Beberapa bulan telah berlalu sejak Seika naik peringkat menjadi pahlawan bintang satu. Meskipun statusnya meningkat pesat, ia tetap menjadi dirinya yang santai dan cuek. Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda. Untuk pertama kalinya, Seika menerima ajakan kencan—atau lebih tepatnya, ia yang tanpa sadar mengajaknya.
"Arden, kau lagi libur kan hari ini? Yuk, jalan bareng!" ujar Seika dengan wajah polos sambil menggigit roti isi favoritnya.
Arden yang sedang duduk santai di ruang asosiasi sempat terdiam. "Eh? J-Jalan? Maksudmu… kencan?"
Seika memiringkan kepala. "Hah? Kencan? Nggak, aku cuma mau beli beberapa barang, coba makanan baru, dan… ya, pokoknya butuh temen aja."
Arden menghela napas, tapi senyum kecilnya tidak bisa disembunyikan. "Baiklah, ayo."
Mereka berjalan berdua di distrik tengah Riselia, suasana kota terasa lebih damai hari ini. Papan reklame besar, kios makanan, dan deretan toko berkilauan di bawah sinar matahari.
Seika dengan antusias mencicipi berbagai camilan pinggir jalan. "Arden, coba ini! Roti isi krim rasa stroberi! Enak banget!"
Arden mencoba satu gigitan dan hampir tersedak. "Ini manis banget…"
"Yah, makanya jangan makan buru-buru."
Mereka berhenti di sebuah stand yang menjual es serut dengan topping warna-warni. Seika memesan porsi besar dan dengan polosnya menyuapkan ke Arden tanpa banyak berpikir.
"Eh, ayo coba ini juga. Katanya paling laris!"
Arden menoleh cepat. "A-Aku bisa makan sendiri—"
Namun Seika sudah menyodorkan sendok es ke mulutnya. Tanpa sadar, Arden menerimanya dengan wajah memerah.
"Manis ya?" tanya Seika sambil tersenyum cerah.
Arden hanya mengangguk pelan. Baginya, kencan ini mungkin tidak terasa seperti kencan biasa, tapi momen ini terasa hangat.
Setelah puas mencicipi berbagai makanan dan mencoba beberapa permainan di taman kota, mereka duduk santai di tepi air mancur. Seika memandangi langit sambil menikmati es serutnya yang hampir habis.
"Arden, hidupmu gimana sih sebelum jadi pahlawan?" tanya Seika tiba-tiba.
Arden terdiam sejenak sebelum menjawab, "Sama seperti orang lain, aku hanya ingin melindungi sesuatu. Tapi semakin tinggi pangkatku, semakin aku sadar… Aku tidak cukup kuat untuk melindungi semua orang."
Seika menoleh dengan mata yang serius, namun tetap tenang. "Kalau begitu, ayo sama-sama jadi kuat. Aku juga nggak mau kehilangan orang yang aku kenal."
Arden tersenyum tipis. "Iya, aku akan berusaha."
Suasana damai itu tiba-tiba terpecah oleh suara gemuruh yang mengguncang tanah. Orang-orang di sekitar mulai panik, berlarian ke segala arah.
"Perhatian! Anomali sihir terdeteksi di distrik timur! Kemungkinan portal kelas besar terbuka!" suara darurat dari speaker asosiasi terdengar keras.
Seika dan Arden berdiri refleks.
"L-88, ada info detailnya?" tanya Seika cepat.
"Portal berukuran besar terdeteksi. Energi yang keluar tidak stabil. Sumber: Curse Dragon Land. Kemungkinan makhluk tipe naga dalam jumlah besar akan muncul."
"Dari Curse Dragon Land? Itu… wilayah terkutuk yang sudah lama tertutup, kan?" gumam Arden dengan wajah tegang.
Seika memandang ke arah langit. Sebuah portal raksasa berwarna ungu pekat terbuka di udara. Aura mengerikan mengalir keluar, membuat bulu kuduk semua orang berdiri.
Dari portal itu, beberapa naga mulai bermunculan satu per satu. Tubuh mereka besar, tapi bentuknya jauh dari naga pada umumnya. Ada yang memiliki sayap robek, kulit meleleh seperti lilin, dan sisik kristal hitam yang pecah-pecah. Beberapa bahkan memiliki wajah yang terdistorsi, seolah-olah terkutuk selamanya.
"Makhluk-makhluk itu…" bisik Arden. "Itu bukan naga biasa. Mereka naga yang tercemar kutukan."
Salah satu naga menghembuskan napas hitam ke arah deretan bangunan, dan dalam sekejap, tiga gedung runtuh bersamaan. Suara ledakan terdengar keras, dan asap mengepul di langit.
"Arden, ayo kita bantu evakuasi warga!" seru Seika sambil menarik tangan Arden.
Mereka berlari bersama, membantu memandu warga untuk keluar dari area bahaya. Para pahlawan tingkat rendah dan menengah mulai berkumpul untuk membentuk garis pertahanan.
L-88 melaporkan dengan cepat, "Tuan, skala bahaya meningkat. Ini bukan serangan kecil. Portal masih terbuka lebar."
Seika menatap langit dengan serius. "Kalau portalnya nggak ditutup, naga-naga ini bakal terus bermunculan."
Arden menambahkan, "Kita harus memikirkan cara menutupnya… tapi kalau Curse Dragon Land yang terbuka, mungkin ini awal dari sesuatu yang lebih besar."
Seika mengepalkan tinjunya. "Kalau gitu, kayaknya kita bakal dapat misi besar lagi, ya."
Arden menoleh, menatap Seika yang masih tersenyum meski situasinya gawat.
"Sepertinya, iya."
To be continued…