Gadis Misterius dan Ledakan

Menatap sup "Geargrind Goulash" yang tersaji di dalam mangkuk helm penyok itu, Hariel merasakan campuran antara ngeri dan rasa penasaran yang memuncak.

Di sampingnya, para kru barunya menatap hidangan itu dengan wajah pucat, seolah sedang melihat ramuan penyihir yang paling berbahaya.

"Kau… tidak akan benar-benar memakannya, kan, Kapten?" bisik Hammer, matanya membelalak ngeri melihat taburan logam berkilauan di atas kuah kehijauan itu.

"Tentu saja aku akan memakannya!" jawab Hariel, menepuk dadanya. "Petualang sejati tidak pernah takut pada tantangan kuliner!"

Dengan keyakinan itu, Hariel menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian, lalu dengan mantap menyendokkan sup itu dengan sendok kunci pasnya dan memasukkannya ke dalam mulut.

Hening sejenak. Para krunya menahan napas.

Rasanya… LUAR BIASA ANEH!

Tapi… entah bagaimana… ENAK?!

Ada rasa gurih, sedikit pedas, sedikit manis, dan… ya, ada rasa khas logam dingin yang anehnya justru menambah sensasi unik di lidahnya.

"Ini… ini lumayan juga! Bahkan sangat enak!" Hariel berseru kaget setelah menelan suapan pertamanya. Dia menoleh ke arah Bolt dan yang lainnya, yang masih menatapnya dengan wajah pucat seolah ia baru saja menelan racun.

"Hei, kalian juga harus coba ini! Rasanya unik sekali!" serunya dengan antusias, menyodorkan sendok kunci pasnya.

Tentu saja, tidak ada satu pun dari mereka yang bergerak.

Melihat reaksi ngeri dari krunya, Hariel hanya mengangkat bahu, lalu kembali fokus pada mangkuknya. Dia melahap sup "Geargrind Goulash" itu dengan kecepatan kilat, tidak peduli lagi dengan penampilan aneh makanan itu atau tatapan tak percaya dari para krunya.

Setelah mangkuk helm itu tandas bersih hingga mengkilap, Hariel berseru puas.

"Oke! Perut kenyang, tenaga kembali full! Sekarang, ayo kita lanjutkan petualangan dan cari informasi soal… eh?"

Baru saja dia melangkah keluar dari pintu kedai yang berderit...

BRUK!

Dia bertabrakan dengan seseorang yang berjalan terburu-buru dari arah gang sempit. Keduanya terjatuh.

Buku-buku tebal dan gulungan kertas berisi sketsa rumit berhamburan di sekitar mereka.

"Aduh… maaf, aku tidak lihat!" Hariel mengusap kepalanya. Saat mendongak, ia melihat seorang gadis muda berjubah hitam, tudungnya sedikit tersingkap.

Ia sempat melihat sekilas rambut pirang pucat dan sepasang mata biru yang tampak sedih dan penuh kekhawatiran.

Namun, wajah gadis itu sendiri kaku, hampir tanpa ekspresi.

"Ma… maafkan aku…" kata gadis itu, suaranya terdengar lembut, namun datar.

Hariel terdiam. Ada sesuatu yang menusuk hatinya saat melihat kombinasi itu—mata yang menjeritkan sesuatu tetapi wajah yang membeku seperti topeng. Sebuah perasaan aneh, sebuah tarikan ganjil yang membuatnya merasa seolah kekosongan di wajah gadis itu adalah sebuah panggilan minta tolong yang tak bersuara.

Panggilan yang entah kenapa, hanya bisa ia dengar.

"Kau… kau tidak apa-apa?" tanya Hariel, nada khawatirnya tulus saat ia mulai membantu memunguti buku-buku yang berserakan.

Sebelum gadis itu sempat menjawab, teriakan kasar terdengar dari ujung gang.

"ITU DIA! TANGKAP GADIS ITU! JANGAN BIARKAN DIA KABUR LAGI!"

Beberapa orang tinggi besar berjas hitam berlari ke arah mereka.

Wajah gadis itu yang tadinya hanya kosong kini mengeras. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia berbalik dan berlari secepat kilat, menghilang di antara gang-gang sempit Junkyard Junction.

"Hei! Tunggu!" Hariel berteriak, tapi gadis itu sudah lenyap.

Para agen berjas hitam itu kini berdiri di hadapannya, menghalangi jalannya.

"Kau! Bocah! Ke mana gadis itu pergi?" tanya salah satu dari mereka dengan kasar.

"Gadis? Gadis yang mana ya, Pak?" Hariel memasang tampang paling bodoh, didorong oleh insting aneh untuk melindungi gadis yang baru saja ia temui itu. "Aku tidak lihat ada gadis lewat. Yang ada cuma tumpukan baut karatan."

"Jangan coba-coba bohong, Bocah!" bentak si agen. "Dia itu buronan berbahaya!"

"Entahlah, Pak," jawab Hariel santai. "Lagipula, kenapa dia dikejar-kejar begitu? Dia kelihatannya orang baik-baik saja."

"Bocah tengik, jangan ikut campur urusan orang dewasa!" ancam agen itu.

"Berbahaya?" Hariel terkekeh pelan, matanya menyiratkan tantangan. "Aku justru suka hal-hal yang berbahaya!"

Agen itu menggeram marah, namun temannya menahannya. "Sudahlah, jangan buang waktu. Ayo kejar dia, dia pasti masih di sekitar sini." 

Mereka pun bergegas pergi, menghilang di antara keramaian Junkyard Junction.

Hariel masih berdiri di sana, menatap ke arah gang tempat gadis itu menghilang. Sisa-sisa aroma yang lembut dari jubahnya masih samar-samar tercium, kontras dengan bau oli dan logam di sekitarnya.

"Kapten! Kau tidak apa-apa?!"

Suara cemas Bolt menyadarkannya. Seluruh krunya kini sudah berlari menghampirinya, wajah mereka menunjukkan kekhawatiran.

"Siapa orang-orang berjas hitam tadi itu? Mereka kelihatan berbahaya," tanya Grease, matanya waspada menatap ke arah para agen itu pergi.

Wrench menggeretakkan giginya, sambil mengacungkan palu kayunya yang besar dengan geram. "Cih! Seharusnya tadi kita hajar saja mereka! Beraninya mereka membentak Kapten kita!"

Hariel menoleh pada krunya, senyum kecil yang maklum tersungging di bibirnya melihat loyalitas mereka yang berapi-api. "Sudah, sudah, tidak apa-apa. Bukan masalah besar."

Meskipun ia berkata begitu, pikirannya masih terpaku pada gadis tadi.

Liontin di dada Hariel terasa hangat.

"Bukan masalah besar?" suara Lumi terdengar sinis di dalam benaknya. "Kau baru saja ikut campur dengan agen misterius demi gadis yang tidak kaukenal. Kau ini memang hobi sekali cari masalah!"

"Tapi… aku harus membantunya, Lumi," bisik Hariel pelan, tatapannya kembali ke arah gang yang gelap.

"Membantu apa? Kau bahkan tidak tahu namanya!"

"Aku tidak tahu," gumam Hariel, mengabaikan tatapan bingung dari krunya yang melihatnya bicara sendiri. "Tapi ada sesuatu tentang dia… aku tidak tahu apa, tapi aku merasa harus melakukannya."

Tatapannya masih terpaku pada gang yang gelap itu. Sebuah tekad baru mulai terbentuk, sebuah pertanyaan baru yang menuntut untuk dijawab.

Siapa sebenarnya dia?

Tiba-tiba, sebelum ia sempat melangkah atau teman-temannya sempat bertanya lebih jauh…

BOOOOOOMMMMM!

Ledakan dahsyat itu mengguncang seluruh distrik, bahkan mungkin seluruh Gizmograd.

Lantai bergetar hebat, membuat Hariel dan krunya hampir terjengkang. Gelas-gelas di atas meja di kedai terdekat berjatuhan dan pecah. Orang-orang di jalanan berteriak panik, berlarian mencari perlindungan.

Dari kejauhan, kepulan asap hitam tebal membubung tinggi ke langit, mengubah senja yang tenang menjadi pemandangan kiamat.