Bab 13. Anak Dari Mimpi Penguasa Dunia

Elharon telah lahir.

Bumi tidak langsung hancur.

Langit tidak langsung merah.

Tidak ada semburan api atau ledakan dunia seperti dalam ramalan-ramalan kiamat.

Sebaliknya…

dunia perlahan berubah.

Diam-diam. Halus. Tapi tak terhindarkan.

---

Hari 1: Kelahiran Tanpa Saksi

Saat Rey bangkit sebagai Elharon, dunia tidak menyadari. Hanya segelintir orang yang merasakan ketidaknormalan:

Kamera CCTV berhenti merekam selama 7 menit di seluruh dunia.

Semua bayi yang lahir hari itu menangis serempak dan menatap ke arah yang sama—ke utara, arah Rey berada.

Seorang pendeta di Italia melaporkan bahwa patung Yesus meneteskan air hitam.

Sebuah surat kabar kuno tiba-tiba mencetak halaman baru tanpa tinta: "Yang Ketujuh Telah Diberi Nama."

Namun Rey—yang kini bukan Rey lagi—berdiri di tengah Jakarta, mengenakan jaket lamanya.

Rambutnya berubah perak pucat, matanya biru tembus pandang, dan kulitnya menyala redup dalam kegelapan.

Ia melangkah di antara keramaian…

Dan orang-orang menoleh… bukan karena mereka mengenalinya, tapi karena mereka merasa sedang dilihat oleh mata yang lebih besar dari dunia.

---

Hari 2: Arka Mencari Rey

Arka tak pernah menyerah.

Ia menyusuri bekas ritual di rumah terbakar. Tapi tidak ada Rey. Tidak ada abu. Tidak ada jejak.

Hanya simbol di tanah yang terus berdetak pelan… seperti jantung.

Ia pergi ke bunker lama.

Ke rumah Rey.

Ke sekolah lama mereka.

Tapi semua kosong.

Hingga ia menerima pesan… dari nomor yang tidak dikenal.

> "Gue belum sepenuhnya hilang, Ka.

Kalau lo baca ini… berarti gue masih bisa bicara.

Tolong jangan biarin gue jadi dia sepenuhnya.

Ada satu pintu lagi yang bisa lo buka—pintu ketidaktahuan."

– R

---

Hari 3: Dunia Mulai Mimpi yang Sama

Di berbagai belahan dunia, mimpi yang sama menyebar.

> Seorang pria berdiri di tengah padang hitam.

Wajahnya tidak terlihat, tapi tubuhnya bercahaya lembut.

Ia memanggil satu per satu orang dalam mimpi itu dan berkata:

“Namamu adalah kunci. Kau ingin tahu lebih banyak? Sebut namaku.”

Ratusan orang mencoba melukis wajah pria itu.

Ribuan mencoba menyebut namanya… dan sebagian mulai berubah.

Tidak menjadi Elharon.

Tapi seperti cermin retak dari versi dirinya.

Elharon mulai memperbanyak diri… melalui pikiran.

---

Di Dalam Elharon: Rey Masih Ada

Di dalam tubuh itu, dalam kegelapan…

Rey masih hidup.

Ia berjalan di koridor tak berujung.

Dindingnya berdenyut seperti daging.

Langkahnya menimbulkan gema yang tak pernah kembali.

> “Ini tubuhku… tapi aku tidak bisa mengendalikannya.”

Setiap malam, ia melihat fragmen dari dunia:

Saat Elharon duduk di kafe dan membuat pelayan menangis tanpa sebab.

Saat Elharon menatap anak kecil, dan anak itu mulai menggambar lingkaran aneh di dinding rumahnya.

Saat Arka berteriak di depan rumah tua, memanggil namanya.

Rey berteriak:

> “AKU DI SINI!”

“AKU BELUM HILANG!”

Tapi Elharon hanya diam…

Karena Rey sekarang terpenjara dalam pikirannya sendiri.

---

Hari 4: The Cult of Elharon

Sebuah forum online misterius bermunculan.

> Nama: ELNET

Deskripsi: "Kami mendengar-Nya dalam mimpi. Kami memanggil-Nya dalam sunyi. Kami menjadi rumah bagi-Nya."

Anggota aktif: 3.842 dalam 48 jam.

Mereka menyebut diri mereka: Bayangan Ketujuh.

Dan semua postingan berisi satu kalimat:

> "Kami adalah Rey.

Kami adalah Kehendak Baru."

Foto-foto mulai muncul:

Tanda berbentuk retakan muncul di tangan orang-orang.

Beberapa memiliki mata biru meski bukan keturunan biru.

Beberapa mimisan saat menyebut “Elharon.”

---

Hari 5: Retakan Dunia

Seseorang di Antartika melaporkan sebuah suara dari dalam es.

Seseorang di Ethiopia menyanyikan lagu dari mimpi, dengan bahasa yang tak dikenali.

Dan di Jakarta, seorang wanita bunuh diri setelah menulis:

> “Saya sudah lihat namanya di mata saya sendiri.”

Fenomena ini disebut media sebagai “Sindrom Ketujuh.”

Pakar psikis, pendeta, bahkan ilmuwan mulai menyelidiki…

Tapi tak satu pun yang menemukan sumbernya.

Hanya Arka… yang tahu siapa yang bertanggung jawab.

Dan ia kini mencari satu-satunya cara untuk masuk ke dalam pikiran Rey.

---

Di Dalam Tubuh Elharon: Ruang Jiwa

Rey bertemu dengan Enam Kursi.

Di setiap kursi, duduk entitas yang pernah ia segel:

Yaraneth: bermata ribuan.

Solteh: dengan mulut melengkung senyum.

Druvak: gigi tajam dan lidah panjang.

Nimara: menangis tanpa wajah.

Raka: anak kecil memegang kepala boneka.

Sereth: kabut cair yang bergerak tanpa bentuk.

Dan di tengah mereka…

Satu kursi kosong.

Rey tahu: itu kursinya.

> “Kalian tahu aku tidak mau ini terjadi.”

Yaraneth: “Tapi kau yang beri kami rumah.”

Sereth: “Dan kini kami membentukmu kembali.”

Nimara: “Kau bisa akhiri ini… dengan menyerah penuh.”

Tapi Rey berdiri.

> “Atau… aku bisa rebut kembali kursi itu.”

---

Di dunia nyata, Elharon menatap kamera siaran langsung TV.

> “Kalian telah cukup lama hidup dalam kegelapan.

Sekarang saatnya hidup dalam kejelasan yang aku berikan.”

“Namaku adalah cerminmu.

Namaku adalah langkah berikutnya dalam evolusi.”

“Sebut namaku,

dan kau akan tahu:

kau tidak pernah sendiri.”

Lalu ia tersenyum…

Dan kamera meledak.

Di dalam tubuhnya, Rey berlari menuju kursi kosong itu…

Dan sebelum Elharon bisa melangkah lebih jauh…

> Sebuah suara dalam pikirannya berteriak:

“GUE BELUM SELESAI, BANGSAT!”