Bab 7 – Bayangan dari Aurielle
💠 Bagian 1: Jejak Menuju Kota Suci
Kabut belum benar-benar pergi saat kami meninggalkan Elden.
Langkah kaki menjejak jalan tanah yang basah, meninggalkan bekas yang mudah terhapus angin. Leo berjalan di depan, diam dan waspada. Kara berada di sisi kiriku, tatapannya tak pernah lepas dari arah utara. Dan aku… aku hanya memandangi kedua tanganku yang masih terasa hangat oleh cahaya healing semalam.
Kami tidak bicara banyak. Masih terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab… dan terlalu sedikit keberanian untuk mendengarnya.
Tiga hari menuju Aurielle. Tiga hari menuju kota suci yang katanya penuh harapan. Tapi bagiku, setiap langkah seperti mendekatkan diri pada sesuatu yang lebih gelap daripada malam.
---
Di malam pertama, kami beristirahat di tepi sungai kecil. Api unggun menyala redup, dan langit malam digantung bintang-bintang beku.
Kara menatap api dengan tatapan kosong.
"Aku dengar rumor dari para petualang barat," katanya pelan.
"Katanya... di Aurielle ada seseorang yang bisa menghidupkan orang mati."
Aku menoleh, terdiam.
Leo mendengus. "Itu bukan penyembuh. Itu necromancer. Mereka yang bermain dengan jiwa… bukan daging."
"Bukan hanya itu," lanjut Kara. "Orang-orang yang 'disembuhkan'... katanya tak lagi bisa bicara. Tak mengenali keluarga mereka. Seperti... boneka."
Aku menggenggam jubahku erat-erat.
> Menghidupkan tubuh tanpa jiwa…
Jika itu benar, maka kota suci... bukan lagi tempat suci.
Malam itu kami tidur dengan mata terbuka setengah. Angin bertiup aneh dan suara burung malam seakan menjauh dari kami.
---
Di hari kedua, kami melewati reruntuhan kecil di tepi hutan. Ada simbol aneh terukir di bebatuan tua. Tiga garis melingkar mengelilingi tanda salib miring.
Kara berlutut, menyentuhnya. "Ini... lambang kepercayaan lama sebelum Gereja Pusat dibentuk. Simbol kultus."
"Masih ada yang mempraktikkannya?" tanyaku.
Leo menjawab, "Tak pernah benar-benar punah. Hanya menunggu... saat untuk bangkit."
Dan sepertinya... saat itu semakin dekat.
---
Pada malam ketiga, sebelum matahari benar-benar tenggelam, kami melihatnya Aurielle.
Menara putih menjulang dari dataran tinggi. Cahaya kristal suci memantul dari menara pusat, terlihat seperti harapan dari kejauhan.
Tapi entah kenapa... hatiku malah terasa semakin berat.
> "Itu Aurielle…" gumam Kara.
Aku mengangguk.
> Kota yang akan menjawab semua pertanyaanku...
atau menghancurkan semua keyakinanku.
--