"The Rusty Bucket" mengeluarkan suara mirip dengkuran kakek tua yang dipaksa berlari maraton.
Suara itu diselingi batuk-batuk keras dari mesin uapnya yang kelelahan. Asap hitam pekat dan berbau sangit mengepul dari knalpotnya, meninggalkan jejak aroma tak sedap yang mungkin membuat lalat pun enggan mendekat.
Tapi, meski terlihat seperti tumpukan rongsokan yang siap hancur, semangatnya untuk terus maju tak kalah dari kapal legendaris.
Dengan tekad baja dan diiringi derit-derit protes dari setiap sambungannya, "The Rusty Bucket" terus melaju terseok-seok, membawa Hariel dan kru barunya menuju mulut Gerbang Gizmograd yang sudah tampak di depan mata.
Ini bukan sekadar gerbang biasa. Ini adalah sebuah pernyataan.
Sebuah mahakarya mekanik yang gila dan menakjubkan.
Di hadapan mereka, sebuah roda gigi raksasa sebesar gunung kecil, terbuat seluruhnya dari logam yang berkilauan dingin di bawah cahaya senja. Geriginya yang masif, masing-masing sebesar rumah, berputar perlahan namun tanpa henti dengan suara gemuruh dalam yang konstan.
Seolah jantung kota mekanik ini sedang berdetak—suara yang membuat bulu kuduk merinding.
Aura megah dan menakutkan itu seolah membuat "The Rusty Bucket" ciut nyalinya. Mesinnya yang sudah batuk-batuk kini terdengar semakin parau, dan seluruh rangkanya bergetar hebat seolah ikut demam panggung.
Merasakan "kuda besinya" yang tampak gentar, Hariel menepuk salah satu sisi kendaraan yang terbuat dari panci penyok dengan semangat.
"Ayo, Rasty! Kau pasti bisa! Kita hampir sampai!" teriaknya, memberi semangat pada tumpukan rongsokan kesayangannya itu.
Teriakan penyemangat itu seolah ditelan mentah-mentah oleh celah melengkung yang gelap di tengah roda gigi kolosal tersebut. Sebuah mulut monster mekanik purba yang siap melahap apa saja yang berani mendekat.
"I-i-ini… beneran… gerbangnya?" Hariel bertanya, suaranya tercekat, matanya membelalak tak percaya.
Dia sudah sering melihat sketsa gerbang ini di buku-buku Kakeknya, tapi melihatnya langsung… ini seperti mimpi liarnya yang jadi kenyataan, dalam versi yang jauh lebih besar dan lebih mengintimidasi.
"Begitulah adanya, Kapten," jawab Bolt datar, tangannya mencengkeram kemudi erat-erat. Dia dan yang lain sudah beberapa kali ke sini, tapi rasa ngeri dan kecil hati setiap kali harus melewati gerbang ini tidak pernah hilang.
"Rasanya kayak mau jadi camilan mesin penghancur logam…" Wrench bergumam dari belakang, memeluk palu kesayangannya erat-erat.
"Jangan khawatir begitu, Kawan-kawan!" seru Hariel tiba-tiba, memecah ketegangan. Senyumnya lebar dan penuh percaya diri. "Ini pasti bakal jadi pengalaman yang seru!"
Matanya malah berbinar-binar penuh antusiasme, seperti anak kecil yang baru dilepas di dalam toko mainan terbesar di dunia.
"Hei, Lumi," bisik Hariel, menyentuh liontin birunya. "Keren banget, kan, gerbangnya?"
"Aku bisa lihat sendiri, dasar bocah norak," jawab Lumi dari dalam liontin, nadanya terdengar sebal. "Dan jangan panggil-panggil aku sembarangan di tempat umum!"
"Siapa juga yang mau dengar di tengah suara berisik begini?" Hariel terkekeh. "Suara mesin ini lebih keras dari gabungan kentut Kakek dan raungan Gorzuga!"
"Pegang erat-erat semuanya!" teriak Grease tiba-tiba dari depan. "Kita masuk!"
Sebelum Hariel sempat bertanya kenapa, "The Rusty Bucket" dengan suara ngiiiik protes yang panjang melesat masuk ke dalam celah gelap itu.
WUSSSHH! GEDUBRAK! NGIIIIK!
Hariel merasa seperti terlempar ke dalam perut mesin cuci raksasa yang sedang dalam mode pengeringan super cepat, lalu dimuntahkan ke dunia lain.
Dunia di mana langitnya terbuat dari jalinan pipa-pipa logam berkarat. Awan-awannya dari kepulan uap panas. Dan mataharinya adalah pantulan cahaya dari ribuan roda gigi raksasa lain yang berputar di berbagai ketinggian.
Gizmograd!
Kota ini benar-benar seperti mimpi indah yang menjadi kenyataan bagi para insinyur gila. Bangunan di sini bentuknya di luar nalar. Sebuah menara observasi terbuat dari ratusan pipa logam yang melilit seperti ular boa mekanik. Gedung-gedung perkantoran berbentuk baut raksasa yang ditancapkan ke tanah. Dan di mana-mana, ada roda gigi! Besar, kecil, semuanya berputar, saling bertautan dengan presisi yang membingungkan, menciptakan simfoni bunyi kratak-krutuk yang menjadi musik latar kota ini.
Kendaraan-kendaraan aneh berseliweran di jalanan. Sepatu roda bertenaga uap. Ketel uap berjalan.
Dan...
APA ITU BARUSAN YANG MELAYANG DI ATAS KEPALA MEREKA?!
IKAN PAUS MEKANIK TERBANG DENGAN LAMPU DI MATANYA?!
"WOOOOOOOOOOOOWWW…! LUAR BIASA! GILAAAA!" Hariel berteriak sekuat tenaga, matanya berputar-putar mencoba menangkap semua pemandangan luar biasa di sekelilingnya. "INI KOTA PALING KEREN, PALING ANEH, DAN PALING GILA YANG PERNAH KULIHAT SEUMUR HIDUPKU!!!"
"Reaksimu agak berlebihan, ya, Kapten?" Bolt berkomentar dari kursi kemudi, wajahnya sedikit pucat karena guncangan tadi.
"Berlebihan katamu?!" Hariel menoleh cepat, cemberut. "Ini KEREN MINTA AMPUN! Ini MAHA KARYA IMAJINASI LIAR!"
"Terserah apa katamu sajalah," kata Bolt, mengangkat bahu pasrah.
"The Rusty Bucket" terus melaju, menerobos jalanan Gizmograd yang ramai. Hariel melihat robot-robot penyapu jalan, robot pengantar paket, bahkan robot yang sedang bermain musik di sudut jalan dengan alat musik dari pipa bekas dan kaleng kosong.
"Jangan terlalu berharap," sahut Lumi dari dalam liontin saat Hariel bergumam tentang mencari 'Hellfire Cracker'. "Kita bahkan belum tahu mau tidur di mana malam ini."
"Tenang saja, Lumi," balas Hariel dalam hati. "Aku punya firasat bagus! Aku yakin kita akan menemukan tempat istirahat dan… MAKANAN ENAK SEPUASNYA!"
Dia menoleh ke krunya. "Hei, kalian semua! Sebagai perayaan awal petualangan kita, aku traktir kalian semua makan malam! Bagaimana?"
Wajah kelima mantan bandit itu langsung cerah. "Tentu saja kami mau, Kapten!" jawab Bolt cepat, mewakili yang lain.
"Mantap! Ayo kita cari kedai makan terhebat di Gizmograd ini!" seru Hariel. Tapi, wajahnya tiba-tiba berubah bingung. "Di mana ya kita bisa cari tempat makan di kota seaneh ini? Semuanya terlihat seperti bengkel raksasa…"
Benar saja. Hanya ada bangunan logam, mesin raksasa, dan orang-orang yang berjalan dengan wajah serius.
"Kenapa… tidak ada satu pun restoran yang kelihatan?" tanya Hariel, mulai panik. "Apa orang-orang di sini cuma makan baut dan mur dicampur oli?!"
Setelah berjalan cukup lama dan perut Hariel semakin berbunyi nyaring, mereka tanpa sengaja tiba di sebuah area yang sangat berbeda. Bangunan di sini lebih kumuh, dengan tumpukan logam dan rongsokan mesin berserakan di mana-mana.
"Ini Junkyard Junction, Kapten," jawab Bolt. "Kawasan tempat pembuangan sampah dan pasar loak Gizmograd."
Tiba-tiba, di tengah lautan rongsokan itu, hidung Hariel menangkap samar-samar aroma masakan.
"Itu dia! Aku menciumnya!" serunya, menunjuk sebuah bangunan kecil paling reyot di ujung jalan. Di atas pintunya yang miring, ada papan nama pudar bertuliskan: "The Mad Wheel Stall".
Mereka mengintip dari jendela pecah-pecah. Di dalam, beberapa sosok sedang duduk dan tampak menikmati makanan mereka. Meskipun tempatnya kumuh, aroma yang keluar dari dalam sana… sungguh luar biasa menggoda!
"Akhirnya! Makanan!"
Tanpa menunggu persetujuan, Hariel langsung menerobos masuk. Mereka berhasil mendapatkan satu meja dari drum oli bekas dan memesan makanan.
"Aku mau sesuatu yang paling spesial di sini! Yang paling… Gizmograd banget rasanya!" pesan Hariel lantang.
Pemilik kedai, seorang kakek pendek gempal dengan kepala botak dan beberapa gigi emas, menyeringai lebar. "Hohoho, kalau begitu, kau harus coba menu andalan kami! Namanya 'Geargrind Goulash'!"
"Sup daging super kental dengan potongan-potongan logam pilihan, sayuran mutan, dan bumbu rahasia keluarga kami," lanjut si kakek. "Dijamin bisa bikin kau melek seminggu!"
"Aku pesan satu porsi super besar, Kek!"
Tak lama kemudian, pesanan Hariel datang. Penyajiannya tak kalah unik. Sup "Geargrind Goulash" itu disajikan dalam mangkuk yang terbuat dari helm pasukan keamanan yang sudah penyok. Sendoknya dari kunci pas berkarat yang dibengkokkan.
Dan isinya?
Dagingnya kenyal, dengan aftertaste logam dingin yang aneh. Sayurannya berbentuk seperti roda gigi mini, baut, dan mur. Kuahnya kental berwarna cokelat kehijauan, dengan aroma rempah kuat dan sedikit… bau oli mesin? Dan yang paling mengejutkan, sebagai taburan, ada potongan-potah logam kecil berwarna perak yang tampak renyah seperti kerupuk kulit!
"Ini… aman kan, Kek, buat dimakan manusia?" Hariel bertanya dengan ragu.
Si kakek tertawa terbahak-bahak. "Tentu saja aman, Nak!"
Ia menepuk perutnya yang buncit.
"Logamnya itu logam pilihan! Sayurannya… ya, semoga saja tidak beracun hari ini! Hohoho!"