Trogma, makhluk bertubuh besar dengan kemampuan menggali tanah dan agresif terhadap getaran."
"Jadi, jangan bikin langkah berat ya. Kalau nggak, mereka bakal muncul."
"Saran: Jangan terlalu berisik."
Sesampainya di lokasi, distrik Aetherfield terlihat sepi, sebagian besar penduduk sudah dievakuasi sejak laporan gangguan muncul. Jalan-jalan retak, beberapa bangunan bergeser, dan lubang-lubang besar menganga di berbagai sudut.
"Ini kayak lapangan tambang, bukan distrik perumahan," gumam Seika.
Arden memimpin tim untuk membagi area pencarian. Seika dipasangkan dengan dua anggota baru: Lian dan Oskar. Mereka tampak cukup serius, meski terlihat sedikit gugup.
"Lian, Oskar, jangan jauh-jauh dari aku. Kalau ada bahaya, kabari langsung."
"Baik, Seika. Kami akan—"
Belum sempat Lian menyelesaikan kalimatnya, tanah di bawah kaki mereka bergemuruh.
"…Lari?"
"Terlambat!"
Seekor Trogma raksasa menerobos dari bawah tanah, rahangnya terbuka lebar. Seika segera menarik Lian dan Oskar menjauh, kemudian mengaktifkan Pulse Blade miliknya.
"Blade Pulse: Crescent Sweep!"
Tebasan horizontal itu mengenai kaki depan Trogma, membuatnya kehilangan keseimbangan. Namun, makhluk itu dengan cepat bangkit dan mengincar mereka lagi.
"L-88, titik lemah Trogma?"
"Bagian bawah leher dan punggungnya rentan terhadap serangan."
"Baik, catat."
Seika melompat ke atas kepala Trogma, menebas punggungnya dengan serangan bertubi-tubi. "Blade Pulse: Cross Fang!"
Trogma meraung kesakitan dan akhirnya roboh.
"Hah, lumayan buat pemanasan."
Namun, saat ia mengira pertempuran telah usai, tanah di sekitar mereka kembali bergetar. Kali ini, tiga Trogma sekaligus muncul.
"Ah, jadi mereka bawa geng."
Lian dan Oskar mulai panik, tapi Seika menepuk pundak mereka.
"Tenang. Ikuti rencanaku. Oskar, pancing yang kiri. Lian, lindungi belakang. Aku akan mengurus yang tengah."
"Baik!"
Dengan koordinasi cepat, mereka bertarung melawan ketiga Trogma tersebut. Meski nyaris kewalahan, mereka berhasil menumbangkan dua di antaranya. Namun, Trogma terakhir mengamuk dan menghancurkan tanah di sekitarnya, menciptakan lubang besar.
Tanpa sempat bereaksi, tanah di bawah Seika runtuh. Ia terjatuh ke dalam lubang gelap yang dalam.
"Seika!"
Suara Lian dan Oskar terdengar sayup-sayup saat Seika terus terjatuh hingga menghantam dasar gua.
"Aduh… Ini kenapa aku selalu berakhir di tempat aneh?"
Seika bangkit perlahan, menyalakan lampu kecil dari pergelangan armornya. Ternyata, ia terjebak dalam sebuah gua luas dengan dinding berkilauan, seperti dipenuhi kristal alami.
"L-88, status?"
"Status tubuh stabil. Tidak ada cedera serius. Lokasi: tidak teridentifikasi. Sinyal komunikasi dengan tim terputus."
"Bagus, artinya aku tersesat."
Seika mulai berjalan menjelajahi gua tersebut. Jalanan sempit, cabang yang bercabang lagi, dan beberapa jalur berputar membuatnya seperti berjalan dalam labirin.
"Ini tempat apa, sih? Rasanya aku udah muter tiga kali di tempat yang sama."
Namun, setelah menelusuri beberapa jalur, Seika menemukan sebuah lorong misterius yang tampak berbeda dari jalur sebelumnya. Lorong itu tertutup oleh pintu logam tua dengan simbol aneh di permukaannya.
"L-88, kamu tau ini simbol apa?"
"Simbol tidak terdaftar di basis data umum. Kemungkinan besar peninggalan peradaban lama."
"Peradaban lama, ya? Biasanya kalau kayak gini, berarti ada sesuatu yang disembunyikan di baliknya."
Seika menyentuh pintu itu, dan secara tiba-tiba, pintu logam terbuka dengan sendirinya, seolah-olah menunggu seseorang untuk masuk sejak lama.
"Yah, nggak mungkin aku balik sekarang. Siapa tau ada barang diskon lagi di dalam."
Dengan langkah hati-hati, Seika memasuki lorong misterius itu, tanpa menyadari bahwa apa yang akan ia temukan di sana akan mengubah perjalanannya sepenuhnya.
To be continued…
---