Fondasi Sebuah Mimpi

"Selamat datang di… tim Zero Chaser Hariel si Penakluk Langit yang tak terkalahkan, hahahaha!" pekik Hariel, berpose penuh kemenangan di atas peti kayu.

Niki hanya bisa menepuk jidatnya dengan pelan, sambil berusaha menyembunyikan senyum tipis yang mulai muncul di bibirnya.

"Nama timnya… agak terlalu panjang dan berlebihan, tidak menurutmu?" katanya, dengan nada skeptis yang khas, meskipun kini ada sedikit nada geli di sana. "Dan kau yakin sekali kita tak terkalahkan padahal baru saja terbentuk?"

"Tentu saja aku yakin!" jawab Hariel, dengan semangat yang meluap-luap. "Dengan anggota sepertiku, ilmuwan jenius sepertimu, dan pemandu legendaris seperti Lumi, kita pasti tak terkalahkan!"

Lumi melayang-layang anggun di antara mereka, cahaya keemasan lembut dari tubuh mungilnya kini memancar lebih terang, seolah ikut bersemangat.

"Jadi, apa rencana besar kita sekarang, wahai Kapten Penakluk Langit yang baru saja merekrut ilmuwan buronan?" tanyanya, dengan nada datar namun ada sedikit rasa ingin tahu yang jelas.

"Kita butuh Sky Ark!" jawab Hariel. Dia menunjuk Niki seolah baru saja menemukan solusi paling brilian di dunia. "Dan untuk membuatnya, kita butuh… banyak sekali barang-barang keren dan kuat!"

Mata Niki yang biru es langsung berbinar dengan percikan ide-ide teknis. Beban keputusasaan di pundaknya mulai terangkat, digantikan oleh semangat seorang penemu yang menemukan tantangan baru.

"Aku tahu satu tempat," katanya, suaranya lebih mantap. "Junkyard Junction. Jangan remehkan tempat itu. Ada banyak sekali komponen langka tersembunyi di antara tumpukan rongsokan, kalau kau tahu cara mencarinya."

Wajahnya kembali berpikir keras. "Namun, untuk membangun sesuatu yang kompleks seperti Sky Ark, kita butuh lebih banyak tangan terampil. Keahlian khusus dalam pertukangan dan mekanik. Hanya kita bertiga… itu akan menjadi pekerjaan yang luar biasa berat."

Hariel yang tadinya ikut berpikir, tiba-tiba menepuk dahinya keras. "Astaga! Kau benar sekali, Niki! Tangan terampil!" Matanya langsung berbinar. "Aku baru ingat! Aku kan punya kru! Mantan anggota Geng Taring Kiamat yang konyol itu, mereka sebenarnya tukang kayu dan mekanik yang sangat hebat! Kita harus menemui mereka sekarang juga!"

Niki mengangkat alisnya. "Mantan anggota Geng? Kau ini benar-benar punya bakat unik dalam merekrut orang-orang dengan latar belakang paling tidak terduga, Hariel."

"Tentu saja! Merekrut orang hebat kan juga keahlian!" Hariel tertawa bangga. "Nah, idemu untuk mencari tangan terampil itu jenius, Niki. Dan aku sudah menemukan orangnya! Ayo kita ke sana!"

Mereka bertiga keluar dari bengkel yang porak-poranda itu dan kembali menyusuri gang-gang sempit Junkyard Junction. Udara dipenuhi bau oli bekas dan asap pabrik. Gunung-gunung sampah logam menjulang tinggi seperti peradaban mekanik yang terlupakan. Di antara tumpukan rongsokan, orang-orang berwajah penuh oli mengais-ngais mencari harta karun tersembunyi.

"Dilihat lebih dekat, tempat ini… benar-benar luar biasa… seperti surga bagi para pemulung!" kata Hariel kagum.

"Luar biasa jorok dan berbau maksudmu, Bocah?" sahut Lumi dari dalam liontin.

Tiba-tiba, sebuah suara yang familiar dan kesal memanggilnya. "Hei, Bocah Api! Kami pikir kau sudah pergi dari Gizmograd atau ditelan roda gigi raksasa!"

Di depan sebuah tenda terpal kumuh, Bolt, Grease, Pipe, Wrench, dan Hammer berdiri dengan wajah masam.

"Bolt! Kalian semua!" seru Hariel gembira. "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?"

"Kami mencarimu ke mana-mana, tahu!" jawab Bolt ketus, melipat tangannya di dada. "Kau menghilang begitu saja setelah ledakan tadi. Kami pikir kau kenapa-kenapa!"

"Oh, iya, hehe, maaf soal itu," kata Hariel, menggaruk kepalanya. "Tadi ada urusan mendadak yang super seru!" Dia dengan cepat memperkenalkan Niki. "Ini Niki Stella, kawan-kawan! Dia ilmuwan super jenius yang sedikit gila dan akan membantu kita membuat Sky Ark terhebat di dunia!"

Kelompok mantan bandit itu menatap Niki dari atas sampai bawah dengan selidik. "Ilmuwan gila katamu, Kapten?" tanya Grease ragu.

"Jadi… bagaimana sekarang?" tanya Hariel, tak terbendung. "Siap membantu kami mewujudkan mimpi gila ini? Membangun Sky Ark?"

Kelompok itu saling berpandangan cukup lama. Mereka masih kesal, tapi ide untuk membangun Sky Ark dan bertualang ke seluruh dunia membuat mereka bersemangat. Setelah berunding dengan anggukan singkat, Bolt menatap Hariel dengan tekad baru.

"Baiklah, Kapten. Kami akan membantumu dan Kawan Ilmuwan ini.

Setelah reuni yang penuh kejutan di tengah Junkyard Junction, mereka bertujuh—Hariel sang kapten, Niki sang ilmuwan, dan kru tukang kayu mereka—langsung berkumpul di sekitar selembar pelat logam besar.

"Baiklah, Tim Zero Chaser Hariel sang Penakluk Langit! Mimpi pertama kita: membangun Sky Ark terhebat yang pernah ada!" seru Hariel, merentangkan tangannya lebar-lebar.

Niki menghela napas, sebuah senyum maklum tersungging di bibirnya. "Tahan dulu imajinasimu yang liar itu, Kapten. Lihat sekeliling kita."

Ia menunjuk tumpukan rongsokan yang menggunung. "Kita tidak bisa membangun istana terbang dari barang-barang ini."

"Lalu?" tanya Hariel, antusiasmenya sedikit menurun.

"Yang bisa kita bangun sekarang," kata Niki, sambil mulai menggambar sketsa kasar di atas pelat logam dengan sepotong arang, "adalah bentuk paling mungkin yang bisa kita buat. Sebuah kerangka dasar. Cepat, fungsional, dan… cukup kuat untuk membawa kita keluar dari sini."

Ia menatap Hariel dan yang lainnya. "Ukurannya tidak akan besar, hanya cukup untuk kita bertujuh dan beberapa kargo. Anggap saja ini fondasi. Prototipe pertama kita. Sebut saja... 'The Rusty Bucket Mark I'."

Bolt mengangguk setuju, matanya yang tajam mengamati sketsa Niki. "Ilmuwan ini ada benarnya, Kapten. Kita mulai dari yang kecil dan kokoh. Sesuatu yang bisa kita andalkan."

Hariel menatap sketsa sederhana namun fungsional itu, lalu ke wajah teman-teman barunya. Ide Niki terasa masuk akal.

"Ide bagus!" serunya, semangatnya kembali membara. "Jadi, kita akan punya Sky Ark yang bisa terus berevolusi dan disempurnakan dalam perjalanan kita nanti! Itu jauh lebih keren! Ayo mulai!"

Niki tersenyum puas. "Baiklah. Untuk badan utama kapal, kita bisa gunakan rangka logam bekas di sini," katanya, menunjuk tumpukan besar di dekat mereka. "Untuk sayap, mungkin terpal tebal yang diperkuat bisa jadi solusi sementara."

"Dan untuk mesin pendorongnya…" Niki terdiam, ekspresinya berubah serius.

"Kita punya masalah fundamental," katanya pelan. "Sumber tenaga."

"Tidak ada mesin di seluruh Junkyard Junction ini yang cukup kuat untuk mengangkat kerangka sebesar ini dari tanah."

Semangat mereka yang tadi meluap-luap seolah sedikit meredup.

Saat itulah, Hariel merasakan getaran lembut dari liontin di dadanya. Sebuah bisikan singkat terngiang di benaknya.

Energi Primordial.

Dengan mata yang tiba-tiba berbinar, Hariel menyeletuk, "Bagaimana kalau kita pakai… Energi Primordial?"

Niki langsung mengangkat kepalanya dengan kaget, matanya terbelalak. "Energi Primordial?! Dari mana… kau tahu istilah itu?!" tanyanya tak percaya. Itu adalah istilah dari teks-teks kuno yang sangat langka.

"Energi apa itu? Merek lem super baru?" tanya Pipe polos.

Hariel hanya menyeringai dan menepuk liontin di dadanya. "Aku punya pemandu yang hebat," katanya singkat. "Dan dia bilang, dia bisa menunjukkan jalan ke tempat kita bisa menemukannya."

Niki menatap Hariel, lalu ke liontin di dada bocah itu. Kilasan tentang legenda Klan Luminaria kembali terlintas di benaknya. Seulas senyum tipis akhirnya terukir di wajah Niki.

"Baiklah," katanya dengan tekad baru. "Kalau begitu, ayo kita selesaikan kerangka dasar Sky Ark ini. Setelah itu… kita akan pergi berburu Energi Primordial."

Dengan semangat yang membara, mereka mulai bekerja.

Suara palu Bolt beradu dengan logam, menciptakan ritme kerja yang mantap. Desis mesin las Wrench menyatukan bagian-bagian rangka dengan presisi. Grease dan Pipe bergerak cepat, menyetel gir bekas dan melakukan pengukuran. Sementara Hammer, dengan tenaganya yang besar, mengangkat balok-balok berat seolah hanya mainan.

Niki berlari kian kemari, memberikan instruksi teknis dari sketsanya yang rumit. Dan Hariel… ia menjadi sumber semangat yang tak pernah padam, sesekali membantu mengangkat, namun lebih banyak bersorak dan memastikan tidak ada yang kehilangan motivasi.

Mereka bekerja keras tanpa henti, mengubah tumpukan sampah menjadi fondasi sebuah impian.

Matahari Gizmograd mulai terbenam, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan keunguan. Di hadapan mereka, tumpukan material kini telah mulai berbentuk menjadi fondasi kerangka utama yang kokoh dan menjanjikan.

"Ini… ini awal yang sungguh luar biasa!" kata Hariel, wajahnya berseri-seri penuh kebanggaan. "Aku sudah bisa membayangkannya, Niki! Kita… kita benar-benar akan membuat Sky Ark kita sendiri!"

Niki mengangguk, menyeka keringat dari dahinya. Seulas senyum tulus dan penuh kepuasan terukir jelas di wajahnya.

"Ini baru langkah awal yang sangat kecil, Hariel. Perjalanannya masih teramat panjang," katanya. "Tapi ya… dengan kerja sama tim… kita akan membuatnya."

Rasa lelah mereka seolah terbayar lunas oleh secercah harapan yang kini berdiri nyata di hadapan mereka. Mereka semua tersenyum, menatap hasil kerja keras pertama mereka sebagai sebuah tim.

Namun, tanpa mereka sadari, jauh di atas mereka...

Dari balik puncak tumpukan rongsokan tertinggi, beberapa bayangan hitam mengawasi setiap gerak-gerik mereka.

Sebuah kilatan cahaya kecil memantul dari lensa teropong.

Sebuah suara dingin dan teredam terdengar dari sebuah komunikator.

"Target telah dikonfirmasi. Seluruh tim ada di lokasi."

Hening sejenak. Lalu suara lain yang serak dan penuh wibawa menjawab.

"Hancurkan mereka semua."

"Mulai serangan… sekarang."