Seika dan yang lain baru saja menarik napas lega di dataran hijau itu. Tapi dunia ini, rupanya belum puas mempermainkan mereka.
Tiba-tiba, getaran hebat mengguncang tanah di bawah kaki mereka. Retakan besar terbuka di seluruh permukaan, dan dengan suara menggelegar, dataran tempat mereka berpijak mulai runtuh.
"A-APA?!" Ceyla berteriak panik.
Tanah di bawah mereka ambruk seperti lantai jebakan. Mereka semua jatuh bersamaan, tubuh mereka meluncur bebas di lorong runtuhan yang terbuka lebar.
"WOOOOOOOAAAAAAHHH!" Seika berteriak, tubuhnya berguling tanpa kontrol. Puing-puing kristal ikut meluncur di sisi mereka, menambah bahaya dalam kejatuhan bebas itu.
"L-88! Apa yang terjadi?!"
"Struktur dimensional di area ini mulai hancur. Kita—" suara L-88 terpotong oleh dengungan aneh yang memenuhi udara.
Sebuah suara berat, seperti gema dari dunia itu sendiri, terdengar di dalam pikiran mereka semua.
"Aku tidak akan membiarkan seseorang yang mampu mengalahkan naga lolos begitu saja."
Seika merasakan udara di sekitarnya bergetar, seolah-olah dunia itu hidup dan sedang memperhatikannya.
"Kalian akan diuji. Kalian akan menjalani tiga dungeon—tingkat menengah hingga tinggi—untuk membuktikan apakah kalian layak berada di sini."
"Ujian? Dungeon? Sial, aku baru mau istirahat!" Seika menggerutu sambil mencoba mengatur postur di tengah jatuh bebas.
"Persiapkan diri kalian. Dungeon pertama: Trial of Rusted Steel. Lokasi: Kompleks reruntuhan besi."
Setelah suara itu menghilang, tubuh mereka tiba-tiba terpental keluar dari lorong dan jatuh keras ke atas lantai logam yang luas.
Brak!
"Aduh… aku jatuh lagi… ini udah kayak hobi, ya," Seika bergumam sambil meringis.
Ceyla, Drest, Marven, Orlan, Faye, dan Niko juga terserempet puing-puing, meski untungnya mereka tidak mengalami luka serius.
Mereka mendongak, melihat sekeliling. Tempat itu tampak seperti kota tua yang terbuat dari logam berkarat. Tiang-tiang besi yang sudah bengkok berdiri miring, dan di kejauhan, pintu gerbang besar dengan ukiran simbol aneh tampak menunggu.
"L-88, data tempat ini?"
"Kompleks dungeon dengan mekanisme perangkap aktif dan kemungkinan pertahanan mekanis otomatis."
"Bagus… udah jatuh, sekarang disuruh jalan lagi."
Mereka berjalan perlahan menuju pintu gerbang. Begitu mendekat, suara dunia asing itu kembali terdengar.
"Tantangan pertama: Lawan Penjaga Baja—The Rusted Golem."
Gerbang perlahan terbuka, menampilkan sebuah arena raksasa yang dikelilingi oleh tiang-tiang logam yang nyaris rubuh.
Di tengah arena, sebuah golem besi berkarat berdiri tegak, setinggi bangunan tiga lantai. Mata merahnya menyala, dan setiap langkahnya menggetarkan tanah.
"Target terkonfirmasi. Estimasi daya serang: Tingkat menengah tinggi. Daya tahan: Tinggi. Kecepatan: Lambat, namun memiliki jangkauan serangan yang luas," lapor L-88.
Seika mengencangkan sepatunya. "Kita bisa atur pola lama. Aku serang langsung, kalian ganggu dari samping."
"Kamu yakin? Ini golemnya… gede banget!" Drest kelihatan sedikit ragu.
Seika tersenyum tipis. "Kalau nggak yakin, kita nggak bakal keluar dari sini. Lagian, aku udah kangen tidur di kasur yang bener."
"Override Mode, aktif. Durasi: 10 menit."
Aliran energi mengalir cepat. Seika melesat, memulai pertempuran dengan ledakan sonik. Dia bergerak memutari golem, menembakkan Pulse Shot ke persendian logamnya.
Golem itu mengayunkan lengannya yang berat ke arah Seika, menghantam tanah dengan keras. Namun Seika sudah bergerak terlalu cepat, hanya meninggalkan gelombang udara sebagai jejak.
"Ceyla, Faye, kalian hajar sisi kanan!" teriak Seika.
"Kami siap!" Faye menembakkan sihir es ke kaki golem, memperlambat gerakannya. Ceyla menghantam lutut golem dengan sihir ledakan, menciptakan celah kecil di persendiannya.
Drest dan Orlan bergerak dari sisi lain, menembakkan sihir angin bertubi-tubi untuk mengganggu keseimbangan musuh.
Marven dan Niko tetap dekat dengan pilar kontrol di tepi arena, mengawasi kemungkinan jebakan dan mencari celah untuk membuka jalur ke dungeon berikutnya.
Seika melompat tinggi, memutar tubuhnya di udara dan menembakkan Pulse Shot bertubi-tubi ke kepala golem.
"Rasakan ini! Twin Slash—Penetration Mode!"
Dua tebasan energi biru melesat, menghantam dada golem. Logamnya terbelah sedikit, tapi belum cukup untuk merobohkannya.
Golem itu membalas dengan mengayunkan rantai berat yang tersembunyi di dalam lengannya, memaksa Seika mundur cepat dan mengaktifkan Twin Core Shield Gloves-nya.
Clang!
Perisai Seika menerima hantaman keras, terdorong beberapa meter ke belakang.
"Perisai bertahan. Tapi kalau kena lagi, aku bisa mental sampai balik ke Riselia," gumamnya.
L-88 memberi peringatan. "Deteksi serangan besar. Golem mengisi daya."
Di dada golem, sebuah lubang terbuka, memperlihatkan laras meriam yang mulai menyala.
"SEMUA TIARAP!" teriak Seika.
Ledakan energi ditembakkan, menghancurkan setengah arena dan meninggalkan kawah besar.
"Astaga… kalau tadi aku telat dikit, aku udah jadi sisa bubur," Seika berdiri dengan napas berat.
"Seika, perisai kami retak!" teriak Faye.
Seika memutar otak cepat. "Kalau begitu, aku harus ngabisin dia sekarang."
Dia menekan sistem Override hingga batas.
"Limit Override Push: 120%!"
Tubuhnya melesat lebih cepat dari sebelumnya. Dalam hitungan detik, dia sudah berada di atas kepala golem.
"Dengar ya, aku nggak mau ngulang jatuh ke dunia asing lagi! Twin Slash—Final Strike!"
Seika menebaskan dua gelombang energi berwarna biru pekat yang menembus kepala golem, memotong hingga ke dalam sistem intinya.
Golem itu bergetar keras, lalu terjatuh perlahan. Tubuh besarnya ambruk, menciptakan getaran hebat yang mengisi arena.
"Pilar teleportasi aktif!" seru Marven.
Seika terhuyung mendekat. "Yosh… dungeon pertama, selesai."
Dia tersenyum lelah, menatap pilar teleportasi yang kini siap membawa mereka ke ujian berikutnya.
"Masih ada dua lagi, huh… Dunia ini bener-bener niat ngetes kita."
"Yosh, siap lanjut!" ujar Ceyla dengan semangat baru.
Mereka semua melangkah ke dalam pilar, siap menghadapi tantangan selanjutnya.
To be continued...