Chapter 7: Jalan Berliku di Dalam Dungeon

Setelah mendapatkan sepatu angin dan sarung tangan pelindung, Seika berencana untuk segera keluar dari dungeon Relic Chamber. Ia kira, jalur keluar akan mudah seperti saat ia masuk. Ternyata, tidak semudah itu.

"Eh, jalur keluarnya bukan yang ini, ya?" gumam Seika sambil menggaruk kepala.

Ia memutar arah, mencoba jalur yang lain, namun yang ia temukan justru sebuah labirin raksasa yang tidak tercatat di peta.

"L-88, jangan bilang kita nyasar."

"Sistem mendeteksi jalur labirin tidak sesuai dengan data awal. Kemungkinan, struktur dungeon berubah secara otomatis."

Seika menghela napas panjang. "Ini dungeon auto-update atau gimana, sih?"

"Tetap tenang. Dengan kecepatan Tuan saat ini, menyusuri labirin ini seharusnya tidak membutuhkan waktu lama."

"Yaudah, mari kita anggap ini sesi olahraga."

Dengan Windbreaker Boots di kakinya, Seika mulai melaju cepat menyusuri lorong demi lorong, menghindari jebakan yang muncul tiba-tiba. Piringan tajam, anak panah, lantai jebakan, semuanya berhasil ia lewati dengan lincah.

Beberapa jebakan hampir mengenai Seika, namun dengan aktivasi Twin Core Shield Gloves, ia memunculkan perisai untuk menahan serangan mendadak.

"Shield Deploy!"

Blar! Anak panah menghantam perisainya, lalu terpental ke dinding.

"Aku suka alat ini. Kayak punya tombol panik portable," gumam Seika sambil terus berlari.

Di tengah perjalanan, Seika menemukan jalur yang bercabang tiga. Tanpa ragu, ia memilih jalur tengah.

"Kalau ini game, jalur tengah biasanya bonus atau malah jebakan."

Beberapa menit kemudian, ia sampai di ruangan kecil yang dipenuhi patung-patung batu. Suasananya sunyi dan agak menegangkan.

"L-88, ada jebakan?"

"Tidak terdeteksi."

Seika maju perlahan. Namun begitu ia melewati patung pertama, lantai tiba-tiba bergeser.

Klik!

Glarghhh!

Patung-patung batu itu hidup dan mulai mengejarnya.

"Tentu saja jebakan!"

Seika segera berakselerasi, melesat menembus lorong-lorong sempit dengan kecepatan yang membuat suara ledakan kecil di setiap langkahnya.

"Beyond Speed of sound confirmed. Saat ini Tuan bergerak dengan kecepatan yang melampaui sebelumnya."

"Bagus. Aku harus kabur dari boneka horror ini."

Sambil berlari, Seika menembakkan Pulse Shot ke arah patung yang menghalangi jalan, menghancurkan sebagian dari mereka untuk membuka jalur.

Beberapa patung berhasil mendekat, tapi Seika mengaktifkan perisai ganda dari sarung tangannya dan memblokir serangan mereka sambil terus melaju.

"Shield Burst!"

Perisainya memancarkan dorongan energi yang melemparkan patung-patung itu ke dinding.

"Fuh, kapan ini berakhir?"

Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, Seika tiba di sebuah ruangan dengan lantai berbentuk papan catur. Jalur di depannya tertutup, dan hanya ada satu jalan yang terbuka.

Di depan jalur itu, terpasang tulisan hologram:

"Uji Konsentrasi. Langkah yang salah, ulang dari awal."

"Aduh, ujian konsentrasi? Serius?"

L-88 memberikan saran. "Gunakan peta langkah virtual yang saya tampilkan di antarmuka."

"Oke, aku tinggal ikutin, kan?"

Seika mulai berjalan mengikuti pola yang ditampilkan L-88. Tapi sesekali ia terdistraksi oleh patung-patung yang tiba-tiba muncul di sisi kiri dan kanan, melemparkan anak panah ke arahnya.

Dengan cekatan, Seika mengaktifkan perisai untuk menahan tembakan tanpa melangkah keluar dari jalur yang benar.

"Shield Deploy! Awas, awas!"

Meski beberapa kali hampir terpeleset, Seika berhasil mencapai ujung ruangan.

"Berhasil!"

Klik!

Jalur keluar terbuka.

Seika segera meluncur keluar dengan kecepatan tinggi.

"Yah, akhirnya bebas juga!"

Beberapa saat kemudian, Seika tiba di markas asosiasi. Saat ia melangkah santai ke dalam gedung, sebuah suara berat memanggilnya.

"SEIKA!"

Seika menoleh dan menemukan Arden yang sudah berdiri dengan kedua tangan terlipat dan wajah tidak ramah.

"Kamu tahu sudah berapa lama kamu di dalam dungeon itu?!"

"Eh… mungkin dua jam?"

"Empat jam lebih, dan kamu tidak melapor sama sekali! Apa kamu pikir dungeon itu tempat jalan-jalan sore?!"

Seika menggaruk pipinya sambil tersenyum canggung. "Ah, yah… aku sedikit tersesat. Tapi aku dapat ini, lho." Ia menunjukkan Windbreaker Boots dan Twin Core Shield Gloves dengan bangga.

Arden memijat pelipisnya, tampak lelah menghadapi murid barunya yang bandel ini.

"Minimal, kamu kembali dalam satu potong."

L-88 ikut menambahkan, "Namun Tuan Seika berhasil meningkatkan kecepatan dan ketahanan secara signifikan."

Arden mendesah. "Tetap saja, lain kali, laporkan pergerakanmu. Kau ini… benar-benar."

"Hehe, baik, Kapten."

"Jangan ketawa!"

Seika berlari cepat meninggalkan Arden yang masih mengomel di belakangnya, menikmati langkah-langkah barunya yang kini terasa semakin ringan dan bebas.

"Yah, aku mungkin dimarahi sekarang. Tapi setidaknya, aku selangkah lebih dekat untuk jadi lebih kuat."

To be continued...

---