Langkah Pertama Sang Penyembuh
Langit di atas Desa Renveil tampak kelabu pagi itu. Embun masih menempel di daun-daun, dan suara burung seperti enggan berkicau. Tapi suasana di dalam guild justru terasa lebih hangat daripada biasanya.
Aku melangkah masuk, dan seperti kemarin, bisikan kembali terdengar.
> "Itu dia..."
"Healer itu. Yang sembuhin korban racun…"
"Tangannya bercahaya… tapi bukan dari artefak."
Mereka memandangku dengan campuran rasa kagum dan rasa takut.
Di balik meja, Mirka menyapaku dengan senyum ramah.
"Selamat pagi, Tatsumi. Garm menunggumu di ruangan nya."
Ruu melambaikan tangan. "Jangan bikin kami khawatir ya~"
Sementara Irena, seperti biasa, hanya melirik lalu kembali ke buku catatannya.
---
Ruang Guild Master
Garm berdiri di depan papan peta besar. Dua petualang dari cabang Astel duduk diam di sudut ruangan, salah satunya dengan perban dan napas berat.
> "Tim patroli dari utara diserang. Monster: Gorgra. Satu anggota belum kembali."
Ia menatapku lurus.
> "Kau ikut. Ini ujian yang sebenarnya."
Aku mengangguk.
"Penyembuh juga bisa berada di garis depan."
---
Perjalanan Menuju Hutan
Tim kali ini terdiri dari aku, Drail sang petarung senior, dan Sena, pemula pemegang tombak yang terus mencuri pandang ke arahku.
"Aku tidak yakin membawa penyembuh ke lapangan itu ide bagus…" gumamnya.
Aku hanya menjawab dengan senyum kecil.
"Kadang keberuntungan butuh sedikit keyakinan juga."
---
Hutan utara penuh kabut. Udara dingin menusuk tulang. Tanah basah membuat langkah kami licin.
> "Darah."
Drail berhenti. Ia menyentuh tanah lalu menunjuk ke depan.
Korban tergeletak di balik semak. Nafasnya tersengal, kulitnya dipenuhi urat hitam. Racun menyebar cepat.
Sena berlari. "Itu… itu kakakku!"
Tangisnya pecah. Drail menahan monster dari arah lain.
Aku berlutut. Luka di dada pria itu dalam. Racunnya sangat aktif.
> "Aku tidak akan membiarkanmu mati."
Tanganku menyentuhnya. Cahaya hijau hangat keluar dari telapak tanganku, dan perlahan, racun itu surut. Luka mulai menutup.
Tapi tiba-tiba…
---
Gorgra menerobos dari balik semak. Monster hitam besar itu meraung dan menyapu Drail dengan ekornya. Sena mencoba bertahan tapi terpental dan jatuh menabrak pohon.
Mereka semua tumbang.
Aku satu-satunya yang masih berdiri.
> "Kenapa... kenapa cuma aku yang bisa bergerak..."
Gorgra melangkah maju. Nafasku terengah. Aku menatap tanganku. Darah menetes dari pundakku tapi hanya luka ringan.
Aku mencabut belati yang terselip di ikat pinggangku.
> "Tiga pukulan… cukup."
Langkah 1 — Aku melompat dan mengiris sisi leher Gorgra.
Langkah 2 — Kukunci kaki depan dan menancapkan belati ke bawah rahangnya.
Langkah 3 — Satu tebasan ke tengkuk belakang, dan Gorgra roboh.
Monster itu mengerang… lalu diam.
Aku berdiri. Sendiri. Nafas terputus-putus.
---
Rasa Hampa
Aku menatap tubuh Drail dan Sena. Mereka tak bergerak.
> "Kenapa aku satu-satunya yang masih berdiri...
Aku… seharusnya melindungi mereka… Bukan jadi satu-satunya yang tersisa…"
Aku jatuh berlutut. Tanganku gemetar.
Tapi aku memaksa diriku bangkit.
> "Tidak… belum selesai."
Dengan sisa tenagaku, aku menyembuhkan Drail lebih dulu. Luka di dadanya membaik perlahan. Lalu aku berpindah ke Sena. Tangannya patah. Kepalanya berdarah.
Aku menyembuhkan mereka... satu per satu... sambil menahan air mata.
---
Permintaan Maaf
Saat mereka akhirnya sadar, aku masih duduk di tanah, tangan menutup wajahku.
> "Maaf… aku… aku gagal melindungi kalian.
Aku… hanya bisa menyembuhkan.
Tapi aku tak bisa… menyelamatkan kalian dari rasa sakit…"
Suaraku pecah. Air mata jatuh, membasahi tanah.
Sena memegang lenganku.
> "Kau menyelamatkan kami, Tatsumi… Kau tak gagal. Kau… luar biasa."
Drail tertawa pelan. "Kalau ini yang disebut gagal… aku rela gagal setiap hari."
---
Kembali ke Guild
Saat kami kembali ke guild, semua orang menatap kami dengan tatapan takjub.
Mirka, Ruu, dan Irena menyambut dengan ekspresi campur aduk antara kagum dan khawatir.
Dari balkon atas, Garm memanggil semua orang.
> "Tatsumi. Dua misi. Dua penyelamatan. Satu pertarungan yang tak diminta."
> "Tapi yang lebih penting…
Kau tetap berdiri. Saat tak seorang pun bisa.
Dan kau tetap menyembuhkan. Saat hatimu hancur."
Garm mengangguk.
> "Mulai hari ini, kau bukan lagi pemula. Kau penyembuh… dan petarung sejati."
---
Malam itu aku duduk di atap guild, menatap bintang.
> "Kekuatan ini… berat. Tapi jika aku bisa menggunakannya untuk menjaga, bukan mendominasi…
Maka aku akan terus berjalan."
---
Di Tempat Jauh
Di ibukota Midoria…
> "Laporan . Subjek Tatsumi."
"Reaksi sihir abnormal. Penyembuhan di luar standar. Potensi luar biasa."
"Pantauan lanjutan disetujui."
---