Langkah kaki Seika menggema pelan di atas tanah kristal yang asing. Udara di tempat ini terlalu bersih, terlalu tenang—terasa tidak wajar. Suara gemerisik dedaunan yang bercahaya menjadi satu-satunya pengiring perjalanan mereka.
Ceyla, Drest, Marven, Orlan, Faye, dan Niko mengikuti di belakang dengan raut wajah yang masih syok. Mereka belum sepenuhnya memahami apa yang baru saja terjadi, dan sekarang mereka terperangkap di dunia yang mereka bahkan tidak tahu namanya.
"Jadi... ini tempat kita sekarang?" tanya Marven pelan, seolah takut suara keras akan memanggil bahaya.
"Sejauh ini, iya," jawab Seika santai, meski matanya terus waspada mengamati sekeliling. "Tapi jangan tenang dulu, siapa tahu di balik pohon bercahaya itu ada naga yang sedang cari cemilan."
"L-88, ada deteksi makhluk hidup?"
"Sistem sedang menyesuaikan dengan atmosfer setempat… Deteksi sebagian besar gangguan di area sekitar… Namun kemungkinan besar bukan naga yang sama seperti di Curse Dragon Land."
"Nah, dengar kan? Kita nggak sendirian di sini."
Suasana tegang perlahan mencair, walau masih ada ketegangan sisa di wajah mereka. Ceyla yang biasanya keras kepala, kini menunduk dalam, lalu melangkah cepat untuk sejajar dengan Seika.
"Seika… aku… aku minta maaf."
Seika menoleh. "Hah? Kenapa tiba-tiba?"
"Aku… kami… dulu sering ngejek kamu. Kami sombong… dan waktu itu, kamu benar-benar sendirian… Kami cuma lihat kamu lemah, nggak punya bintang… Dan sekarang, kamu yang nyelamatin kami."
Ceyla mengepalkan tangan. Suaranya bergetar. "Kalau kamu nggak di sini, mungkin kami udah mati. Kami salah. Tolong… maafkan kami."
Seika menatapnya cukup lama. Drest, Marven, Orlan, Faye, dan Niko juga menundukkan kepala, menunggu jawaban.
Seika menarik napas dalam.
"Kalau aku orang yang suka dendam, mungkin aku udah tinggalin kalian di sini. Tapi… aku bukan orang kayak gitu."
Dia tersenyum kecil. "Udah, nggak usah dipikirin lagi. Yang penting sekarang kita kerja bareng biar bisa keluar dari sini."
Ceyla terdiam, matanya sedikit berkaca-kaca. "Makasih… beneran makasih…"
"Tapi kalau kalian ngejek aku lagi, siap-siap ya, aku beneran balas pake sepatu high hypersonic-ku."
Mereka semua terdiam sejenak, lalu tertawa kecil meski situasinya tidak ideal. Untuk pertama kalinya, mereka bisa bicara dengan Seika tanpa sekat.
"Lanjut jalan yuk. Kita butuh tempat buat istirahat," ajak Seika sambil melanjutkan langkah.
Di sepanjang perjalanan, mereka menemukan tanaman-tanaman aneh dengan buah yang memancarkan cahaya biru. L-88 memberi tahu bahwa buah tersebut dapat dikonsumsi untuk pemulihan stamina.
"Ini… rasanya manis juga," ujar Faye sambil memakan buah itu dengan hati-hati.
"Mungkin ini semacam pisang super versi dunia ini," celetuk Niko.
Mereka tertawa lagi, perlahan mulai menemukan ritme kebersamaan.
Tiba-tiba, L-88 mengeluarkan peringatan. "Ada pergerakan makhluk besar di depan. Jarak 500 meter. Mendeteksi… Naga, tipe baru."
Seika menghentikan langkah. "Kita harus mengintip dulu. Aku nggak mau langsung disambut lidah api lagi."
Mereka bergerak pelan, mengendap di balik pohon-pohon bercahaya. Dari celah dedaunan, mereka melihat seekor naga berwarna emas pucat dengan tubuh yang dilapisi kristal tipis. Naga itu tampak tidak agresif, tapi di sekelilingnya terdapat pilar-pilar batu aneh yang memancarkan energi.
"Naga kristal? Tapi auranya… nggak seperti naga terkutuk sebelumnya," gumam Seika.
L-88 melanjutkan, "Makhluk ini tampaknya bukan naga kutukan. Ia merupakan penjaga wilayah. Dan pilar-pilar itu… seperti sistem teleportasi lokal."
Seika menyipitkan mata. "Teleportasi? Jadi, mungkin ada jalan keluar di sana?"
"Mungkin. Tapi naga itu tidak akan membiarkan kita mendekat dengan mudah."
Seika menoleh ke teman-temannya. "Kalian mau nyoba? Kalau berhasil, kita bisa keluar dari sini."
Mereka semua mengangguk, wajah mereka kini lebih yakin. Meski takut, mereka tak ingin menjadi beban lagi.
"Aku bantu sebisaku," ujar Drest.
"Aku juga," tambah Orlan.
"Kalau nggak kerja sama, kita nggak bakal selamat di sini," lanjut Marven.
Seika tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu… mari kita susun rencana."
Mereka mulai membagi peran. Ceyla dan Faye akan mengalihkan perhatian naga dari sisi kiri, sementara Drest dan Orlan menciptakan suara di sisi kanan. Marven dan Niko bertugas menjaga pilar, siap menyalakan sistem teleportasi jika sudah memungkinkan.
Seika sendiri? Ia akan menjadi penentu serangan. Dengan Windbreaker Boots dan Twin Core Shield Gloves miliknya, ia akan menembus pertahanan naga dengan kecepatan tinggi.
"Override Mode durasi 10 menit, kan?" tanya Seika.
"Benar. Tapi di lingkungan ini, performa mungkin tidak stabil."
"Yah, nggak ada pilihan lain. Siap semuanya?"
"Siap!" jawab mereka serempak.
Seika tersenyum. "Kalau begitu… mari kita mulai operasi pulang ke rumah."
Dengan hati yang mantap dan langkah yang pasti, mereka bergerak menuju naga kristal itu, memulai pertempuran pertama mereka sebagai satu tim yang benar-benar utuh.
To be continued...