Langkah Seika menggema keras di lorong dungeon ketiga. Atmosfer tempat ini jauh lebih berat dibanding dua dungeon sebelumnya. Dinding-dindingnya terbuat dari batu hitam dengan pola bercahaya, dan udara terasa panas seperti di dalam tungku raksasa.
"Ini… bukan dungeon biasa," gumam Seika sambil menatap sekeliling. "Udara di sini kayak ngebakar paru-paru."
"L-88, status musuh?"
"Deteksi makhluk: Ancient Blaze Dragon. Kategori: Naga tipe api kuno. Risiko pertempuran: sangat tinggi."
"Override Mode masih 4 menit ya?"
"Benar, Tuan. Batas waktu sudah mendekati limit kritis. Efek samping: kelemahan fisik, penurunan reaksi, dan potensi kerusakan jaringan otot ringan hingga sedang."
Seika menghela napas. "Yah, kayaknya ini bakal jadi balapan sama waktu lagi."
Begitu ia melangkah ke dalam arena, seekor naga besar dengan sisik merah menyala mengaum dari tengah lautan magma yang menggelegak. Matanya bersinar seperti bara, dan udara di sekitarnya bergetar.
"Selamat datang di kuburanmu, manusia kecil."
Suara naga itu bergema berat, dipenuhi kesombongan.
Drest, Marven, Orlan, Faye, dan Niko berdiri di belakang Seika. Wajah mereka tegang, tapi kali ini tidak ada yang mundur.
"Kita bantu dari jauh, Seika!" seru Drest.
"Kau tahan dulu, kami siapkan serangan kombinasi!" teriak Faye.
Seika mengangguk, lalu mengaktifkan Override Mode dengan dorongan energi yang familiar.
"Code: Override Mode, 4 menit!"
Seketika energi biru meledak dari tubuhnya, Windbreaker Boots menyala, dan Twin Core Shield Gloves memancarkan perisai semi-transparan.
"Duel mulai sekarang."
Seika meluncur maju, kecepatannya menembus udara dengan ledakan sonik. Ia menebas sisi leher naga dengan Blade Pulse: Twin Cross, namun sisik naga itu hanya tergores tipis.
"Tidak buruk, tapi tidak cukup," ejek naga itu, lalu mengayunkan ekornya dengan kecepatan luar biasa.
Seika mengaktifkan Pulse Step, menghindari serangan ekor yang menghancurkan lantai batu. Ia menembakkan Pulse Shot bertubi-tubi, membidik mata naga.
"Argh!" Naga itu memejamkan sebelah matanya, terpaksa mundur.
Seika terus menekan, melompat dan menebas bagian sayap naga dengan Blade Pulse: Spiral Drive, menciptakan luka panjang di sepanjang sayap.
"Kalau aku bisa melukai bagian tipisnya, mungkin aku bisa menang!"
Namun, naga itu tiba-tiba melepaskan gelombang panas yang membuat udara mendidih. "Coba hadapi ini, manusia lemah!"
Blaze Nova!
Ledakan api besar menyebar, memaksa Seika melindungi dirinya dengan Twin Core Shield. Perisainya menahan sebagian besar serangan, tapi panasnya tetap membakar kulitnya.
"L-88, waktu tersisa?"
"3 menit 20 detik."
"Sial, aku harus lebih cepat!"
Seika kembali menembus pertahanan naga, mengincar bagian dada. Ia menyerang bertubi-tubi, tapi naga itu mulai mengimbangi kecepatannya.
"Override Mode mulai melemahkan otot Tuan. Efisiensi pergerakan turun 10%."
"Aku masih bisa!"
Seika menggertakkan giginya dan mengaktifkan Blade Pulse: Final Horizon—tebasan pamungkasnya yang membelah udara.
Tebasan itu mengenai kaki depan naga, membuat makhluk itu terhuyung.
"Argh! Menyebalkan!"
Naga itu meluncurkan serangan balasan—Infernal Roar—gelombang kejut panas yang memaksa Seika mundur. Getarannya mengguncang seluruh ruangan.
"Seika, kami siap!" teriak Drest dari belakang. "Serangan kombinasi sudah siap!"
Seika melirik ke mereka. "Tembakkan sekarang!"
Orlan dan Niko menembakkan proyektil sihir es, sementara Faye dan Marven memanggil paku-paku batu raksasa dari bawah tanah. Serangan gabungan itu menghantam sisi naga, menciptakan debu dan asap tebal.
Tapi saat asap menghilang, naga itu masih berdiri, kini semakin marah. "Kalian semua… AKU AKAN MENGHANCURKAN KALIAN!"
Naga itu mengaum dan mulai bergerak lebih agresif. Sayapnya berkobar, serangannya semakin brutal.
Seika melompat, menebas kembali, namun kekuatannya mulai menurun.
"L-88, waktu!"
"60 detik tersisa."
Seika menebas lagi, melompat, menghindar, tapi tubuhnya mulai terasa berat.
"30 detik tersisa."
"Kurang ajar… Aku belum selesai…"
"10 detik."
Seika menghantam tubuh naga dengan Pulse Kick, tapi dorongannya jauh lebih lemah dari sebelumnya.
"5… 4… 3…"
Seika mencoba menyerang lagi, namun langkahnya mulai goyah.
"Override Mode habis."
Seketika, seluruh sistem pendukung di armor-nya mati. Windbreaker Boots dan Twin Core Shield Gloves berhenti bersinar.
Seluruh tubuhnya terasa berat, napasnya terengah-engah, dan rasa sakit mulai menjalar di kaki dan lengannya.
"Sialan…" gumam Seika, lututnya hampir roboh.
Naga itu menatapnya, tertawa kecil. "Kau lemah. Tanpa kecepatanmu, kau hanyalah serangga."
Drest dan yang lain panik. "Seika! Apa kau baik-baik saja?!"
Seika mengangkat kepalanya dengan senyum lelah. "Aku… aku kehabisan waktu."
Naga itu mengangkat cakarnya, bersiap menghabisi Seika dalam satu serangan.
"Ini… belum selesai."
Meski tubuhnya melemah, mata Seika tetap tajam.
"Aku masih bisa bertarung… Tapi sepertinya… aku butuh bantuan kalian."
Naga itu meluncur, mengayunkan cakar raksasanya.
Seika berdiri, meski lututnya gemetar. "Kalau begitu… ayo kita selesaikan ini bersama-sama."
To be continued...