Udara di Riselia bergetar hebat. Portal ungu pekat menganga di langit, memuntahkan lebih banyak Naga Terkutuk.
Para pahlawan, termasuk Arden dan timnya—Leona, Garrick, Hilda, dan Vayne—bertarung mati-matian, namun jumlah musuh terlalu banyak. Kepanikan mulai merayap di antara penduduk yang belum sempat dievakuasi.
Di medan perang, di antara kepulan asap dan raungan naga, Seika berdiri tegak di hadapan Curse Dragon Lord. Energi kutukan dari semburan napasnya masih membakar tubuh Seika, namun tekadnya tak goyah.
"L-88, durasi Override Mode?"
Seika berteriak di tengah suara gemuruh.
"Tersisa 6 menit 40 detik. Energi kutukan mulai mempengaruhi efisiensi sistem Tuan sebesar 15%."
"Sialan. Jadi aku harus lebih cepat," gumam Seika, matanya menajam. Ia melesat dengan Windbreaker Boots-nya, menciptakan ledakan sonik yang memekakkan telinga.
Tubuhnya meliuk lincah, menghindari cengkraman raksasa dari Curse Dragon Lord.
"Kau pikir bisa melarikan diri, manusia kecil?
raung sang naga, suaranya dipenuhi amarah.
"Kau sudah terkontaminasi oleh kutukan tanah ini. Takkan ada jalan keluar!"
"Omong kosong!" Seika membalas,
melancarkan Blade Pulse: Twin Slash yang memotong udara, menorehkan luka dangkal di sisik hitam sang naga.
"Aku tidak peduli dengan kutukanmu. Aku hanya perlu menutup portal itu!"
Curse Dragon Lord tertawa sinis. "Menutup portal? Makhluk tak berguna sepertimu bahkan tidak tahu apa yang kau hadapi!"
Naga itu mengumpulkan energi kutukan di dalam mulutnya, membentuk bola hitam pekat yang memancarkan aura mengerikan.
"Ini adalah akhir bagimu!"
Di Riselia, Arden memimpin pertahanan. Ia melihat portal di langit semakin membesar, dan naga-naga yang muncul semakin ganas. Ia tahu waktu Seika tidak banyak.
"Kita harus menahannya!" teriak Arden, tombaknya berputar menciptakan pusaran angin.
"Leona, lindungi warga! Garrick, Hilda, Vayne, fokus pada naga yang mendekati portal!"
Leona mengangguk, mengaktifkan perisai penyembuhannya. "Aku akan berusaha semampuku!"
Tiba-tiba, portal itu beriak aneh. Bukannya memuntahkan naga, portal itu justru mulai menyedot benda-benda di sekitarnya. Puing-puing, kendaraan yang hancur, bahkan beberapa naga kecil terhisap ke dalamnya.
"Apa yang terjadi?!" teriak Vayne, berusaha menstabilkan dirinya.
Di Curse Dragon Land, Seika merasakan tarikan aneh dari portal. Ia melihat Curse Dragon Lord juga terkejut, menghentikan serangannya.
"L-88, apa ini?!"
"Anomali terdeteksi! Portal tidak stabil dan mulai menarik massa dalam radius 500 meter. Ini bukan penutupan yang direncanakan!"
"Sial!" Seika mencoba mundur, tapi tarikannya terlalu kuat.
Ia melihat Curse Dragon Lord juga mulai terhuyung, berusaha menancapkan cakarnya ke tanah, namun sia-sia.
"Tidak mungkin! Aku tidak akan terhisap ke dalam celah dunia!" raung sang naga, suaranya dipenuhi kepanikan.
Di Riselia, kekacauan mencapai puncaknya. Tidak hanya puing-puing, kini beberapa pahlawan tingkat rendah dan menengah yang kelelahan dan tidak sempat menahan diri, mulai terhisap perlahan ke arah portal.
"Tidak! JANGAN MENDEKAT!" teriak Arden. Ia berusaha meraih seorang pahlawan muda yang hampir terhisap, namun ia terlalu jauh.
Ceyla, Drest, Marven, Orlan, Faye, dan Niko—enam pahlawan yang pernah mem-bully Seika—tampak shock. Mereka berusaha menahan diri, mencengkeram bangunan di sekitar mereka, tapi kekuatan hisapan portal terlalu dahsyat.
"TIDAAAK!" teriak Ceyla saat tarikan kuat
menyeretnya. Satu per satu, mereka terlepas dari pegangan dan terhisap ke dalam pusaran ungu pekat. Wajah mereka dipenuhi ketakutan dan penyesalan.
Bahkan beberapa naga yang tadinya menyerang, kini ikut tersedot, melolong ngeri saat tubuh mereka melesat ke dalam portal.
Seika di Curse Dragon Land, merasakan tarikan yang tak tertahankan. Curse Dragon Lord yang tak bisa bergerak akhirnya terangkat dan terhisap ke dalam pusaran ungu di belakangnya.
"Sial, aku tidak bisa menahannya!" Seika berusaha menancapkan kakinya, tapi percuma. "L-88, Override Mode!"
"Tidak cukup! Energi Override Mode tidak dapat menahan hisapan skala ini!"
Semuanya terjadi begitu cepat. Seika, bersama dengan sisa-sisa puing, bebatuan, dan beberapa naga yang masih hidup, terhisap sepenuhnya ke dalam portal.
Detik berikutnya, portal itu berkedip terang, lalu menyusut, dan akhirnya menghilang sepenuhnya dari langit Riselia. Hanya menyisakan kehancuran dan keheningan yang mengerikan.
Arden terjatuh berlutut, napasnya terengah-engah. Matanya menatap kosong ke langit yang kini kembali biru, namun tanpa keberadaan portal.
"Seika…" bisiknya lemah.
Seika merasakan tubuhnya seperti ditarik paksa melalui terowongan yang panjang dan penuh warna-warni aneh. Sensasinya seperti jatuh tanpa henti di tengah ilusi yang berputar. Lalu, sebuah kejutan keras.
Ia menghantam tanah dengan suara
"brak!"
Tubuhnya terasa kaku, dan armor Override Mode-nya otomatis dinonaktifkan karena benturan.
"Ugh… itu lebih sakit dari yang kukira," gumam Seika, mencoba bangkit.
"Status: Stabil. Lokasi: Tidak teridentifikasi. Sinyal jauh dari jangkauan normal. Lingkungan… aneh."
Suara L-88 terdengar sedikit terganggu.
Seika perlahan membuka matanya. Pemandangan di depannya membuatnya tertegun.
Mereka tidak lagi di Riselia, atau bahkan di Curse Dragon Land. Mereka berada di sebuah hutan yang… berkilauan. Pohon-pohonnya memiliki dedaunan yang memancarkan cahaya lembut, dan tanahnya dipenuhi bunga-bunga yang tampak terbuat dari kristal. Di kejauhan, ia bisa melihat gunung-gunung melayang di langit.
Udara terasa murni, tapi juga asing. Ada suara dengungan energi yang pelan di setiap sudut.
"L-88, ini tempat apa? Kenapa pohonnya nyala?"
"Analisis… Lingkungan ini tampaknya memiliki konsentrasi energi magis yang sangat tinggi. Fauna dan flora menunjukkan adaptasi terhadap kondisi tersebut."
"Jadi, hutan ajaib, ya?"
Seika menoleh ke belakang.
Di sana, terkapar beberapa naga terkutuk yang juga ikut terhisap, kini tampak lemah dan tidak berdaya, aura kutukan mereka meredup drastis di lingkungan baru ini.
Tak jauh dari situ, Seika melihat beberapa sosok terhuyung-huyung. Mereka adalah Ceyla, Drest, Marven, Orlan, Faye, dan Niko. Wajah mereka pucat pasi, masih shock dan bingung.
"K-kita… di mana ini?"
Tanya Ceyla lirih, melihat sekeliling dengan mata ketakutan.
"Aku juga tidak tahu,"
jawab Seika, sambil mengamati sekitar.
"Sepertinya kita semua terhisap dan terteleportasi ke… entah di mana."
Suasana hening melingkupi mereka, hanya diselingi suara dengungan energi dari pepohonan yang berkilauan. Mereka semua—para pahlawan yang terbuang dan naga-naga yang kini tak berdaya—terjebak di sebuah dunia yang sama sekali asing, jauh dari rumah.
"Yosh, petualangan baru dimulai, kurasa"
gumam Seika, senyum kecil muncul di
wajahnya yang lelah.
"Tapi kali ini, sepertinya tidak ada toko diskon."