Langit pagi Desa Renveil memantulkan warna lembut matahari yang baru terbit. Hari ini… hatiku sedikit gelisah.
> Ini hari di mana aku akan mencoba melangkah lebih jauh.
Bukan hanya sebagai penyembuh desa, tapi sebagai bagian dari dunia petualangan.
---
Gedung batu besar itu berdiri kokoh di tengah desa. Papan kayu dengan simbol dua pedang melintang tergantung di atas pintu:
> [GUILD PETUALANG – RENVEIL]
Aku menarik napas dan mendorong pintu kayu besar itu…
---
Ruangan luas dengan lampu gantung kuning keemasan menyambutku. Ramai. Penuh suara. Aroma logam, keringat, dan kayu tua bercampur.
Di meja depan berdiri tiga wanita muda dengan seragam hitam merah khas guild:
Mirka, rambut panjang pirang madu, wajah tenang seperti danau.
Ruu, rambut merah pendek, senyum menggoda siapa pun yang lewat.
Irena, berkacamata, rambut hitam disanggul, menatap kertas tanpa senyum.
Mereka sibuk mencatat laporan, membagikan reward, dan menjawab keluhan petualang.
Aku melangkah ke meja. Mirka menoleh pertama.
> "Selamat pagi. Baru ya? Kau ingin mendaftar sebagai petualang?"
Aku mengangguk. "Ya. Namaku Tatsumi."
---
Cibiran Para Petualang
Sebelum Mirka sempat melanjutkan, suara nyaring terdengar dari sudut ruangan.
> "Healer? Dia penyembuh, kan? Wah, satu lagi yang mau jadi beban party."
Tawa menyebar di antara beberapa petualang.
"Apa dia nggak tahu tempat ini buat petarung? Bukan tukang pijat!"
"Yah, paling juga lari waktu lihat goblin!"
Aku menggenggam jemariku. Tapi Mirka berdiri tegak.
> "Tolong tenang. Semua calon petualang berhak mendapatkan kesempatan."
Ruu bersandar ke meja, tersenyum manja.
"Tenang aja, sayang. Kalau kau gagal jadi petualang, minimal kau bisa jadi penyembuh pribadi di rumahku~"
Irena melirik tajam. "Ruu, jangan ganggu kandidat."
---
Guild Master
Keributan makin menjadi saat suara gelas pecah terdengar seorang petualang menjatuhkan cangkir sambil tertawa.
Tiba-tiba… semua suara berhenti.
Suara langkah berat menghentak lantai kayu.
> "Apa aku harus turun tangan… hanya karena penyembuh mau mendaftar?"
Semua menoleh.
Seorang pria bertubuh besar dengan jubah hitam panjang berdiri di depan tangga lantai dua.
> Garm – Master Guild Petualang Renveil.
Tatapannya tajam, seperti pisau yang diasah ratusan kali.
---
Misi Penerimaan
Garm turun pelan, lalu menatapku dalam.
"Namamu?"
"Tatsumi."
Ia mengangguk. "Mirka, siapkan misi uji."
Mirka mengambil gulungan dari rak di belakang meja dan menyerahkannya.
> "Pasien terkena demam rawa di barat desa. Beberapa penyembuh gagal mengatasi sihir penyakitnya."
Garm menatapku lagi. "Jika kau bisa menyembuhkan tanpa mantra atau bantuan... kau boleh lanjut."
"Dan kalau gagal?" aku bertanya.
Ia tersenyum tipis.
> "Kalau gagal, mungkin lebih baik kembali jadi petani."
---
Misi Pertama Tatsumi
Aku datang ke rumah kecil di pinggir desa. Wanita tua itu tergeletak di kasur jerami, napasnya berat. Penyembuh sebelumnya berdiri cemas di samping.
"Aku sudah coba... sihirku terpental."
Aku duduk di sampingnya. Memegang tangannya. Menutup mata.
> "Aku hanya ingin menolong."
Cahaya hijau lembut mengalir keluar dari telapak tanganku. Perlahan, warna kembali ke wajahnya. Demamnya mereda.
Penyembuh itu menatapku terdiam.
---
Tak lama setelah kembali ke guild, kegaduhan kembali terjadi.
> "Korban monster! Ada yang sekarat!!"
Satu party pemula baru kembali, salah satu anggotanya terkena serangan racun dari gigitan hewan hutan. Tubuhnya menggigil, ungu, dan nyaris tak bernapas.
Irena sudah mengirim utusan untuk memanggil penyihir senior, tapi
> "Terlalu lambat!"
Aku maju.
"Aku akan coba."
"Dia lagi!? Dia bukan penyihir, cuma penyembuh liar!"
Tapi Garm hanya berdiri diam, memperhatikanku.
---
Aku berlutut. Menyentuh dada pria itu. Racunnya mengalir cepat, tapi aku bisa… merasakan denyutnya. Memeluknya dengan niat.
> Cahaya hijau bercampur emas muncul, hangat, lembut… hidup.
Detik berikutnya, pria itu tersedak lalu batuk, lalu… membuka mata.
"...Aku hidup?"
---
Guild terdiam. Beberapa petualang yang tadi mencibir, kini menatapku diam-diam.
Garm melangkah pelan mendekat.
"Mirka. Catat namanya. Resmi diterima."
> "Tapi jangan naikkan Rank dulu," katanya, tajam. "Buktikan lagi. Dua misi. Dua kemenangan. Lalu kita bicara."
---
Malam itu, aku duduk sendiri di puncak bukit kecil di luar desa. Angin malam bertiup lembut, seperti bisikan dunia baru yang menyambutku.
> "Aku tidak ingin menjadi pahlawan. Tapi... aku juga tidak akan tinggal diam."
Burung hitam kembali terbang ke utara.
Dan nama Tatsumi si penyembuh muda mulai bergema… perlahan tapi pasti.
---