Gerbang Yang Terkunci Dibawah Tanah

📙 Bab 8 – Bagian 3: Kelahiran Cahaya Yang Diremehkan

(癒し手: Tatsumi si Healer – Season 1)

⚔️ Nuansa: emosional, mental breakdown, pertarungan berat dan pengakuan menyakitkan

---

Lorong batu runtuh.

Debu berjatuhan dari langit-langit.

Gemuruh terdengar dari atas seperti dunia sedang berguncang perlahan.

Aku bersandar di dinding, napas berat, tubuhku seakan baru saja melewati neraka.

Di tanganku, darah. Tapi bukan darahku sendiri.

> Leo dan Kara terluka.

Seraphina tak sadarkan diri setelah mencoba menstabilkan segel yang mulai kacau.

Aku menggertakkan gigi.

"Kenapa selalu begini…"

"Kenapa saat aku mencoba menyelamatkan yang terluka justru mereka…"

---

Sesuatu retak dalam hatiku.

Tanganku menyala… cahaya hijau kembali muncul.

Aku mulai menyembuhkan Leo. Luka di dadanya perlahan menutup.

Tapi… cahaya itu tak seperti biasa.

> Terlalu kuat. Terlalu panas.

> "Tatsumi! Berhenti!" teriak Leo.

"Kau… kau bisa membunuh kami kalau sihir itu tak terkendali!"

Aku terdiam.

Tapi aku terus menyembuhkan.

Seakan aku takut kehilangan mereka.

---

Dan itulah saatnya... mereka datang.

Dari kegelapan lorong, muncul bayangan besar.

Sosok hitam tanpa bentuk jelas.

Matanya merah. Nafasnya seperti desis ular yang merangkak di udara.

> "Itu… bentuk dari 'Resonansi Kegelapan'…"

bisik Kara ketakutan.

"Efek dari segel yang goyah."

Bayangan itu menjerit.

Tangannya memanjang, menebas udara, menghantam dinding.

Aku berdiri.

"Aku tidak akan lari lagi."

---

⚔️ Pertarungan dimulai.

Kara memanah dari kejauhan. Leo menyerang dari samping.

Aku maju ke depan.

Setiap kali aku terluka, aku menyembuhkan.

Setiap kali teman jatuh, aku tarik mereka kembali.

> Tapi bayangan itu tidak melemah.

Ia menyerap sihir penyembuhan.

---

Aku terhuyung.

> "Apa aku harus menyakiti… untuk melindungi?"

Tangan kiriku menggenggam kristal yang kupungut dari altar tadi.

Tangan kananku menyala hijau.

> "Kalau sihir penyembuh bisa membuka segel…"

"Maka mungkin… ia juga bisa mengikat kegelapan!"

---

Aku menerjang ke depan.

Darah menetes dari pelipisku.

Bayangan menyerang aku memotongnya dengan cahaya.

> Cahaya penyembuhku menembus tubuh bayangan itu.

Tapi tidak menyembuhkan. Justru membakar.

Bayangan itu meraung, lalu mulai hancur pelan.

---

Tapi sesuatu terjadi.

Dari dalam bayangan itu… muncul seorang anak.

Seorang gadis kecil, menangis, tubuhnya transparan seperti roh.

> "Tolong…" katanya.

"Aku hanya ingin kembali…"

Aku tertegun.

Seluruh lorong membeku.

> "Bayangan ini… bukan makhluk jahat."

"Tapi bentuk dari roh yang diserap segel…"

"… dan terdistorsi karena rasa takut dan kesepian."

---

Aku memeluk roh itu.

> "Maaf…" bisikku.

"Aku tak akan biarkan kalian disiksa lagi."

Dengan satu mantra penyembuhan bukan untuk luka fisik, tapi untuk jiwa yang tersesat,

aku menyalurkan semua kekuatanku.

Roh itu menghilang dalam cahaya tenang.

Lorong menjadi sunyi.

---

Kami keluar dengan tubuh luka dan hati koyak.

Tapi ada sesuatu yang berubah.

> Seraphina menatapku.

"Kau tahu, Tatsumi… kau tidak seperti penyembuh lain."

"Kau menyembuhkan… bahkan bayangan dan jiwa yang telah hilang."

Aku diam.

Langit Aurielle di kejauhan mulai cerah.

Burung-burung kembali berkicau.

Tapi dalam hatiku, ada satu hal yang tak bisa kusembuhkan:

> "Aku mulai merasa… bahwa diriku bukan sekadar penyembuh."

---