Chapter 15 - Ujian Dunia Asing (Dungeon Kedua)

Kilatan cahaya dari pilar teleportasi memudar perlahan. Seika dan timnya kini tiba di lokasi dungeon kedua. Udara di sini terasa berbeda—lebih lembap, dengan aroma tanah basah yang kuat. Mereka berdiri di depan gua raksasa yang dindingnya dipenuhi lumut bercahaya.

"Lokasi: Dungeon kedua. Nama: Abyssal Hollow," lapor L-88. "Area dengan jalur sempit dan tingkat visibilitas rendah. Penuh makhluk bertipe lincah dan beracun."

"Great, gua gelap dengan monster cepat. Persis kayak paket hemat penderitaan," gumam Seika sambil mengecek status.

"Override Mode tersisa: 4 menit."

Seika menghela napas. "Oke, berarti nggak bisa asal spam Override di sini."

Mereka masuk perlahan ke dalam gua, cahaya dari lumut di dinding menjadi satu-satunya penerangan. Langkah mereka terdengar menggema di lorong sempit.

"Aku nggak suka tempat kayak gini…" bisik Niko, matanya menatap sekeliling waspada.

"Aku juga," jawab Faye. "Tempatnya terlalu sepi. Rasanya… seperti ada yang mengawasi."

Tak lama kemudian, dari kegelapan lorong, terdengar suara gemeretak aneh. Kilatan mata hijau menyala di kejauhan.

"Dekatkan formasi! Musuh mendekat!" teriak Seika.

Dari bayangan muncul kawanan Venom Raptors—makhluk mirip kadal dengan kecepatan tinggi dan taring beracun.

Seika segera memberi komando. "Ceyla, Drest, support di belakang! Faye dan Orlan, jaga sisi kanan dan kiri! Aku ambil depan!"

Mereka bertarung sengit di lorong sempit. Seika menghindari serangan dengan kecepatan tinggi, menembak Pulse Shot ke kepala para raptor satu per satu. Namun, jumlah mereka tidak sedikit.

"Ini nggak bakal selesai kalau kita hadapin semuanya di sini!" teriak Drest.

Seika menembakkan satu tembakan besar ke langit-langit lorong, menghancurkan sebagian jalur dan menutup jalan masuk musuh.

"Terus maju! Jangan berhenti!"

Mereka berlari melalui jalur yang berliku, menghindari jebakan dan serangan tiba-tiba dari makhluk-makhluk beracun lainnya. Beberapa sempat menyerang dari atap gua, tapi Ceyla dan Faye berhasil menahan mereka dengan sihir api dan es.

Setelah melalui lorong panjang, mereka tiba di ruangan luas dengan danau berwarna ungu pekat di tengahnya. Di atas danau itu, berdiri makhluk besar—seekor Hydra Beracun, tubuhnya dipenuhi sisik hijau dan ungu, dengan enam kepala yang terus bergerak.

"Target terkonfirmasi: Abyssal Venom Hydra. Tingkat ancaman: Tinggi. Serangan utama: Racun, kecepatan leher ekstrem, regenerasi kepala."

"Serius? Hydra? Gini amat ujiannya!" Seika mengusap wajahnya. "Override Mode, aktif!"

Tubuh Seika langsung melesat, menghantam kepala pertama Hydra dengan Twin Slash. Kepala itu terpotong, namun dalam hitungan detik, kepala baru mulai tumbuh.

"Seperti yang kuduga… regenerasi."

Hydra melancarkan serangan balasan, menyemburkan racun ungu yang membentuk kabut tebal.

"Formasi bertahan!" Seika mengaktifkan Twin Core Shield-nya, menahan serangan racun yang datang bertubi-tubi.

"Override Mode tersisa: 3 menit."

"Kalau aku pakai terus, nggak bakal cukup sampai akhir."

Seika mengganti strategi. Ia mulai menyerang dengan pola cepat dan ringan, memanfaatkan kecepatan untuk menghindari serangan dan memotong kepala dengan akurasi tinggi, tapi tidak memaksakan serangan besar.

Teman-temannya pun mulai memahami irama pertempuran. Ceyla dan Faye membentuk lingkaran api dan es untuk membatasi pergerakan Hydra. Drest dan Orlan menembakkan sihir gangguan ke kaki Hydra, membuatnya goyah.

"Override Mode tersisa: 2 menit 10 detik."

Seika menembak Pulse Shot bertubi-tubi, menghancurkan tiga kepala secara berurutan. Tapi regenerasi terus berlanjut.

"Ini nggak bakal selesai kalau begini terus! Kita butuh cara buat nahan regenerasinya!" seru Seika.

Marven yang mengamati dari sisi arena berteriak, "Air danau itu! Racunnya menguatkan regenerasi Hydra! Kalau kita keringkan danau ini, dia nggak bakal bisa regenerasi cepat!"

Seika langsung mendapat ide. "Faye, bisa kamu bekukan danau itu?!"

"Aku coba!" Faye mengerahkan sihir es maksimalnya, memperlambat aliran racun.

"Orlan, Drest, bantu Faye! Ceyla, support aku di depan!"

Mereka bekerja sama membekukan sebagian danau, membuat regenerasi Hydra mulai melambat.

"Override Mode tersisa: 1 menit 30 detik."

Seika tak menyia-nyiakan waktu. Ia melesat, menghancurkan dua kepala lagi dengan kecepatan tinggi, lalu mengalihkan serangan ke tubuh Hydra.

Hydra melawan, mengayunkan ekornya dengan keras. Seika mengaktifkan perisai, menahan hantaman kuat yang membuatnya terdorong jauh ke belakang.

"Aku nggak bisa terus pakai Override, waktuku habis!" gumamnya.

"Override Mode tersisa: 30 detik."

Sementara itu, Ceyla dan Faye berhasil memperluas area pembekuan, membuat racun di danau mulai mengeras.

Seika melirik Marven yang masih mengutak-atik pilar mekanis di sisi arena.

"Marven, bisa dapetin sesuatu dari pilar itu?!"

"Ada! Aku nemu tombol pelepas energi cadangan di bawah pilar! Tapi butuh waktu buat diaktifkan!"

Seika mengertakkan gigi. "Oke, aku tahan dulu!"

Dengan waktu Override yang hampir habis, Seika memaksakan serangan terakhir. Ia melesat, menghantam kepala utama Hydra dengan semua kekuatan yang tersisa.

"LIMIT PULSE BLAST!"

Gelombang energi besar menghantam kepala Hydra, membuat tubuhnya terdorong ke belakang dan nyaris terjatuh.

"Override Mode: Berakhir."

Seika jatuh berlutut, napasnya terengah-engah. "T-tolong… cepet, Marven!"

Marven menekan tombol terakhir. Pilar di sisi danau menyala dan memancarkan sinar putih yang menghantam danau racun, menguapkan sebagian besar cairannya.

"Regenerasi… melambat!" teriak L-88.

"Kalau begitu, kita bisa hancurkan dia sekarang!" Ceyla dan Drest memusatkan semua serangan sihir mereka ke tubuh Hydra yang mulai melemah.

Seika berdiri dengan sisa tenaganya, tersenyum. "Yosh… ini akhirmu."

Dengan serangan gabungan, mereka menghancurkan kepala utama Hydra dan menembus tubuhnya hingga makhluk itu terhempas dan jatuh tak bergerak.

Boom!

"Target dikalahkan," lapor L-88.

Seika terjatuh ke tanah, tertawa kecil di antara napas beratnya. "Dua dungeon… Satu lagi, ya?"

Mereka semua tersenyum, lelah namun puas. Tapi di balik rasa lega itu, Seika tahu, dungeon berikutnya pasti akan lebih gila.

"Yosh, siap lanjut lagi."

To be continued...