Pesta Penyambutan di Bengkel Niki 

BOOM!

Suara dentuman keras dan berat itu menghantam pintu logam bengkel. Getarannya menjalar melalui lantai, membuat beberapa alat kecil di rak berjatuhan dengan bunyi gemerincing yang riuh.

Suasana yang tadinya mulai sedikit santai langsung berubah menjadi tegang dalam sekejap.

BOOM! BOOM!

Dua dentuman lagi, kali ini jauh lebih keras dan lebih beringas. Pintu logam tebal itu kini tampak sedikit melengkung ke dalam. Beberapa baut di engselnya bergetar hebat seolah akan lepas.

"Sial!" desis Niki pelan, wajahnya yang tadi sudah tegang kini berubah pucat pasi. Alat kecil di tangannya hampir saja terjatuh. "Mereka berhasil menemukan kita secepat ini!"

Hariel, yang tadi duduk santai di atas peti kayu, justru menghela napas panjang dengan ekspresi sangat terganggu.

Dia melompat turun dan berdiri dengan tenang di antara Niki dan pintu yang terus digedor itu.

"Serahkan saja padaku, Kawan," kata Hariel, suaranya terdengar sangat tenang, kontras dengan kepanikan di mata Niki.

"Hati-hati, Hariel!" balas Niki cemas. "Mereka bukan bandit biasa, mereka berbahaya!"

Hariel hanya melirik sekilas pada Niki. Senyum tipis tersungging di bibirnya sebelum wajahnya kembali mengeras. Matanya yang tadi berbinar jahil kini menatap tajam lurus ke arah pintu, dingin dan tak tergoyahkan.

"Lawan terakhirku setidaknya punya etika untuk bertarung di tempat terbuka," katanya dengan suara rendah dan serius. "Tidak menggedor-gedor pintu seperti sekumpulan pencuri ayam."

"Kalian ini... merepotkan sekali."

Hariel kemudian berjalan beberapa langkah lebih dekat menuju pintu, memasang kuda-kuda ringan, siap menyambut tamu tak diundangnya.

Api mulai menari-nari kecil di sekitar kepalan tangannya, memancarkan gelombang panas yang membuat udara di sekitarnya terasa bergetar.

BRRAAAKKK!!!

Dengan satu kekuatan dahsyat, pintu itu akhirnya didobrak. Meledak ke dalam, hancur lebur dari engselnya. Bongkahan logam besar itu terbang lurus seperti proyektil mematikan ke arah Hariel.

Tanpa sedikit pun ekspresi kaget, Hariel dengan sigap mengangkat satu tangannya.

DUG!

Pintu logam yang berat itu berhenti total di telapak tangannya, hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Tidak ada suara benturan yang keras, hanya bunyi 'dug' yang padat dan berat, seolah momentum dahsyat itu lenyap ditelan kekuatan yang tak terlihat.

Untuk sesaat, keheningan mencekam menggantikan suara gedoran tadi.

Dari lubang pintu yang kini menganga dan dipenuhi asap, sekelompok pria berpakaian serba hitam legam, dengan topeng logam menutupi sebagian wajah mereka, menerjang masuk.

Langkah mereka terhenti seketika, menatap tak percaya pada pemandangan di depan mereka: seorang bocah berambut merah dengan santai menahan pintu baja yang mereka dobrak dengan satu tangan.

Pemimpin mereka, yang topengnya sedikit lebih besar, pulih dari keterkejutannya lebih dulu. "Menyerahlah dan jangan melawan, Niki Stella!" teriaknya, suaranya serak dan dingin. "Dan kau, Bocah, jangan coba-coba ikut campur!"

Hariel menyeringai, lalu dengan gerakan ringan melempar pintu logam itu ke samping hingga menghantam dinding dengan suara KLANG! yang memekakkan telinga.

“Saatnya berpesta!”

"Pesta katamu?" ejek salah satu anggota The Gear Phantoms. "Kau pikir ini pesta ulang tahun penyambutanmu di Gizmograd, Bocah?"

"Tentu saja ini pesta!" jawab Hariel, nadanya kembali riang, api di tangannya kini berkobar semakin besar. "Pesta penyambutan khusus untuk kalian semua! Dan jangan khawatir," ia memasang kuda-kuda bertarung, matanya berbinar seperti api unggun yang siap melahap segalanya.

"Aku yang traktir!"

Tanpa memberi kesempatan mereka bereaksi, Hariel melesat maju. Api merah khasnya langsung membungkus seluruh tubuhnya, memusat dengan dahsyat di tinju kanannya.

"Red Fist!"

BUGH!

Tinju api Hariel menghantam telak wajah anggota bertopeng serangga itu. Tubuhnya terlempar keras ke belakang, menabrak dinding logam dengan dentuman keras hingga panel itu penyok ke dalam. Pria itu tergeletak tak bergerak, asap tipis mengepul dari topengnya yang retak.

Cepat sekali! pikir Niki, yang refleks bersembunyi di balik meja kerjanya, jantungnya berdebar kencang. Matanya terbelalak tak percaya menyaksikan kecepatan dan kekuatan destruktif itu. Dia… dia seperti perwujudan api yang hidup!

Tapi The Gear Phantoms bukanlah bandit amatir. Melihat rekan mereka tumbang, mereka tidak panik, melainkan langsung bergerak terkoordinasi.

Seorang Phantom di kiri menerjang dengan tongkat listrik yang berbunyi kzzzt-kzzzt. Hampir bersamaan, dari kanan, sinar laser merah panas membelah udara. Dan dari depan, seorang anggota yang lebih besar mengibaskan rantai besi berpemberat.

Hariel hanya tersenyum tipis, matanya menyipit seperti kucing liar.

"Red Flame… Red Step!"

Dengan ledakan kecil terkonsentrasi di bawah kakinya, tubuh Hariel seolah melebur menjadi kilatan api, menghilang dari pandangan dalam sekejap.

Serangan tongkat listrik dan rantai besi hanya mengenai ruang kosong, sementara sinar laser menghantam dinding di belakangnya, meninggalkan bekas hangus.

"Di sini, Kawan-kawan!"

Tiba-tiba, suara Hariel terdengar dari belakang mereka. Bukan dengan tinju, tapi dengan sebuah tendangan berputar akrobatik di udara, seluruh kakinya dilapisi api membara.

"Red… Spinning Kick!"

WUSSSHH! BRAKK! BRAKK!

Tendangan itu menyapu dua anggota The Gear Phantoms sekaligus, membuat mereka terpental tak terkendali menabrak beberapa mesin tua di sudut bengkel.

"Tidak buruk, bukan, caraku menyambut tamu?" Hariel menyeringai, mendarat dengan ringan di atas tumpukan peti logam.

Niki, yang masih mengintip dari balik meja, menelan ludah. Anak ini benar-benar gila… tapi juga luar biasa kuat!

Tiba-tiba, matanya membelalak ngeri. Ia melihat salah satu Phantom yang tadi terjatuh sudah bangkit dan kini mengarahkan pistol lasernya ke punggung Hariel yang sedang sesumbar.

Tanpa pikir panjang, Niki meraih sebuah remote kontrol dan menekan tombol merah besar.

BZZZT! WHOOSH!

Sebuah lengan mekanik raksasa di langit-langit bengkel tiba-tiba bergerak turun, mengayunkan pipa logam besar tepat mengenai si penembak laser hingga pistolnya terlepas.

"AWAS PUNGGUNGMU, DASAR BODOH!" teriak Niki panik.

Hariel menoleh sekilas, melihat Phantom yang baru saja dilucuti, lalu mengacungkan jempol ke arah persembunyian Niki. "Kerja bagus, Kawan Ilmuwan! Kau punya bakat jadi asisten pahlawan!"

The Gear Phantoms yang tersisa menyerang lagi dengan lebih terorganisir. Tongkat listrik menyambar, laser menghujam, dan rantai besi melesat dari segala penjuru. Hariel menghela napas.

"Red Flame… Red Whip!"

Dari kedua tangannya muncul dua cambuk api panjang yang menari-nari lincah, menangkis setiap serangan dengan dentingan keras dan percikan cahaya yang menyilaukan. Dia menggunakan salah satu cambuknya untuk menarik anggota bertongkat listrik, lalu membantingnya ke lantai hingga retak.

"Ayo, lebih banyak lagi! Jangan mengecewakanku!" seru Hariel menantang. "Apakah hanya ini kemampuan agen rahasia dari kota sebesar Gizmograd?"

Namun, mereka tidak menyerah. Sebuah granat setrum mini dan beberapa bom asap dilemparkan, mulai membuat Hariel sedikit kewalahan. Napasnya mulai tersengal, keringat membasahi wajahnya, dan kekuatan apinya mulai terasa sedikit melemah.

Sial… mereka ini seperti kecoa mekanik, banyak sekali… pikir Hariel, sambil menghindar. Aku harus mengakhiri ini dengan cepat!

Matanya melirik liar ke sekeliling bengkel yang penuh mesin-mesin aneh. Sebuah ide gila dan sedikit destruktif mulai muncul di kepalanya. Seringai lebar kembali terukir di wajahnya.

"Baiklah, Kawan-kawan Penjahat!" katanya dengan suara lantang. "Kalau begitu… mari kita buat pesta ini jadi lebih meriah!"

Dia berlari cepat menuju sebuah mesin besar yang terlihat seperti generator listrik raksasa. Api di kedua tangannya berkobar lebih besar. Ia menghantam mesin itu dengan kedua tinju apinya sekaligus.

BOOM!

Mesin itu langsung meledak, menciptakan gelombang kejut listrik yang kuat dan menyambar ke segala arah. Beberapa anggota The Gear Phantoms yang berada terlalu dekat terkena sengatan listrik bertegangan tinggi dan ambruk tak sadarkan diri.

Dengan tawa lebar yang sedikit gila, Hariel terus berlari, menghancurkan beberapa mesin lain, menciptakan serangkaian ledakan kecil dan kekacauan di dalam bengkel.

"Hahahaha! Bagaimana rasanya?! Kalian suka dengan pesta kejutanku ini?!" teriak Hariel, api di sekujur tubuhnya semakin membara.

Dari balik meja, sebuah teriakan histeris terdengar.

"JANGAN HANCURKAN PENELITIANKU YANG ITU, BODOH! ITU PROTOTIPE YANG SUDAH KUBANGUN BERTAHUN-TAHUN!"

"Tenang saja, Niki! Santai! Nanti kan kau bisa buat lagi yang lebih bagus!" balas Hariel dengan wajah polos.

Niki hanya bisa menangis sesenggukan. Tapi Hariel sudah tidak peduli.

Saatnya… untuk jurus pamungkas penutup pesta! pikirnya, sambil melompat tinggi ke atas tumpukan rongsokan.

Dia mengumpulkan seluruh sisa energi apinya di kedua telapak tangan.

"Red Flame… RED CANNON!!!"

BOOOOOOOOOOMMMMMMMMM!!!

Sebuah tembakan bola api raksasa yang sangat panas meluncur deras, menerjang lurus ke arah semua anggota The Gear Phantoms yang masih tersisa.

Ledakan dahsyat yang jauh lebih besar dari sebelumnya mengguncang seluruh bengkel, membuat semua orang yang masih berdiri terlempar dengan keras dan akhirnya tidak sadarkan diri.

Hariel mendarat dengan lutut gemetar. Napasnya terengah-engah hebat, tubuhnya kini dipenuhi luka gores dan memar baru.

Tapi dia tersenyum lebar penuh kemenangan.

"Selesai sudah… pestanya…" katanya, dengan suara serak karena kelelahan.