Dengan langkah yang masih sedikit terseok karena sisa-sisa kelelahan, namun dengan semangat yang membara tak terbendung, Hariel kembali memasuki gerbang Desa Inspiriaville.
Tanduk Gorzuga yang besar dan mengesankan itu kini dipanggul dengan bangga di bahunya, menjadi trofi nyata dari ujian pertamanya.
Entah bagaimana, kabar kemenangannya sudah sampai lebih dulu. Begitu bayangannya terlihat, alun-alun desa yang tadinya hanya diisi bisik-bisik cemas kini meledak dalam sorak-sorai heboh dan penuh kelegaan.
"LIHAT INI SEMUANYA! AKU MENANG! RAJA HUTANNYA SUDAH KALAH!" teriak Hariel, mengangkat tinggi-tinggi tanduk itu dengan sisa tenaganya. Seringai lebar tak pernah lepas dari wajahnya yang kotor namun berseri-seri penuh kemenangan.
Nenek Ivana, dengan apron yang masih berlumuran tepung, menerobos kerumunan.
Wajahnya menunjukkan campuran emosi yang sulit diartikan: lega yang luar biasa, sedikit marah karena khawatir setengah mati, dan kebanggaan yang tak bisa ia sembunyikan.
"Anak nakal! Bocah edan! Bikin jantung orang tua mau copot saja rasanya!" omelnya bertubi-tubi.
Tapi detik berikutnya, ia langsung memeluk Hariel erat-erat. Aroma roti dan kayu bakar dari tubuhnya terasa begitu menenangkan.
"Syukurlah kau tidak apa-apa, bocah kesayanganku yang paling bandel!" bisiknya kemudian, ada getar haru dalam suaranya.
Ed Wan berdiri tak jauh dari sana, senyum tipis namun tulus akhirnya terukir jelas di wajah batunya.
"Sudah kubilang, dia akan kembali dengan membawa cerita kemenangan," katanya pelan pada Nenek Ivana, matanya menatap lurus ke arah sang pemuda. "Kau membuktikan ucapanmu, Nak. Kau lulus ujian pertamamu."
"Tentu saja, Pak Tua! Aku siap untuk level berikutnya!" sahut Hariel. "Tapi sekarang..."
Perutnya tiba-tiba berbunyi keras.
Kruuuk-kruuuk.
Bunyi itu cukup untuk didengar beberapa orang di dekatnya yang langsung tertawa geli.
"...pesta dulu, kan? Aku lapar lagi!"
Dan pesta pun digelar seketika! Seolah sudah dipersiapkan, atau mungkin karena penduduk Inspiriaville memang selalu siap untuk merayakan apa saja.
Malam itu, alun-alun desa berubah menjadi lautan cahaya dan kegembiraan. Api unggun besar dinyalakan di tengahnya, menari-nari tinggi ke langit malam. Meja-meja panjang dipenuhi aneka hidangan lezat—terutama tumpukan "Hellfire Cracker" berbagai tingkat kepedasan. Musik ceria mengalun, mengiringi gelak tawa dan obrolan hangat. Anak-anak berlarian gembira, mencoba meniru gaya bertarung Hariel dengan lucu.
Hariel, sang bintang utama malam itu, duduk di tengah kerumunan, melahap makanan sambil bercerita dengan heboh tentang pertarungannya—tentu saja, dengan sedikit bumbu dramatisasi agar terdengar lebih heroik.
Di tengah keriuhan itulah, Alina mendekat dengan langkah ragu-ragu. Wajahnya bersemu merah di bawah cahaya api unggun.
Ia menyodorkan sebuah syal berwarna biru langit hasil rajutannya sendiri.
"Hariel... ini... buatmu," katanya pelan. "Biar kamu tidak kedinginan nanti kalau pergi jauh."
Hariel menerima syal itu dengan senyum lebar yang tulus. "WAH! Makasih banyak, Alina! Keren sekali! Pasti akan kupakai terus!"
Dia langsung melilitkan syal lembut itu di lehernya dengan gaya khasnya yang sedikit berantakan.
Kemudian, Ed Wan berdiri, meminta perhatian dengan deheman singkat yang berwibawa.
"Hariel..." katanya, suaranya terdengar jelas di tengah keramaian. "Sebelum kau benar-benar memulai perjalanan besarmu, kami semua punya hadiah lagi untukmu."
Ia mengeluarkan sepasang sarung tangan tanpa jari yang terlihat sangat gagah. Sarung tangan itu terbuat dari kulit yang luar biasa kuat, berwarna hitam legam dengan motif api merah menyala yang tampak hidup.
"Di masa mudaku," kata Ed Wan, nadanya datar namun penuh kebanggaan tersembunyi, "aku juga pernah berhadapan dengan penguasa hutan belantara. Dan inilah hasil dari kemenanganku saat itu. Kulitnya kuolah sendiri menjadi pelindung ini."
Ia menyerahkan sarung tangan itu pada Hariel.
"Untuk melindungi tanganmu dari panasnya apimu sendiri, dan mungkin... sedikit membantumu mengendalikan kekuatan liar itu."
Mata Hariel langsung berbinar. "LUAR BIASA! INI JAUH LEBIH KEREN DARI TANDUK GORZUGA!"
Dia langsung menyambar sarung tangan itu dan memakainya dengan antusias. Pas sekali! Motif api itu seolah ikut menyala redup saat dia mengepalkan tinjunya.
Setelah mengagumi sarung tangan barunya, dia menatap Ed Wan dengan ekspresi polos. "Eh, Pak Tua... hadiahnya ini keren sekali, sih... tapi, kalau boleh bertanya... uang saku untuk bekal perjalanan ada juga, tidak?"
BUAHAHAHAHAHA!
Penduduk desa yang mendengar pertanyaan itu langsung meledak tertawa terbahak-bahak.
"Dasar bocah mata duitan!" omel Nenek Ivana gemas di sela tawanya.
Hariel menatap semua ‘harta karun’ yang baru ia dapatkan. Sarung tangan legendaris terpasang gagah di tangannya, syal biru langit melingkar hangat di lehernya, dan tanduk Gorzuga yang besar bersandar di dekatnya sebagai trofi agung. Ia merasa seperti seorang petualang sejati yang sudah siap seratus persen.
Dengan semangat yang meluap, ia melompat ke atas sebuah meja kayu yang kokoh, membuat beberapa gelas kosong bergetar. Semua mata langsung tertuju padanya.
"DENGARKAN SEMUANYA!" teriak Hariel, mengangkat tinjunya yang bersarung tangan ke udara, berpose seolah pahlawan di sampul komik favoritnya. "Dengan perlengkapan super keren ini dan perut yang (sebentar lagi) akan kenyang, aku menyatakan diriku siap!"
Ia menyeringai lebar, memamerkan gigi putihnya di bawah cahaya api unggun.
"Besok pagi saat matahari terbit, petualangan besarku akan benar-benar dimulai! Aku akan pergi mencari Kakek, menemukan harta karun terbesar ZERO ONE, dan menjadi Penakluk Langit!" pekiknya penuh percaya diri. "Jangan khawatirkan aku! Justru dunia di luar sana yang harusnya khawatir karena aku akan datang!"
Seluruh desa tertawa mendengar bualannya yang khas, tawa yang dipenuhi kehangatan dan rasa sayang.
"Tapi sebelum itu," lanjut Hariel, nadanya tiba-tiba menjadi sangat serius, membuat semua orang terdiam sejenak. Ia menatap teman-teman dan tetangganya satu per satu, lalu seringainya kembali dengan lebih lebar.
"...KITA HABISKAN DULU SEMUA SATE DAGING DAN 'HELLFIRE CRACKER' INI SAMPAI TAK BERSISA! ANGGAP SAJA INI PESTA PERPISAHAN SEKALIGUS PESTA KEMENANGAN! SETUJU SEMUANYA?!"
"SETUJUUUUU!!!" jawab kompak seluruh penduduk desa, yang kemudian meledak dalam sorak-sorai dan tawa yang lebih riuh dari sebelumnya.
Nenek Ivana hanya bisa menggelengkan kepala sambil menyeka sudut matanya yang berair, sementara senyum di wajah Ed Wan kini terlihat jelas.
Pesta berlanjut hingga larut malam. Akhirnya, dengan perut kenyang, tubuh super lelah, namun hati yang meluap-luap karena bahagia, Hariel mengucapkan selamat tinggal dan kembali ke rumah jamurnya yang sunyi.
Dia langsung merebahkan diri di tempat tidurnya, bahkan tanpa sempat berganti pakaian. Seluruh ototnya terasa pegal linu, tapi senyum puas masih terukir jelas di wajahnya.
Matanya terasa seberat batu.
Dalam hitungan detik, dengkuran keras dan berirama mulai terdengar, mulutnya sedikit menganga. Tangannya tanpa sadar masih menggenggam erat liontin matahari biru yang menggantung di lehernya.
"Besok..." gumamnya dalam tidurnya, "...petualangan... benar-benar... dimulai..."
Saat itulah, di keheningan kamar yang hanya diterangi cahaya bulan, liontin di leher Hariel tiba-tiba bergetar sangat pelan.
Cahaya biru lembut dan redup mulai memancar dari batu permata di tengahnya, berkelip-kelip pelan seperti bintang kecil yang terbangun di kegelapan.
"Langkah pertama... telah diambil..."
Sebuah suara bisikan yang sangat halus, nyaris tak terdengar, seolah berembus lembut bersama angin malam, entah dari mana asalnya. Bisikan itu penuh dengan nada kuno dan misterius.
Namun, semua keajaiban kecil itu sama sekali tidak mengusik sang pemuda berambut merah yang tengah berlayar di lautan mimpi.
Tiba-tiba, di tengah dengkurannya yang semakin keras, sebuah teriakan antusias meledak dari mulutnya yang masih setengah menganga, suara orang mengigau yang begitu lantang:
"AKU PASTI AKAN MENJADI PENAKLUK LANGIT! HA HA HA HA HA!"
Setelah ledakan tawa dalam tidur itu, dengkurannya kembali terdengar, mungkin sedikit lebih keras dan lebih bersemangat dari sebelumnya.
Perjalanan sesungguhnya, baru saja akan dimulai...