Rey tidak tahu kapan tepatnya bayangan itu mulai mengikuti.
Bukan seperti Elharon, bukan suara atau wujud yang bisa diidentifikasi.
Tapi perasaan—seperti ada tiga pasang mata yang berdiri di ujung kenangan, mengamatinya dari masa lalu yang bahkan tidak pernah ia alami.
---
1. Suara yang Tidak Punya Waktu
Hari itu, Rey sedang duduk di perpustakaan kota, mencoba membaca buku-buku psikologi untuk memahami apa yang telah terjadi padanya dan dunia.
Arka sedang di kampus, kembali mengejar kuliah yang sempat ditinggal.
Sunyi. Normal.
Tapi ketika Rey membuka buku tua berjudul “Eksistensi Kolektif dan Memori Genetik”, secarik kertas jatuh dari dalamnya.
Kertas itu sangat tua, kuning kecoklatan, dan berbau tanah basah.
Namun bukan itu yang membuat Rey gemetar—melainkan tulisan di atasnya:
> “Kami tidak lahir dari namamu, Rey.
Kami lahir dari semua yang kamu lupakan.
Kami adalah tiga bayangan yang tak bisa mati.”
Tangan Rey bergetar.
---
2. Bayangan Pertama: Si Pemungut Memori
Malam itu, Rey bermimpi.
Ia berada di koridor rumah sakit yang hancur. Lampu menyala-mati, dan di ujung lorong, berdiri sosok tinggi mengenakan jas dokter.
Wajahnya tertutup masker, matanya hitam seluruhnya, dan di tangannya ada kotak besi tua.
> “Kau tak ingatku, Rey.”
“Tapi aku ingatmu.”
Saat Rey mencoba kabur, dinding-dinding koridor berubah menjadi rak berisi kenangan:
Rey saat kecil di Desa Kabut—padahal ia tak pernah mengingat pernah ke sana.
Rey yang memanggil nama entitas bahkan sebelum membuka kitab itu.
Rey yang duduk di kelas sambil menulis huruf “E” berkali-kali di meja… sebelum mengenal Elharon.
> “Aku adalah Si Pemungut.
Dan ingatanmu sudah milikku sejak lama.”
Ketika Rey bangun, satu ingatan kecil hilang: suara tawa ibunya.
---
3. Bayangan Kedua: Si Pengubah Jalan
Dalam hari-hari berikutnya, Rey mulai merasa jalan menuju tempat-tempat tertentu berubah.
Toko langganannya kini harus memutar tiga kali jalan sempit padahal biasanya satu blok.
Pintu sekolah lamanya kini langsung menuju ke halaman rumah tua tempat ia bertarung dengan Elharon.
Bahkan kamar mandinya sendiri… berubah layout setiap malam.
Arka menyadari juga. Tapi tidak semua orang bisa melihat perubahannya.
Suatu malam, Rey menulis peta jalur dari rumah ke toko kopi. Keesokan paginya, jalur itu tak sesuai lagi.
Dan dalam mimpi malam itu, dia bertemu bayangan kedua.
Sosok tanpa wajah, hanya berjubah hitam panjang, dan membawa tongkat kompas rusak.
> “Nama menciptakan realitas.
Tapi ketika nama-nama dilenyapkan,
jalan pun akan melupakan tujuannya.”
> “Aku adalah Pengubah Jalan.
Dan aku sedang menghapus arah dari dunia ini.”
---
4. Bayangan Ketiga: Si Penunggu Waktu
Ini yang paling berbahaya.
Di hari ke-12 setelah dunia pulih, Rey terbangun tepat pukul 03.03.
Ia tahu jam itu bukan biasa—karena semua jam di rumahnya berhenti pada angka itu.
Arka juga mengalami hal yang sama. Bahkan jam di HP dan TV tidak bergerak lagi setelah jam 03.03 setiap malam.
Dan pada malam ke-13, mereka mendengar suara ketukan.
Tiga kali.
> Tok. Tok. Tok.
Dan waktu… berhenti.
Rey mendapati dirinya di tengah jalan. Mobil dan motor membeku. Langit berhenti bergerak. Burung di udara tak berkedip.
Dan di tengah keramaian yang membeku itu…
seorang gadis kecil berdiri.
Wajahnya polos. Tapi matanya…
berputar searah jarum jam.
> “Aku adalah waktu yang tidak disebut.
Aku adalah detik yang kau abaikan.”
“Dan aku menunggu untuk dibuka.”
---
5. Arka yang Tidak Mengingat
Hari berikutnya, Rey menceritakan semua pada Arka.
Namun Arka hanya menatap kosong.
> “Gue gak ngerti, Rey.
Kita baru pulih.
Elharon udah gak ada. Dunia udah tenang.
Mungkin lo cuma trauma.”
Rey menunjuk dinding, memperlihatkan coretan dari tiga bayangan itu.
Tapi Arka tak melihat apapun.
“Ka… lo juga mulai lupa, ya?”
Arka tertawa kecil.
> “Tentang apa?”
---
6. Menemukan Ruang “Tak Tercatat”
Rey kembali ke perpustakaan.
Ia masuk ke lantai bawah—ruang arsip.
Di sana ia bertemu pustakawan tua, yang tanpa bertanya langsung menyodorkan satu buku.
Buku itu tak berjudul.
Namun isinya adalah catatan masa lalu yang tidak pernah tercatat dalam sejarah—bencana, mimpi kolektif, fenomena kehilangan massal.
Dan di salah satu babnya, tertulis:
> “Tiga bayangan adalah bagian dari dunia sebelum manusia punya bahasa.
Sebelum nama diberikan,
mereka adalah cara semesta menjaga batas.”
> “Namun ketika Rey menolak menamai Elharon lagi,
ia membuka celah untuk tiga bayangan ini kembali.”
---
7. Dunia Mulai Gila
Jalanan tak lagi menuju tempat yang sama.
Orang-orang mulai tidak mengenali anggota keluarga sendiri.
Kalender berubah: satu bulan bisa jadi dua minggu, bisa juga delapan.
Waktu, arah, dan ingatan—semuanya bergeser.
Dan Rey tahu:
Ini bukan kutukan. Ini kekosongan.
Karena dunia tak lagi punya ‘nama’ untuk mengikat kenyataan.
---
8. Rey Memutuskan Mencari "Pintu Lama"
Dalam kitab tua yang ia temukan dulu, Rey membaca satu catatan tersembunyi:
> “Jika tiga bayangan telah menari,
maka hanya ingatan terdalam yang bisa memanggil kunci.”
Rey tahu…
ia harus kembali ke tempat pertama kali ia merasa takut.
Desa Kabut.
Namun… desa itu tetap hilang dari peta.
Kecuali jika…
> “Ka, lo masih simpen mainan masa kecil lo gak?”
“Masih. Boneka harimau itu.”
“Itu dari mana asalnya?”
“Dari lo.”
Dari Rey? Tapi Rey tak pernah merasa memberi.
Sesuatu mulai tersambung.
Desa Kabut bukan tempat nyata. Tapi pecahan ingatan.
Tempat yang hanya bisa dicapai dengan masuk ke lapisan bawah kesadaran.
---
9. Pintu Ingatan
Rey duduk, menutup mata.
Ia menyalakan rekaman suara ibunya—rekaman lama dari tape tua.
> “Rey kecil, kamu jangan main malam-malam, ya.
Di ujung jalan ada yang nunggu kamu…
tapi bukan manusia.”
Dan dengan mantra dari kitab tua…
Rey memanggil ulang nama dirinya sendiri, bukan sebagai manusia…
Tapi sebagai kunci.
Dan pintu itu terbuka.
---
10. Akhir dari Bab
Di dalam lorong gelap itu,
Rey melihat mereka—tiga bayangan:
Si Pemungut duduk di kursi dengan ribuan botol ingatan di sekitarnya.
Si Pengubah Jalan sedang menggambar ulang peta dunia dengan tinta kabut.
Si Penunggu Waktu bermain jam pasir yang berputar ke arah yang salah.
Mereka menoleh.
Bersamaan.
> “Kau datang.”
“Kau tak bisa melawan kami.”
“Kami bukan entitas. Kami adalah apa yang ada sebelum dunia punya aturan.”
“Tapi kau... telah menjadi bagian dari kami, Rey.
Karena hanya orang yang terhapus dari dunia yang bisa masuk ke tempat ini.”
Rey menunduk.
Kemudian berkata:
> “Mungkin gue bukan bagian dari dunia kalian.
Tapi gue masih punya sesuatu yang kalian gak punya…”
> “Nama.”